Sudah tak asing lagi bagi kita bila kita mendengar, Negara Bumi Pertiwi yang terkenal akan sumber daya, keindahan alam yang mempesona dari ujung gunung sampai hamparan luas laut biru beserta segala makhluk penghuninya. Tak asing juga terdengar bagi rakyat indonesia tentang korupsi, penyelewengan harta dan kedudukan, semena-mena menjalankan tanggung jawab yang diemban oleh penguasa politik berdasi di negara kita yang indah ini.
Pusat perhatian negara tak pernah luput dari penguasa politik dan segenap perilaku yang menguntungkan negara maupun yang menyengsarakan rakyat nya sendiri. Bahkan setiap pagi jutaan manusia yang terbangun selalu mendengar kabar dari kotak elektronik di rumahnya yang selalu menegaskan bahwa tubuh politik indonesia telah keluar dari batas aman dan jujur.
Sebenarnya dari mana asal perilaku korupsi itu? Dari mana sifat sombong dan rasa ingin berkelimang harta itu muncul? Mari kita telaah.
Negara kurang memperhatikan generasi muda atau bisa disebut generasi penerus bangsa ini. Kita tau bahwa indonesia membutuhkan calon calon terpelajar, otaknya maupun hati nuraninya. Sedemikian rupa negara mengusahakan untuk mengasah budi pekerti siswa dengan berbagai fasilitas dan tunjangan. Namun lihatlah betapa mirisnya kondisi remaja saat ini. Banyak dari mereka, semakin jauh menempuh pendidikan, tutur kata dan sikapnya juga semakin jauh dari kata sopan.
Saya punya pengalaman yang membuat ku ingin menampar orang ini agar ia sadar betapa menyedihkan sikapnya tersebut. Setiap hari sabtu aku selalu hangout bersama keluarga kecilku. Saat itu aku pergi ke sebuah caf di semarang. Disaat aku sudah 15 menit disana datanglah gerombolan anak seperantaraku 3 pasangan lawan jenis masuk dengan cerewetnya ke dalam caf. Mereka duduk di meja yang berbeda hanya 5 lantai dariku. Tercium bau puntung rokok yang sangat kuat. Makan malamku saat itu dihiasi oleh kata kasar, asap rokok, hinaan, dan yang paling parah yaitu kebohongan.
Aku dengar dengan jelas bahwa mereka pesan 4 gelas beer dan pesanan lainnya yang aku sudah lupa. Bahkan pelayan mengantar 4 gelas besar ke meja mereka. Tapi saat mereka mau membayar, ada sesuatu yang mengganjal pemandanganku, mereka menyembunyikan 1 gelas ke dalam salah satu tas siswa itu. Dan saat membayar mereka mengaku hanya membeli tiga gelas. Bahkan mereka mengancam bahwa mereka tidak segan akan melaporkan ke manager kalau pelayannya berbuat dusta.
Itulah sepenggal pengalaman yang ingin aku share kan. Bisa dilihat dan dirasakan dalam hati anda semua. Ini hanyalah sebagian kecil dari generasi muda indonesia. Masih ada jutaan embrio muda indonesia yang masih berjuang di kancah pendidikan. Apakah kamu salah satu dari mereka? Mari kita membuat perubahan untuk indonesia dari perubahan yang sangat sederhana dan yang paling mudah kita terapkan yakni jaga jati diri kita sebagai putra putri indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H