Mohon tunggu...
Glen Agnes Patrecia Sijabat
Glen Agnes Patrecia Sijabat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sriwijaya

Glen Agnes Patrecia Sijabat is an undergraduate student in the International Relations study program at Sriwijaya University, Indonesia. Her writing focuses on negotiation and conflict resolution, Human rights issues , and security strategy.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Krisis Ketahanan Pangan di Myanmar: Konflik, Ekonomi, dan Cuaca Ekstrim

28 November 2024   16:30 Diperbarui: 28 November 2024   16:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuaca ekstrim
Topan yang dinamai Mocha ini mendarat di bulan Mei 2023, mengakibatkan banjir besar dan kerusakan infrastruktur yang berdampak pada populasi sekitar 3,4 juta orang. Selain itu, peristiwa ini menyebabkan tergenangnya sekitar 326.000 hektare lahan pertanian. Hal ini berdampak signifikan terhadap ketahanan pangan petani kecil, terutama di wilayah barat dan barat laut, dimana tingkat kerawanannya masih cukup tinggi (OCHA, 2024).

Opini untuk Menyelesaikan ketidak-tahanan pangan

Myanmar adalah negara berkembang dengan tingkat ekonomi yang rendah. Untuk mengimplementasikan solusi, diperlukan investasi finansial yang signifikan. Untuk mengatasi masalah ini, perlu untuk membangun cadangan makanan atau mengganti makanan pokok. Namun, hal ini akan membutuhkan sumber daya keuangan yang signifikan dan teknologi yang canggih.

Pemerintah harus mengambil peran utama dalam mengatasi krisis pangan, menyediakan fasilitas yang diperlukan, dan memastikan perlindungan bagi mereka yang terkena dampaknya. Namun, kompleksitas situasi ini diperparah dengan ketidakstabilan politik dan konflik militer yang sedang berlangsung di Myanmar, yang tidak diragukan lagi akan memberikan tantangan yang signifikan terhadap solusi yang diusulkan. Banyak negara dan organisasi internasional dan non-internasional telah berusaha untuk menyelesaikan krisis ini. Namun, akan lebih bijaksana jika kita mengatasi penyebab utama dari masalah ini. Penyebab utama dari krisis ini dapat dikaitkan dengan beberapa faktor, termasuk konflik militer yang berkepanjangan, kurangnya infrastruktur yang memadai, dan dampak dari kondisi cuaca yang ekstrim. Akan lebih baik untuk mengatasi akar permasalahan dengan cara yang sistematis.

Pemerintah harus memprioritaskan penyelesaian konflik militer sebagai cara untuk mendorong stabilitas. Selanjutnya, kekurangan infrastruktur harus diperbaiki. Terakhir, kolaborasi internasional sangat penting untuk mengurangi dampak cuaca ekstrem dan memfasilitasi adaptasi. Tujuannya adalah untuk mengatasi ketidakstabilan negara, baik secara politik maupun keamanan, sebagai prioritas, dan kemudian mengatasi aspek-aspek lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Thomas Hobbes, John Locke, dan J.J. Rousseau, negara dan penguasanya berdaulat atas semua orang dalam penerapan hukum. Mereka yang memahami hukum alam dan hak-haknya akan bersedia untuk menandatangani kontrak sosial. Dapat dikatakan bahwa manusia membutuhkan kekuatan eksternal untuk menjamin kesetiaan mereka pada kontrak tersebut. Kontrak dalam bentuk perjanjian inilah yang kemudian menegaskan peran negara sebagai otoritas publik (Schmandt, 1960).

Referensi

FSIN. (2023). The Global Report on Food Crises 2023. Food Security Information Network. Retrieved November 28, 2024. https://www.fsinplatform.org/global-report-food-crises-2023.

United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs. (2023). Myanmar humanitarian update No. 35: 2023 year in review. Retrieved November 28, 2024. https://www.unocha.org/publications/report/myanmar/myanmar-humanitarian-update-no-35-2023-year-review.

United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs. (2024). Myanmar humanitarian needs and response plan 2024: Quarter two dashboard (Jan-Jun 2024). Retrieved November 28, 2024. https://www.unocha.org/publications/report/myanmar/myanmar-humanitarian-needs-and-response-plan-2024-quarter-two-dashboard-jan-jun-2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun