"Ya, kau bayangkan, ketika satu kota dipenuhi orang miskin. Kejahatan yang terjadi hanya level rendah, perampokan, mabuk-mabukan atau tawuran. Kaum proletar seperti ini mudah diatasi, tidak sistematis dan jelas tidak memiliki visi misi, tinggal digertak, beres. Bayangkan ketika kota dipenuhi orang yang terlalu kaya dan terus rakus menelan sumber daya di sekitarnya. Mereka sistematis, bisa membayar siapa saja untuk menjadi kepanjangan tangan, tidak takut dengan apa pun. Sungguh tidak ada yang bisa menghentikan mereka selain sistem itu sendiri yang merusak mereka."
Percakapan di atas terjadi antara Thomas dan Julia di atas pesawat pribadi dalam perjalanan antara Amsterdam dan Jakarta. Thomas sendiri adalah tokoh utama novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye.
Saya menyukai karya Tere Liye, karena novel-novelnya tidak hanya mengenai cinta saja, tetapi mengajarkan kita juga tentang politik, ekonomi, korupsi. Seperti novel Si Anak Badai menceritakan tentang kasus korupsi sebuah dermaga di Kalimantan.
Kembali ke novel Negeri Para Bedebah, menceritakan tentang Thomas, yang bekerja sebagai seorang penasehat keuangan untuk perusahaan-perusahaan besar di Asia. Tidak terdapat catatan masa lalu tentang siapa Thomas sebenarnya. Hanya tertulis seorang anak terbuang.
Thomas sendiri memilih menutup siapa sebenarnya dirinya untuk melupakan masa lalunya. Saat dia berumur sepuluh tahun, dia harus kehilangan ayah dan ibunya karena rumah mereka dibakar massa yang sudah dihasut orang ketiga. Hal itu membuat dia membenci pamannya.
Namun, setelah dua puluh tahun di saat bank milik pamannya terlilit masalah dan siap untuk dibekukan, dia terpaksa turun tangan membantu menyelamatkan bank tersebut dari likuidasi. Niatan sebenarnya adalah untuk membongkar dalang kebakaran rumahnya dua puluh tahun lalu. Karena yang menangani bank saat ini sama orangnya dengan kebakaran lalu.
Dari novel ini kita bisa mengetahui kenapa seorang bankir kaya, meskipun bukan dari orang berpendidikan. Karena mereka mendapat selisih bunga yang cukup besar dari yang diberikan pada nasabah bank dan yang diperoleh bank dari Bank Indonesia.
Selain itu kasus uang dan suap yang dicerikan dalam novel ini juga banyak terjadi di sekitar kita. Ingatan kita mungkin langsung tertuju pada seorang koruptor  yang baru-baru ini bisa lolos imigrasi  karena bantuan seorang oknum polisi dengan pangkat yang cukuo tinggi.
Jujur saya bilang kalau Negeri para Bedebah adalah gambaran nyata negara Indonesia saat ini. Di mana uang menguasai segala hal mulai dari politik, hukum dan lain sebagainya.
Novel ini pada awal terbit memang sempat menjadi kontrovesi, bahkan menurut berita yang saya baca. Ada yang sengaja membakar novel ini karena emosinya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H