Ada ungkapan yang menyatakan “The Only Constant is Change”. Semua tidak ada yang pasti, hanya perubahan yang pasti. Tapi ada satu hal yang pasti dan akan dihadapi oleh setiap orang, yakni kematian. Berbicara mengenai kematian, bagi sebagian orang tidaklah nyaman. Tapi penemu satu ini malah melihat peluang dari titik akhir fase kehidupan manusia ini.
Mereka adalah Raoul Bretzel dan Anna Citelli, keduanya adalah designers dari Itali, yang mengangkat konsep Biodegradable Coffin,peti mati yang dapat terurai secara alami. Capsula Mundi begitulah nama proyek mereka, dimana tempat bersemayam jenasah tidak lagi peti persegi panjang tapi lebih menyerupai kapsul atau kepompong berbahan dasar starch plastic yang terbuat dari bahan-bahan biomassa, seperti lemak dan minyak sehingga mudah terurai secara alami. Kapsul ini ditanam di dalam tanah dan diatasnya ditaruh benih biji pohon sesuai dengan permintaan pemesan. Pohon yang tumbuh mengambil nutrisi dari jasad dalam kapsul tersebut. Lalu pohon akan terus tumbuh hingga besar. Namun, proyek ini masih berupa wacana karena pemerintah Italia belum bisa menerima teknik penguburan seperti ini.
Ternyata selain Capsula Mundi, ada proyek Urnabios yang memiliki konsep serupa. Urnabios diusung oleh studio desain dari Spanyol, Estudi Moline Esseny. Bedanya, kalau Capsula Mundi berurusan dengan jenasah yang masih utuh, Urnabios lebih ke pemanfaatan abu jenasah yang telah dikremasi.
Urnabios lebih padat bentuknya, bagian luar terbuat dari campuran batok kelapa, cocopeat (serabut kelapa yang dihaluskan) dan sellulosa. Pada bagian atasnya ditaruh benih biji pohon sesuai dengan permintaan pemesan, dan dibagian bawah dimasukkan abu jenasahnya. Menurut infonya Urnabios dijual seharga 145 dollar US, atau setara dengan 2 juta rupiah, dan tahun lalu sudah terjual sebanyak 7.000 unit dan dikirim ke seluruh dunia.
Jika proyek-proyek ini diberlakukan di Indonesia, tentu wajah tempat pemakaman akan memiliki tampilan yang baru yang sebelumnya memiliki kesan dingin dan angker berubah menjadi sebuah hutan hijau yang asri dan hidup. Ide ini juga membuat orang yang ditinggalkan tidak merasa kesepian lagi dan dapat mengunjungi pohon tersebut meskipun hanya untuk sekedar berteduh atau beristirahat sejenak untuk mengenang kebaikan dan jasa-jasa dari orang yang meninggal. Kedepannya tentu ini tidak hanya bermanfaat untuk lingkungan sekitar saja melainkan untuk generasi berikutnya juga. Menurut teman-teman bagaimana, apakah teman-teman setuju menggunakan teknik penguburan seperti itu ? Terimakasih telah membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H