Komunikasi Antar Budaya merupakan salah satu ilmu yang menjembatani keanekaragaman budaya yang ada di bangsa Indonesia dan budaya di luar bangsa Indonesia. Dengan mempelajari komunikasi antar budaya maka seseorang dapat mengetahui bagaimana interaksi yang baik dengan orang lain, hubungan yang di bangun sebagai sebuah proses yang terus bergerak, memaknai setiap pesan yang diterima, mengetahui batasan-batasan atau etika dalam berkomunikasi untuk lebih mengenal keanekaragaaman budaya.
Berbicara komunikasi antar budaya berarti kita memaknai komunikasi yang kita bangun itu cukup luas dan semangat kita untuk mempelajari komunikasi antar budaya terus bergejolak yang membuat semangat itu tidak akan pudar untuk terus belajar sesuatu yang baru. Menurut Samovar (2017, h 17) alasan mempelajari komunikasi antar budaya, yakni:
- Keunikan setiap individu, artinya setiap individu itu berbeda-beda, pendapat dan rasa ingin tahu tentang budaya baru yang ia terima kemudian di hubungkan dengan budaya yang sudah di miliki sejak lama.
- Bahaya dari generalisasi melihat sebuah perbedaan antar budaya yang satu dengan yang lain bukan dari tampilannya saja namun dari dalam bagaimana budaya itu ada.
- Kebutuhan untuk kompromi, berkaitan dengan nilai-nilai yang diterima seseorang dari suatu budaya baru dan mempengaruhi diri seseorang.
- Kebutuhan akan objektivitas, melihat keanekaragaman budaya sebagai suatu proses dinamika.
- Komunikasi sebagai obat, untuk masuk ke budaya yang berbeda kita perlu membangun komunikasi yang baik.
Dilihat dari sisi kemacetan, bangun memiliki kesamaan dan bahkan “Nobertus” sendiri awal mula datang ke Filipina, wajahnya dikenal sebagai orang Filipina padahal Ia adalah orang Indonesia. Namun prasangka ini bukan sebagai suatu halangan tetapi sebagai suatu keuntungan. Karena sebagai orang asing keuntunggannya saat berpergian dan menggunakan transportasi umum di Filipina, diri-Nya tidak di bohongi harga argo Taxi di Filipina.
Selanjutnya budaya Filipina yang membuat kita sebagai orang Indonesia kagum yaitu budaya sabar mengantri. Budaya ini cukup luar biasa karena kalau kita lihat di Indonesia budaya antri masih belum berjalan dengan baik. Apa lagi budaya antri yang kita temui saat berbelanja di supermarket atau swalayan bisa kita lihat sendiri kalau banyak orang Indonesia yang belum sabar dalam budaya mengantri.
Ternyata dalam mempelajari komunikasi antar budaya memiliki hambatan-hambatan budaya dengan orang lain. Hambatan yang muncul itu seperti, dengan mempelajari budaya baru seseorang akan diberi reward, dengan reward yang di dapat itu membuat diri seseorang akan merasa bangga dengan kemampuan yang ia miliki dan dari situlah muncul hambatan-hambatan yang terlihat untuk merendahkan kebudayaan lain karena bagi dia budaya dialah yang jauh lebih baik dari budaya orang lain.
Contoh lain yang ada dalam kehidupan sehari-hari standar kecantikan untuk orang Indonesia yakni, berkulit putih, tinggi, kurus, glowing dsb yang membuat banyak perempuan di Indonesia merasa Insecure dengan fisiknya karena tidak punya kategori kecantikan tadi. Standar kecantikan ini ada karena perkembangan media juga ikut mempengaruhi konsumsi masyarakat dan paling berdampak bagi wanita, yang berlomba-lomba menjadi cantik seperti wanita Korea. Dengan demikian Perbedaan terjadi karena tidak memenuhi standar yang ada dalam masyarakat.
Untuk itu sebagai seorang pengirim pesan atau penerima pesan kita tidak bisa, membatasi perubahan pengetahuan namun kita harus siap dalam membangun lingkungan komunikasi antar budaya yang efektif dan saling mengisi kekurangan dan kelemahan. Dengan demikian, pentingnya belajar komunikasi antar budaya bagi seseorang agar memudahkan dia dalam mengetahui batas-batas antar budaya, memberikan pengetahuan baru yang belum pernah diketahui karena dengan begitu komunikasi yang di bangun dapat menguntungkan dan membawah kerjasama yang baik.
Daftar Pustaka
Samovar, Larry A, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel, (2017). Communication Between Cultures. Boston: Cengage Learning US.
Diakses pada tanggal 10 September 2020, dari Wiley Digital Source.