Mohon tunggu...
Wulan
Wulan Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Sport lover, feminist, and environmentalist

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Diego Costa: Dari Sepakbola Jalanan ke Kompetisi Elit La Liga

3 Oktober 2013   00:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:05 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : http://l2.yimg.com/bt/api/res/1.2/sVbjHY4C2eDRidVdgzo3jA--/YXBwaWQ9eW5ld3M7cT04NQ--/http://media.zenfs.com/en-GB/blogs/pitchside-europe/Costa-hunting-down-Messi.jpg

[caption id="" align="alignnone" width="436" caption="Sumber : http://l2.yimg.com/bt/api/res/1.2/sVbjHY4C2eDRidVdgzo3jA--/YXBwaWQ9eW5ld3M7cT04NQ--/http://media.zenfs.com/en-GB/blogs/pitchside-europe/Costa-hunting-down-Messi.jpg"][/caption]

Nama Diego da Silva Costa memang tidak terlalu populer di kalangan penggemar sepakbola, tidak seperti Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo. Walaupun demikian, dia menjadi pahlawan pada pertandingan derby Madrid dengan gol tunggal yang dicetaknya pada menit ke-11. Gol ini sekaligus memecahkan “kutukan” yang dialami Atletico selama 14 tahun belakangan ini, yaitu tidak pernah menang atas Real Madrid pada pertandingan Liga. Sebelumnya, Costa juga pernah mencetak  gol di Santiago Bernabeu, yaitu pada saat final Piala Raja 17 Mei lalu.

Perjalanan karir Diego Costa di sepakbola agak sedikit mengejutkan. Sang pemain tidak pernah bergabung dengan klub apapun sampai dengan usia 16 tahun. Lantas, dimana dia menghabiskan waktunya sampai dengan umur 16 tahun?? Tidak lain dan tidak bukan adalah di jalanan. Ya, dia dibesarkan di kota Lagarto, sebuah kota di Brasil yang menurutnya tidak mempunyai fasilitas olahraga ataupun lapangan rumput. Ketika Messi mendapatkan pengetahuan mengenai sepakbola di “La Masia”, Costa pernah mengakui bahwa “jalanan adalah sekolah saya”.

Pada saat berusia 14 tahun, Costa dan keluarganya pindah ke Sao Paulo. Disana, dia bergabung dengan klub sepakbola “Barcelona Esportivo Capel”. Ketika bermain di klub ini, dia pernah dihukum karena memukul pemain lawan dan mengancam wasit. Well, Costa ini bisa diibaratkan  “Mario Balotelli” ala Brasil. Dia pernah mengungkapkan bahwa ada satu hal negatif karena dia tidak pernah didaftarkan oleh orangtuanya ke akademi sepakbola. Berikut pernyataannya :

“Di lapangan, saya bertengkar dengan setiap orang, saya tidak dapat mengontrol diri saya, saya tidak punya respek terhadap lawan, saya pernah berpikir bahwa saya harus membunuh mereka. Anak yang tumbuh  di akademi sepakbola diajarkan untuk mengendalikan dirinya dan menghormati orang lain, akan tetapi tak seorangpun yang memberitahu. Saya terbiasa untuk melihat para pemain saling menyikut wajahnya satu sama lain dan saya pernah menganggap bahwa itulah aturannya”

Beruntung hal buruk tersebut tidak mempengaruhi karirnya ke depan. Menariknya, dia mendapatkan pengurangan hukuman dan pada tahun 2006 mendapatkan tawaran untuk bermain di klub asal Portugal, Sporting Braga. Jorge Mendes-lah yang berperan dalam kepindahannya. Mendes juga adalah agen dari para pemain bintang seperti Falcao, Cristiano Ronaldo, Pepe, Thiago Silva, Angel di Maria, dan pelatih Chelsea, Jose Mourinho.

Costa bergabung dengan Atletico Madrid pada tahun 2007, akan tetapi tidak pernah sekalipun berkostum Atletico pada 2 musim pertamanya. Dia malah dipinjamkan ke Braga, Celta Vigo, dan Albacete. Pada musim 2009-2010, dia dijual ke Real Valladolid dan kembali ke Atletico pada musim berikutnya. Pada bulan Juli 2011, Costa mengalami cedera cruciate ligament rupture yang cukup parah, sehingga mengharuskannya beristirahat selama 6 bulan.

Setelah sembuh dari cedera, lagi-lagi dia sempat dipinjamkan ke klub lain, kali ini ke Rayo Vallecano sampai berakhirnya musim 2011-2012. Di musim 2012-2013 inilah kehebatan Costa mulai mendapatkan perhatian. Diduetkan dengan Radamel Falcao, kedua striker ini menyumbang total 54 gol bagi klubnya pada musim 2012-2013 (Costa menyumbang 20 gol, sementara Falcao menyumbang 34 gol). Kelebihan sang pemain dapat dideskripsikan secara singkat : kuat secara fisik, agresif, dan punya kemampuan dalam duel-duel di udara. Para pemain bertahan seringkali terpaksa menghentikannya apabila diperlukan. Satu hal yang menjadi catatan buruk dari Costa adalah tempramen-nya yang meledak-ledak, yang kadang merugikan dirinya sendiri dan timnya. Pelatih Atletico, Diego Simeone bahkan pernah beberapa kali menariknya keluar dan menggantikannya dengan pemain lain karena takut sang pemain terkena kartu merah akibat tidak dapat mengendalikan emosinya.

Kehebatan Diego Costa pun menarik perhatian pelatih timnas Brasil, Luis Felipe Scolari. Costa sempat dipanggil untuk memperkuat timnas Brasil pada pertandingan persahabatan melawan Italia dan Rusia pada bulan Maret 2013. Sayangnya, Costa tidak dipanggil untuk memperkuat timnas Brasil pada Piala Konfederasi. Sampai saat ini, Costa tidak pernah bermain pada pertandingan resmi dengan timnas Brasil.

Melihat penampilannya yang impresif, cukup mengherankan apabila pada pertandingan selanjutnya dia kembali tidak dipanggil oleh Scolari. Kendati demikian, Costa tidak perlu khawatir karena dia masih memiliki opsi kedua : memperkuat timnas Spanyol. Ya, Costa resmi menjadi warganegara Spanyol pada tanggal 5 Juli 2013 setelah disumpah di hadapan catatan sipil di Madrid. Dia diuntungkan dengan peraturan FIFA yang memungkinkannya untuk memperkuat timnas Spanyol karena dirinya belum pernah tampil pada pertandingan resmi bersama Brasil. Pada saat ini, Federasi Sepakbola Spanyol (RFEF) sedang mengirimkan permintaan kepada federasi sepakbola dunia (FIFA) agar Costa dapat memperkuat timnas Spanyol.

Selain itu, Costa juga pernah mendapatkan tawaran dari Liverpool pada bursa transfer musim panas lalu namun dia memilih bertahan di klubnya saat ini, Atletico Madrid. Keinginan Liverpool untuk menggaet pemain berusia 24 tahun ini sangat serius. Liverpool berencana menaikkan penghasilannya 3 kali lipat dibandingkan yang diterimanya pada saat itu, namun memang bukan hanya uang yang semata-mata menjadi pertimbangan sang pemain.

Berikut penuturannya mengenai tawaran dari Liverpool :  “Kesempatan itu ada, bahkan hampir saya ambil. Liverpool tim hebat tetapi setelah bekerja keras menuju skuad utama, bagaimana bisa saya meninggalkan tim? Saya pikir sangat penting bertahan dan berkembang bersama Atletico. Saya ingin bermain di sini untuk beberapa musim ke depan. Saya mendapat kepercayaan penuh dan merasa dihormati di sini. Saya sudah lama mengenal sepakbola dan benar-benar bisa mencintai klub. Cara terbaik memperlihatkan rasa cinta adalah bermain semaksimal mungkin, ini pandangan saya”, katanya.

“Memperlihatkan rasa cinta dengan bermain semaksimal mungkin”. Itulah yang dilakukannya pada pertandingan melawan Real Madrid di Stadion Santiago Bernabeu pada bulan Mei lalu. Satu dari 2 gol Atletico dicetak olehnya sekaligus memastikan Atletico menjadi juara. Dia kembali menjadi pahlawan kemenangan timnya pada derby pertandingan liga. Satu gol yang diciptakannya pada menit ke-11 cukup untuk membungkam Madrid yang diperkuat dengan para pemain bintang  bergaji sangat tinggi. Ya, kadang uang tidak menjamin suatu tim untuk meraih kemenangan. Diego Costa bersama timnya telah membuktikan hal tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun