Mohon tunggu...
Gilang Embang
Gilang Embang Mohon Tunggu... -

di atas buku boleh saja ada setan tapi di atas alam pasti ada tuhan\r\nimbangi baca buku dengan belajar langsung di alam!!!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Konflik Thailand Selatan

10 Desember 2012   15:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:52 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat menjelang shalat subuh, terdapat 33 jemaah yang berasal dari luar kampung dan  ikut shalat di mesjid ini. Setelah shalat, mereka terbagi dua kelompok, satu pergi ke kantor polisi dan yang satu berjaga di mesjid. Yang ke kantor polisi itu rupanya menyerang kantor polisi dengan bersenjatakan parang. Mereka berhasil membunuh dua orang polisi dan merampas banyak senjata api.

Setelah penyerangan tersebut, mereka akan lari dan berlindung di mesjid Krue Se bersama kelompok satunya. Mereka menyuruh orang kampung keluar dari mesjid itu.

Ketika polisi mengetahui keberadaan mereka. Beberapa kompi mengepung mesjid ini dan menyerukan mereka agar menyerah. Bukannya menyerah, mereka malah menyeru  di pengeras suara mesjid kalau mereka sedang berjuang di jalan Tuhan. Sehingg,a banyak orang yang menyaksikan aksi tersebut. Mereka juga menyerang aparat dengan senjata api. Hingga akhirnya pertempuran terjadi hingga jam 12 siang. Akhirnya, mereka semua tewas di Mesjid tersebut dan disaksikan oleh masyarakat sekitar.

Tak lama setelah kejadian itu, baru terjadi aksi demonstrasi di Tak Bai menyangkut pemisahan diri. Kejadian ini berujung kepada kematian puluhan demonstran oleh aparat. Setelah dua kejadian tersebut maka intensitas pemboman dan penyerangan  semakin sering terjadi. Bahkan sampai membom kuil Budha dengan menggunakan peluncur roket hasil rampasan.

Setelah shalat Isya, saya mengambil beberapa gambar mesjid, namun diperingatkan oleh penjaga mesjid supaya cepat-cepat masuk kedalam mesjid karena sangat rawan beraktifitas malam hari di daerah ini. “Banyak penembak misterius dan mata-mata. Beberapa hari yang lalu seorang muslim tewas ketika mau belanja pada malam hari”, ungkapnya.

Setelah dua hari mengayuh sepeda. Saya menginap di markas tabligh di phattalung setelah kemarin malamnya menginap di Wat Khuan Khan, kuil budha yang berjarak 60 km dari kota Hat Yai. Disini terdapat  400 santri yang belajar Al-Qur’an. Suasananya seperti di pondok pesantren.

Setelah salat Isya di mesjid ini saya dihampiri oleh pria paruh baya. Ia memakai pakaian putih-putih, berjenggot panjang dengan kepala memakai sorban. Semua pakaian itu umum di mesjid ini. Dari anak kecil hingga orang tua. Orang tua ini memakai kursi roda. Ia tak memiliki kaki.

“Saya sudah pergi ke duabelas negara untuk berdakwah bersama rombongan” ia memulai percakapan “kita akan selamat kalau tujuan kita jelas. Sekarang ini kondisi tidak aman kalau berjalan ke utara. Banyak rampok, mereka berani membunuh meskipun kita tidak melawan. Karena mereka mabuk. Bagusnya awak juga bergabung menyebarkan Islam ke penjuru dunia. Bagaimana?”

“Belum ada niat pak”, jawab saya,”saat ini saya hanya ingin bertafakur pak”.

Percakapan berlanjut hingga kepada pertanyaan yang paling saya ingat, yaitu  ”Bagaimana menurut bapak mengenai mujahidin di Pattani ini pak?”

“Mujahidin”, sedikit berteriak dengan suara paraunya, ” mereka itu bukan mujahidin. Mujahidin itu tidak membunuh orang yang tak berdosa” tambahnya. Dengan serius ia menambahkan lagi. “Mujahidin sebenarnya itu adalah dakwah. Berjalan ke negeri-ngeri dan menyeru kepada kebaikan”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun