Sementara itu, sang suami mengakui bahwa sering kali saat hendak tidur di malam hari, ia masuk kamar dan berpura-pura sibuk melipat cucian agar tidak membantu Ippolito bersih-bersih.Â
Keduanya nampak begitu harmonis, saling mengakui dan mendengarkan tentang kesalahannya masing-masing tanpa memberikan ancaman, hukuman, kritikan maupun penilaian lainnya.Â
Konten serupa bernuansa humor juga dibuat Maria Doss dengan pacarnya yang mencapai lebih dari 26 juta pemirsa di Tiktok.Â
Selain itu, akun @ayesebastien bersama pengguna lainnya, termasuk di Indonesia juga tergabung dalam tren ini hingga kontennya viral.
Tak hanya berlaku untuk sepasang kekasih, tren ini juga seringkali dipakai dalam konteks pertemanan di sekolah, pertemanan di dunia kerja, maupun dalam ruang lingkup keluarga, sebagai bentuk hiburan satu sama lain.Â
Selain hiburan, pada umumnya tren ini mengungkap kesalahan dan kebodohan yang bersifat related juga masih dalam batas wajar, meskipun makna "wajar" setiap orang tentu akan berbeda-beda.Â
Tren "We Listen, We Don't Judge" Membuka Ruang Kejujuran
Lebih jauhnya, konten ini mengisyarakatkan pentingnya kejujuran dan saling memaklumi dalam suatu hubungan, bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan.Â
Walaupun kenyataannya, apa yang dilihat di dunia maya kebanyakan "hanya konten" karena media sosial penuh dengan tipu daya.
Meskipun penekanannya "tidak menghakimi," dan terkesan spontan. Publik tentu tidak akan tahu apa yang terjadi sebelum dan sesudah konten tersebut dibuat.
Entah pesan dalam pengakuan itu di-setting atau mungkin entah ada kejadian lain seperti pertengkaran atau kerenggangan setelah shoot video itu selesai.Â