Mohon tunggu...
Gladys Adelia
Gladys Adelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kedokteran UNAIR

Saya adalah seorang mahasiswa yang tertarik dengan isu kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Manis yang Terkendali Dimulai dari Label

1 Januari 2025   17:07 Diperbarui: 1 Januari 2025   17:07 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Konsumsi gula berlebih telah menjadi masalah serius di Indonesia. Tercatat sekitar 47,9 juta masyarakat Indonesia mengonsumsi gula di atas batas normal (Susenas BPS).

Bukan hanya dari gula pasir, konsumsi gula juga diperoleh dari makanan dan minuman olahan. Produk kemasan tersebut dijual bebas di supermarket. Banyak dari produk ini mengandung gula dalam jumlah tinggi yang sering kali tidak disadari oleh konsumen. Misalnya, minuman botol kemasan dapat mengandung hingga 7 sendok teh gula per porsi, melebihi batas konsumsi harian yang direkomendasikan. 

Konsumsi rutin makanan dan minuman olahan tanpa disertai kesadaran akan kandungan gulanya dapat berkontribusi signifikan terhadap peningkatan kasus penyakit terkait gula di Indonesia. 

Bagaimana negara maju seperti Singapura melawan konsumsi gula berlebih?

Singapura telah menerapkan sistem pelabelan Nutri-Grade untuk minuman kemasan dan minuman yang disiapkan di tempat, dengan tujuan mengurangi konsumsi gula di kalangan masyarakat. Sistem ini mengklasifikasikan minuman dari kategori A (terbaik) hingga D (terburuk) berdasarkan kandungan gula dan lemak jenuh.

  • Grade A (Hijau): Kandungan gula <1g dan lemak jenuh <0,7g per 100ml. Contoh: Air mineral.
  • Grade B (Hijau Muda): Kandungan gula 1-5g dan lemak jenuh 0,7-1,2g per 100ml. Contoh: Teh tanpa gula tambahan.
  • Grade C (Oranye): Kandungan gula 5-10g dan lemak jenuh 1,2-2g per 100ml. Contoh: Minuman susu manis.
  • Grade D (Merah): Kandungan gula >10g dan lemak jenuh >2g per 100ml. Contoh: Minuman soda manis.

Penerapan Nutri-Grade telah mendorong produsen untuk menurunkan kadar gula dalam produk mereka guna mencapai peringkat yang lebih baik. Konsumen juga menjadi lebih sadar akan kandungan gula dalam minuman yang mereka beli, yang berkontribusi pada penurunan konsumsi gula secara keseluruhan. 

Bagaimana strategi Indonesia untuk Mengurangi Konsumsi Gula?

Super Indo telah mengambil langkah awal dengan menerapkan indikator kandungan gula pada rak minuman di seluruh gerainya. Kebijakan ini bertujuan untuk mengedukasi konsumen agar lebih sadar akan kandungan gula dalam produk yang mereka beli. Namun, hingga kini pemerintah Indonesia belum mewajibkan seluruh supermarket untuk menggunakan sistem pelabelan serupa. 

Pelabelan kandungan gula di supermarket harus menjadi prioritas karena langsung memengaruhi keputusan konsumen saat berbelanja. Dengan informasi yang mudah dipahami, konsumen dapat memilih produk yang lebih sehat dan mengurangi pembelian minuman atau makanan tinggi gula.

Sistem pelabelan seperti Nutri-Grade yang menggunakan warna dan huruf terbukti efektif mengubah perilaku belanja di negara lain. Hal ini karena konsumen dapat dengan cepat mengenali produk mana yang berisiko tinggi bagi kesehatan mereka.

Pelabelan juga mendorong produsen untuk mengurangi kadar gula dalam produknya demi mendapatkan peringkat yang lebih baik. Dengan begitu, ketersediaan produk sehat di pasar akan meningkat, memberikan lebih banyak pilihan yang rendah gula bagi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun