Mohon tunggu...
Sigit Purnomo
Sigit Purnomo Mohon Tunggu... -

Tinggal di Mlati Sleman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ayahku Pernah Jatuh dari Kereta Api

20 Januari 2015   21:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:43 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa waktu yang lalu saya beserta anak pulang dari dari Kediri, Jawa Timur. Sebagaimana biasanya, kami menggunakan jasa kereta api. Bagi saya, menggunakan kereta api lebih nyaman dan lebih gampang, tidak pindah-pindah angkutan. Sekali masuk duduk, dan berhenti di kota tujuan, Kota Tahu.

Kereta berangkat sesuai dengan jadwal yang tertera di tiket. stasiun demi stasiun pun sudah dilewati. setelah sampai Solo berarti perjalanan kami tinggal kurang lebih satu jam lagi. Stasiun Purwosari , setengah jam pun sampai di Stasiun Klaten. Stasiun selanjutnya adalah Stasiun Lempunyangan, Yogyakarta. Di situ kami akan turun, karena di luar sudah kelihatan gelap saya sering melihat jam. kira-kira sampai nanti pukul 19. 00 wib. Meskipun petugas juga menginformasi, bahwa sebentar lagi akan memasuki Stasiun. Ini juga kemajuan PT KAI.

Awal-awal saya memakai kereta api, ketika pulang dari Jawa Timur, harus selalu terjaga. Sudah sampai mana dan jangan sampai lewat dari stasiun tujuan. namun seperti sekarang tidak, karena setiap akan memasuki stasiun, petugas melaui sound yang ada di dalam kereta senantiasa menginformasikan bahwa kita akan segera masuk stasiun 'A". mohon mempersiapkan diri.

Kembali ke cerita di atas tadi, meski nanti diinformasikan akan memaskui Stasiun Lempuyangan, dan apalagi setelah melihat Bandara Adi Sucipto, berarti sudah semakin dekat, saya pun mulai siap-siap untuk turun. Mulai menyiapkan barang-barang bawaan di dekat pintu, apalagi membawa anak Balita. Pikirku harus siap di depan pintu, supaya nanti tidak berdesak-desakan dengan penumpang yang lain, dan juga pra penumpang yang akan masuk ke dalam gerbong.  Kira-kira Kereta sudah sampai di bawah jembatan Layang di timur Stasiun, dan kereta pun sudahberjalan lambat, saya berinisiatif untuk membuka pintu gerbong, agar begitu berhenti bisa langsung turun.  Para penumpang yang akan turun pun juga berbaris di belakang saya.

Tiba-tiba dari belakang saya diperingatkan untuk tidak membuka pintu dulu. dengan nada-nada agak marah petugas tersebut meminta saya untuk menutup pintu kembali. Dan saya pun juga tidak banyak berkata, langsung saja saya tutup kembali pintu gerbong yang telah terbuka, meski sebentar saja pintu tersebut saya buka lagi karena kereta memang sudah berhenti.

Sekali lagi kita berikan apresiasi pada petugas PT KAI yang selalu ingat akan tanggung jawabnya yakni keselamatan penumpang. "Terima kasih Mas"

Saya dan anak turun sambil membawa barang-barang bawaan, tak lama kemudian kereta pun berangkat kembali melanjutkan perjalanannya. Beberapa saat kemudian saya pun teringat dengan kejadian yang menimpa bapak saya. Mungkin saat itu terjadi karena kelengahan/kesalahan sendiri.

Suatu ketika, ada hajatan keluarga Bu Lik di Jawa Timur yakni pernikahan putranya.  Waktu itu, saya, isteri dan anak masih di Jawa Timur. maka beberapa saudara Bu Lik pun bermaksud datang untuk hajatan tersebut, termasuk Bapak dan Ibu saya. Dan diputuskan berangkat ke Kediri dengan menggunakan kereta api. Dan kejadiannya adalah ketika Bapak saya dan rombongan pulang dari kediri juga dengan menggunakan kereta.

Waktu itu belum lahir peraturan-peraturan seperti yang sekarang ini, waktu dulu orang merokok di dalam dah biasa, tidur di lorong (jalan antara kursi) sudah bisa, pedagang lalu lalang juga sudah biasa, bahkan orang duduk-duduk di bibir pintu dengan kondisi pintu terbuka sewaktu kereta melaju pun juga lazim terjadi. Orang berdiri di pintu sambil melihat-lihat keluar juga biasa. Demikian juga dengan Bapak saya, meski saya tidak tahu persis karena tidak iktu dalam rombongan. Bapak saya juga berdiri di pintu, entah kenapa, mungkin berdesak-desakan, atau tersenggol penumpang lain, atau terdorong sehingga menyebabkan ayah saya jatuh dari kereta. Peristiwa itu terjadi di timur Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. Berarti, sudah hampir sampai. tentu kereta tidak berhenti, dan saya tidak tahu bagaimana reaksi para penumpang yang lain. cuma sampai di Stasiun Lempuyangan, Paman saya yang ikut dalam rombongan melapor bahwa ada orang yang jatuh, yakni bapak saya.

Karena sudah hampir sampai, maka hari pun sudah menginjak malam. Kebetulan ayah saya menggendong tas di depan, sehingga ketika ia jatuh badan tidak tergencet langsung dengan tanah, ataupun apa saja di sekitar rel kereta. "Brruggg!! ia jatuh tertelungkup dengan tas di bawahnya. Lalu Bapak saya berusaha bangkit, berjalan menyelusur rel kereta. sampailah ia di pos di depan Bandara Adi Sucipto. Ia menceritakan pada petugas disitu kalau ia jatuh dari kereta. Dengan niat yang tulus, akhirnya Bapak yang sudah 60an tahun diantar oleh petugas yang ada di situ sampai ke rumah.

Matur nuwun, bapak petugas yang telah menolong bapak saya. Semoga kebaikan Bapak Petugas Sang Pengantar mendapat balasan dari Allah SWT yang mahakaya.

Barangkali inilah pelajaran yang dapat kita ambil mengapa perlu dibuatkan peraturan-peraturan seperti yang sekarang ini.

Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun