Mohon tunggu...
EG Giwangkara S .
EG Giwangkara S . Mohon Tunggu... -

Anak bangsa yang juga bapak dari tiga orang anak dan suami dari seorang istri.\r\n\r\nAgak berpendidikan dengan kacamata lebar agar bisa melihat dunia tampak lebih luas dari sebuah tempurung.\r\n \r\nPehobi jalan-jalan, tapi hampir selalu terbentur aturan seperti buruh pabrik lainnya ; cuti !\r\n \r\nRelatif pendiam, tapi kadang banyak bicara, setidaknya melalui tulisan dan foto.\r\n\r\nJangan tanya soal keyakinan, karena bagi saya itu bukan untuk dipertanyakan, apalagi diperdebatkan. Tapi Insya Allah saya akan memegang apa yang selama ini saya yakini.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Ngaraweco" Menjelang Ramadhan

19 Juli 2012   06:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:48 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13426784512101583729

Hari pertama saya masuk kerja setalah cuti panjang berbarengan dengan menjelang masuk Ramadhan. Seperti biasanya setelah cuti saya setor muka dan ngopi pagi di smokin area bareng crew dan temen kerja laennya untuk sekedar ngobrol-ngobrol dan bersosialisasi. Topik yang dibahaspun bermacam-macam, mulai dari perjalanan selama cuti kemaren sampai tentang topik kapan mulai puasa; sebuah rutinitas puasa dan lebaran yang sering saya dengar beberapa tahun belakangan ini. Sebab seingat saya ketika masih kecil dulu tidak pernah ada ribut-ribut soal kapan mulai puasa dan lebaran. Berbagai macam dalil dan opini pun dilontarkan sampai akhirnya tentang gimana beribadah shalat / puasa di luar angkasa ? Dan opini itu baru menyadarkan saya; Iya ya, gimana dengan waktu ibadah bagi yang sedang diluar angkasa ? Iseng-iseng kemudian barusan saya googling dan sampailah kepada blog kolega saya Pak Rovicky yang kerja di HESS Malaysia tentang shalatnya seorang astronot. Seperti biasanya, topik-topik tulisan dia aktual dengan bahasa yang “kamanungsan” sehingga mudah dicerna. Ada pendapat dia yang menarik bagi saya dan saya setuju degnan pendapatnya, bahwa :

“sholat yang lima kali ini bukan sekedar berdasarkan atas keberadaan bumi dan matahari. Tuhan menuntun manusia untuk sholat dengan waktu-waktunya itu karena kondisi manusia, bukan sekedar karena keberadaan matahari dan bumi. Sholat itu untuk manusia, bukan untuk matahari ataupun bumi. ”

Juga pendapatnya tentang bioritmik :

“Aku rasa ini lebih berhubungan atas kondisi “biologis manusia”. Manusia ini secara lahirnya saja mirip dengan binatang (sorry aku menggunakan teori evolusi) yang suka dengan Harun Yahya mungkin berpendapat berbeda. Kondisi biologis terutama “body clock” manusia itu secara alamiah mengikuti perubahan atau siklus-siklus yang ada dibumi selama ratusan ribu tahun, didalamnya sistem tubuh biologis ini termasuk adanya pergantian siang-malam. Istirahat bekerja, bangun-tidur, dsb.Nah agama Islam menuntut dengan sholat 5 waktu karena manusia sudah terpengaruh dengan “pola ritme alam” sehingga pola manusia menjadi seperti yang ada saat ini.”

Saya akui memang saya bukan ahlinya dalam menjalankan kewajiban sebagai umat muslim, Tapi based on pemahaman apa yang saya dapat selama ini, bioritmik manusia dalam 24 jam memang perlu di-recharge baik secara fisik dan/atau psikis. Pola bioritmik itu bukan saja sudah tertanam dalam kebiasaan sehari-hari saja, tapi sudah jauh tertanam kedalam setiap gen pembentuk sel manusia, Allah melalui alam telah mengajarkan kepada setiap sel manusia untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Contoh kongkritnya adalah ketika kebetulan saya membantu persalinan istri saya pada kelahiran putri bungsu saya ; selain sang ibu yang mengedan dan bidan yang menarik bayi, jabangbayi pun melakukan apa yang harus dia lakukan yaitu “nojer” (naon tah bahasa indonesia na ?). Apakah si bayi saat “disana” sebelum dilahirkan sudah ikutan kursus Nojerologi ? Wallahu’alam bissawab. Somehow recharge dalam Islam diatur dengan shalat 5 waktu itu tadi, disamping memang shalat itu sendiri sebagai ibadah yang harus dilakukan oleh umat muslim. Pun demikian bagi umat agama lain selaim muslim, pastinya ada waktu-waktu tertentu untuk menjalankan ibadahnya masing-masing untuk me-refresh atau recharge. Mungkin agak terasa pluralisme, tapi saya tetap berusaha berpegang kepada “untukmu agamamu, untukku agamaku”. Secara fisik kita memang mengenal tidur lelap untuk istirahat yang terbaik, tapi apa iya dalam melakukan aktivitas sehari-hari kita sebentar-sebentar tidur untuk recharge ? Bisa-bisa kita dipecat dari kantor. Untuk itu dalam Islam kita diperintahkan shalat untuk recharge; mulai dari recharge psikis/jiwa untuk mawas diri tentang siapa kita dan recharge fisik dengan kesegaran ketika anggota badan kita dibasuh air wudhu yang diikuti dengan melakukan “senam low impact” dari gerakan-gerakan shalat tersebut. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang melaksanakannya. Mohon Maaf lahir dan bathin. #punten anu bodo katotoloyo wawanian ngaraweco

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun