Mohon tunggu...
Humaniora

Ibu dalam Berbagai Perspektif

28 September 2015   20:11 Diperbarui: 28 September 2015   20:18 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu adalah guru yang pertama dan paling utama bagi anak. Ungkapan ini tidaklah berlebihan bila melihat peran dan fungsi ibu dalam rumah tangga terlebih dalam menyiapkan generasi penerus. Siang malam bahkan dari pagi sampai pagi kembali ibu tidak hanya dihadapkan dengan urusan privat rumah tangga, seperti; terkait dengan suami, anak-anak dan rumah, tetapi juga dihadapkan dengan urusan publik. Fakta ini menunjukkan betapa peran Ibu sangat penting dan berarti.

Mengingat posisi Ibu sangat penting bagi keluarga dan masyarakat, kiranya dapat dilihat dari berbagai sisi atau perspektif, yaitu: Dimensi Ekonomis. Peran ini menuntut seorang ibu disamping sebagai manager dalam rumahtangga sering pula memainkan peran ekonomi dalam kerangka memperkuat pilar-pilar kekuatan dalam kehidupan berkeluarga. Munculnya perempuan karier pada dasarnya memenuhi rasa keterpanggilan isteri untuk berpartisipasi aktif memperkuat fondasi ekonomi keluarga dan membantu stabilitas keuangan rumah tannga sehingga dapat memenuhi seluruh kebutuhan kehidupannya.

Dimensi Budaya. Rumahtangga merupakan unit terkecil dari masyarakat sebagai wadah transformasi dan internalisasi nilai kepada anggota keluarga. Ibu menjadi model pewaris nilai-nilai budaya kepada anggota keluarganya. Kesantunan, adat-istiadat bertingkah laku, adab bergaul merupakan item-item yang diwariskan orang tua khususnya Ibu kepada anak-anaknya. Di dalam rumah akan terjadi transfer of culture.

Ibu sebagai individu yang selalu intens, merupakan aktor untuk berperan terhadap pewarisan budaya. Ibu merupakan agen of cange terhadap budaya-budaya yang berlaku di masyarakat. Oleh karena ibu yang paling sering berkomunikasi dengan anak-anak maka sadar atau tidak penyaluran adat dan budaya akan selalu terjadi. Anak-anak yang memiliki sifat adaptation akan selalu ingin meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya.

Dimensi Spritual. Dimensi spiritual merupakan dimensi yang fundamental dalam kehidupan manusia. Ibu sebagai guru yang pertama dan utama memiliki peran dalam memberikan kebiasaan berperlaku yang berada dalam norma-norma agama sehingga anak memiliki pemahaman, penghayatan dan pengamalan keagamaan yang baik dan konsisten (religion experience; pengalaman keagamaan, dan religion action; aktivitas keagamaan).

Dimensi Pembangunan Karakter. Proses membangun karakter pada anak juga ibarat mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga “berbentuk” unik, menarik, dan berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap orang memiliki karakter berbeda-beda. Ada orang yang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter unggul, ada juga yang berperilaku negatif atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam budaya setempat (tidak/belum berkarakter atau “berkarakter” tercela).

Dengan demikian, dalam pendidikan karakter, setiap anak memiliki potensi untuk berperilaku positif atau negatif. Jika ayah- bunda dan anggota keluarga membentuk karakter positif sejak dini, yang berkembang adalah perilaku positif tersebut. Jika tidak, tentu yang akan terjadi sebaliknya. Peran Ibu menjadi sangat vital dalam pembentukan karakter anak untuk siap menghadapi dunia di masa yang akan datang.

Pada awalnya anak akan meniru perilaku Ibu, karena ia adalah orang pertama yang dekat dan dikagumi oleh anak. Hal ini akan terpotret seperti dalam berpakaian, bersikap, dan berperilaku sehari-hari seorang anak yang biasanya tidak jauh berbeda dengan orang-orang terdekat dalam lingkungan rumahnya. Pepatah mengatakan, “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”.

Dimensi Politik. Posisi kaum Ibu, tidak lepas dari proses politik. Betapa tidak, ia selain menjadi pemilih juga berhak dipilih dalam politik. Tahun 2014, merupakan tahun politik. tantangan politik tahun 2014, sangat berat dibanding dengan tantangan politik tahun 2009. Tantangan mendasar di tahun politik ini adalah menurunkan animo masyarakat terhadap partai politik. Kondisi ini akan mempengaruhi partisipasi kaum Ibu dalam politik.

Oleh karena itu, perempuan sebagai bagian dari bangsa penting menyalurkan aspirasi politiknya. Karena penyaluran aspirasi politik merupakan hak setiap warga negara. Meski memiliki tugas domestik, seorang Ibu juga penting memberikan pendidikan politik bagi anak dan lingkungannya agar anak terutama yang telah memiliki hak pilih tidak absen dalam Pemilu. Diakui bahwa saat ini politisi dihadapkan pada prahara, namun tentu bukan lembaga politiknya, tetapi sebenarnya adalah personalnya. Sehingga untuk menyiapkan politisi yang handal, berkarakter dan berdaya saing tinggi diperlukan pendidikan sejak dini dimulai dari hal terkecil dalam keluarga. Misalnya: penumbuhan sikap kepemimpinan, bersikap adil, demokratis dan jujur. Integritas sangat penting ditanamkan sejak dini agar anak kelak menjadi generasi emas yang tidak hanya cerdas, lincah namun juga berintegritas tinggi.

Artikel Giwo Rubianto Wiyogo dimuat di Venomena.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun