Ekonomi adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan karena memiliki dampak yang krusial dan memengaruhi seluruh aspek. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor sosial, budaya, politik, pertahanan, dan keamanan. Keadaan tersebut membuat aspek ini sangat agresif dan rentan.
Pergerakan ekonomi memiliki beberapa pola tertentu. Hal tersebut disebabkan oleh psikologi pasar karena permintaan dan penawaran pasar. Fear dan greed adalah dua faktor psikologi yang dimiliki manusia dalam memengaruhi pergerakan pasar.
Salah satu pola ekonomi yang terlihat adalah resesi ekonomi. Hal ini berhubungan pada sebuah klise “what goes up gotta come down” , “Tidak ada hal yang baru terjadi di bawah matahari”, dan masih banyak hal lainnya. Klise tersebut seperti lahir dari hukum alam yang mengatur seluruh kejadian di kehidupan.
Resesi adalah salah satu peristiwa yang terjadi di bidang ekonomi dikarenakan hukum alam yang menyatakan bahwa segala sesuatu tidak bisa melewati batas, harus ada koreksi agar tidak terjadi kelebihan kekuasaan pada satu unsur. Saat ekonomi di rasa optimis dan sangat menguntungkan, disitulah greed berperan sebagai korektor. Ketika semua orang rakus, harga akan melambung tinggi dan menyebabkan kerugian bagi banyak orang.
Bila dilihat secara garis besar, resesi ekonomi memiliki suatu pola yang terjadi di kehidupan. Pola tersebut dapat dilihat dari segi waktu atas terjadinya peristiwa resesi. Berdasarkan timeline, terjadinya resesi atau crash di pasar Amerika Serikat, didapati bahwa pasar mengalami koreksi setiap kurang lebih satu dekade secara berturut-turut dimulai dari tahun 1962, 1987-1990, 2000, 2008-2010, dan yang terakhir tahun 2019-2022.
Keadaan pasar mengalami reset (koreksi) setiap satu dekade yang membuat keadaan pasar mudah dibaca. Tentu hal tersebut berdasarkan data timeline yang telah dijabarkan di paragraf sebelumnya. Masing-masing orang dapat mengamati keadaan ini secara mudah berdasarkan perspektif waktu dan tidak memerlukan indikator apapun.
Keadaan ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku pasar, ekonom, pebisnis, bahkan pemerintah sekalipun dalam mengambil keputusan. Bagi investor, mereka tentu dapat mengantisipasi koreksi yang terlalu dalam dengan menjual sebagian atau seluruh kepemilikan sahamnya ketika dekade jelang berganti. Disisi lain, investor membeli saham perusahaan dengan harga diskon ketika resesi terjadi. Pemerintah dapat mengambil kebijakan harga pangan atau pebisnis yang berusaha membuat strategi, proyek untuk bermain aman, atau agresif ketika resesi terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H