Mohon tunggu...
Siti Masruroh
Siti Masruroh Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

Imaginer, Freedom Writer, Bolang, Nyastra. and always support go to Leiden

Selanjutnya

Tutup

Money

Pasar Vs Pasar

3 April 2020   19:53 Diperbarui: 3 April 2020   20:04 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Petani oh.... Petani

Apa yang terbesit setelah dengar bahwa selama ini beras yang kita makan di mainkan di pasar kita sendiri. Apa kabar petani beras di Indonesia? Hari ini saya menuliskan keterangan dari salah satu sahabat diskusi saya sekaligus dosen saya di perguruan tinggi. Beliau memaparkan temuannya di masyarakat karena adanya kenaikan harga beras yang tidak lazim.

Kita tahu bahwa gabah atau padi adalah sebutan untuk beras yang masih belum di proses. Kebanyakan petani menjual ke tengkulak yang sudah menjadi langganannya  karena dirasa mudah tanpa harus susah-susah mencari pembeli atau menjualnya ke pasar yang dirasa petani harus mengeluarkan ongkos lagi untuk transportasi jikalau jumlahnya sampai beratus-ratus kwintal.

 Selama ini petani kita tidak mengetahui hal ini karena kurangnya bimbingan dan juga pengetahuan tentang permainan harga pasar yang sudah dilakukan oleh para tengkulak. Sebelum dijual di pasaran harga yang diberikan oleh para petani lebih murah dari harga setelah dijual di pasar nantinya. Sebenarnya masalah ini bukan hanya persoalan beras tapi juga untuk sektor  hasil pertanian lainnya. Meskipun mereka mengetahuinya dalih yang akan dipakai misalnya "karena kita sudah lama menjualnya di tengkulak itu" ujarnya atau juga seperti ini "Jadi kalau misalkan kami tiba-tiba keluar dari transaksi yang sudah bertahun-tahun itu seperti kita memutuskan persaudaraan dan juga terkesan tidak menghargai".

Nanti yang akan terjadi terus seperti ini, perputaran ekonomi rakyat kita lebih baik kembali ke sistem barter daripada uang. Sungguh menggelikan bukan? Indonesia tidak kekurangan pakar ekonomi. Negara ini banyak orang yang dirasa cukup paham dalam bidangnya. Namun, kita tidak hanya butuh yang pandai dalam berbicara teori tapi mereka yang berani merubah sistem arus pasar yang sedang terjadi sekarang.

Akar dari semua itu adalah kapitalisasi pasar yang sudah tersistem dari atas sampai bawah. Jika rantainya tidak ada yang memutus maka akan terus seperti ini. Tidak ada pemerataan kebutuhan, pendapatan dan juga ketersedian bahan pangan dan akan terus memasok dari luar. Lalu jalan apa yang kami diskusikan pada saat perbincangan? Mau tidak mau kami harus ikut perang dalam melawan arus yang sudah terjadi di masyarakat petani. Yakni dengan menciptakan pasar sendiri yang bisa membeli hasil para petani dan menjualnya dengan harga yang layak dan sewajarnya.

Jalan yang bisa dilakukanan adalah membuat koperasi masyarakat. Koperasi sudah di canangkan oleh Mohammad Hatta wakil Presiden pertama Indonesia sejak dulu. Koperasi yang dimaksud disini adalah koperasi yang berasaskan ekonomi kerakyatan sesuai UUD pasal 33 ayat 2 dan 3 sehingga beberapa tengkulak yang ada akan mulai kehilangan produsen  dan yang terjadi adalah mulai putusnya rantai yang ada. Serta pergerakan harga pasar akan kembali normal di rasa menguntungkan untuk peodusen dan juga konsumen.

Pemikiran ini sudah dipraktekan oleh dosen saya di desanya dengan dia membeli beras petani dengan harga yang layak lalu beliau jual lagi setelahnya dan uangnya akan masuk koperasi di desanya. Setelah dilakukan ternyata hasilnya lumayan bagus untuk menghargai para petani. Mereka juga mulai menyukai sistem ini dengan pelan-pelan kita arahkan sehingga mereka akan mulai menyadari bahwa cara yang dilakukan ini untuk menyejahterakan mereka.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun