Malam pertamaku di disana saat itu aku tidur bersama kedua cece ku semenatara dede tidur bersama keluarga yang lain. Malam harinya dede sudah bilang ke aku kalau nanti pagi sudah bangun, dia akan ke kamar cece untuk membuatkan aku air hangat, karena pada saat itu aku sedang batuk sementara disaat acara aku harus menyanyi.Â
Pagi harinya setelah bangun, karena terbiasa sekolah. Aku bangun pukul enam pagi  WITA sementara pukul lima pagi di Jakarta. Aku melihat cece-cece ku belum ada yang bangun, akhirnya aku membuka telepon seluler dan coba menghubungi dede, ternyata dede sudah bangun dari tadi pagi. Dede langsung bergegas ke kamar cece dan ia bermain di kamar cece. Disaat pagi harinya cece bangun, cece terkejut karena ada dede di kamar. Hari ini adalah hari sabtu, hari dimana acara yang ditunggu-tunggu berlangsung. Mulai dari pagi kita sudah disuruh untuk beres-beres mandi, merias wajah dan lain-lain, semenatara acaranya itu malam nanti. Make-up artist, event organize, dan penata rambut sudah datang dan semuanya berkumpul di kamar oma. Kita sebagai cucu dan anak-anaknya semuanya berkumpul juga di kamar oma. Saat sedang ingin beres-beres, dede meminta aku untuk ke kamarnya membereskan pakaiannya. Aku menemani dede untuk membereskan pakaiannya dan rambutnya. Setelah dede selesai, baru aku pergi ke kamar oma lagi dan minta untuk wajahku dirias.Â
Selama seharian itu aku selalu bersama dede, dalam waktu sehari itu dede bisa membuat aku merasa sangat nyaman dengan sikapnya kepadaku, perlakuannya dan gayanya yang membuat aku merasa spesial dan cara dia memperlakukan aku, membuat kita merasa seperti sudah dekat lama. Sampai sore hari disaat acara, karena tidak terbiasa menggunakan heels, kakiku terasa sakit sekali, dengan mengenakan gaun yang panjang dan cukup berat, akhirnya setiap aku ingin berjalan dede selalu menggandeng aku.Â
Turun dari panggung, dede menggandeng aku sampai ke meja makan dan ia membukakan tempat duduk untukku dan mempersilahkan aku untuk duduk lalu ia duduk di sebelahku. Mungkin kalau orang-orang lihat bisa berpikir aku dan dede yang sedang menjalankan acara pernikahan, bukan acara 50 tahun pernikahan oma dan opa aku.Â
Selama acara kebanyakan aku pergi berdua dengan dede dan kita pergi berfoto-foto. Karena terlalu sering berdua dan meninggalkan keluarga yang lain, cece sampai bertanya "Snow kamu pacaran ya sama dede?" dan aku menjawab "ya engga lah ce, kan saudara lagian kita baru kenal." Ya, mungkin saja bisa karena memang kita tidak ada hubungan darah apapun, karena dede anak angkat. Sampai sekarang yang dede tahu adalah ia anak kandung. Kami sekeluarga tidak ada yang berani untuk mengatakan kebenaran ini kepada dede, biarkan nanti akan ada waktunya sendiri dia akan tahu. Malam harinya sesudah acara selesai sekitar pukul 24.00 dede bilang "ce, ini kan malam terakhir, besok kita sudah pisah, aku balik Makassar, cece balik Surabaya, Snow balik Jakarta. Malam ini aku tidur di kamar cece ya." Saat itu yang bisa kita pikirkan hanya bagaimana caranya satu kasur ukuran king bed cukup untuk kita berempat, sementara biasanya tidur bertiga saja sudah sangat sempit. Malamnya kita tidur berempat, dengan dede di paling ujung, lalu cece pertama, aku, dan paling ujung lagi cece kedua. Esok harinya pukul 07.00 pagi dede membangunkanku. Awalnya kita pagi-pagi ingin pergi berenang tetapi karena kami masih malas akhirnya tidak jadi pergi berenang. Kami berdua hanya duduk di sofa kamar bermain handphone berbincang-bincang sedikit, dengan dede yang duduk di sebelahku sambil mengelus-elus pelan kepalaku.
Hari rasanya begitu cepat saat kita di Palu, tak terasa siang ini kami sudah akan berpisah. Walaupun baru kenal, tetapi kami merasa sudah sangat dekat dan sangat nyaman. Tanpa aku sadari selama ini, dalam waktu kurang dari tiga hari, dede bisa membuat aku untuk melupakan masalahku dan sakit hatiku. Dan tanpa ku tahu juga ternyata dede merasakan yang sama, dalam waktu kurang dari tiga hari itu dede melupakan masalah-masalahnya, karena kita terlalu nyaman satu dengan yang lainnya dan terlalu bahagia sampai akhirnya lupa dengan kesedihan.Â
Walaupun sudah berpisah, dede sudah tidak di sebelahku lagi, tapi melalui pesan singkat dan telepon-an hampir setiap harinya, dede tetap bisa membuat aku bahagia dan nyaman. Akhir tahun ini dede berjanji untuk datang ke Jakarta menemani aku sepanjang liburan, ia sudah membeli tiketnya dari hari setelah kita berpisah. Senang sekali rasanya dede akan menemani aku di Jakarta. Kami berpikir, untuk apa memikirkan pasangan jika sudah mempunyai adik dan kakak yang bisa dibilang terasa seperti pasangan. Apakah kita akan terus menjadi saudara tidak sedarah atau apakah ini akan disebut Cinta saudara tidak sedarah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H