Mohon tunggu...
Gloria Fransisca
Gloria Fransisca Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer

My name is Gloria Fransisca Katharina Lawi, I was born in Jakarta. Experienced in media service especially as writer, journalist, researcher, public relation, and social media content for almost 10 years in KONTAN and Bisnis Indonesia. Currently, I am doing my new role as Content Caretaker of political platfom, MOSI.ID.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari Ibu: Daddy Teaches Me How To Play The Game, Mommy Teaches Me How To Survive

22 Desember 2015   11:35 Diperbarui: 22 Desember 2015   13:48 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu juga yang paling hobi mengingatkan setiap saat, tidak ada yang melarang saya dan adik saya berpacaran, tidak ada yang memaksa kami untuk menunda pernikahan. Dia hanya meminta putuskanlah menikah secara benar dengan orang yang tepat.

"Tidak ada yang melarang kamu. Itu terserah kamu. Tetapi ingat, menikah jangan sampai membuat cita-cita terbesar kalian hilang," kata Ibu.

Ibu juga adalah suporter nomor satu bagi aku dan adikku untuk melanjutkan sekolah ke SMA Tarakanita 1, sekolah khusus perempuan. Sejak saat itu mulai paham, begitulah mekanisme perempuan. Sulit.

Tak banyak yang memahami dampak pernikahan dini. Kesiapan mental dan fisik. Ternyata banyak perempuan yang juga tak memahami mekanisme tubuhnya sendiri. Uniknya, semalam sebelum tidur aku membaca sejumlah artikel, hingga aku sampai pada artikel tentang perbedaan mekanisme kerja tubuh perempuan dan lelaki usai berhubungan seks.

Aku mulai memahami mengapa perempuan muda akan emosional usai berhubungan seks pra nikah, semua karena hormon demikian adanya. Perempuan memproduksi hormon oksitoksin, hormon kasih sayang. Sementara laki-laki hanya memproduksi hormon dopamine, hormon kecanduan. Itulah penyebab perempuan susah move on dibandingkan perempuan.

Jika pada zaman dulu pernikahan dini adalah faktor kultur dan tuntutan perempuan memproduksi keturunan sebanyak mungkin, masa kini faktor pernikahan dini adalah hak perempuan sepenuhnya. Tidak ada yang melarang, tetapi ingat resikonya, kenali dulu tubuhmu sendiri serta sejumlah tanggung jawab yang menanti.

Yang terpenting dari itu semua, apapun pilihanmu para perempuan, jangan lupa berkarya. Perempuan tak lepas dari ruang domestik, tetapi perempuan juga harus bertarung demi bangsa dan negaranya. Karena memperjuangkan bangsa adalah kewajiban lelaki dan perempuan.

Hari Ibu bukan tentang Ibuku, Ibumu, ibu-ibu lain. Ini tentang perempuan. Tentang bangsa. Dan aku memulainya dengan berdamai pada dunia yang kejam karena lelaki ataupun perempuan yang selama ini kurang baik dalam memanusiakan manusia. At least, saya paham sampai kapanpun saya masih harus berproses menjadi perempuan.

So, If Daddy teach me how to play the game, Mommy teach me how to survive!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun