Mohon tunggu...
Gita Yulia
Gita Yulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

I am a student of Journalistic Communication Studies, I actively read and share writing on several online media sites, both in the form of light articles, short stories, poetry and short opinions related to actual interesting issues. The reason I joined Kompasiana was because I was interested in the various features available to spread kindness to the public

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

4 Alasan Kenapa Tren "POV Gen Z" Mengubah Lanskap Konten Kreatif

8 Oktober 2024   13:58 Diperbarui: 8 Oktober 2024   16:59 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi "POV Gen-Z" di dunia dewasa (Freepik) 

Belakangan ini, konten-konten bertema POV Gen Z semakin berseliweran di media sosial, terutama terkait dunia kerja. Mulai dari perspektif pencari kerja, tantangan dalam pekerjaan, hingga sudut pandang para penyedia lapangan kerja. 

Pasalnya, Gen Z menjadi para pendatang baru atau belum lama berkecimpung dalam dunia kerja sehingga banyak hal-hal baru yang mereka temukan setelah bertumbuh dewasa,  istilah POV Gen Z ini mempresentasikan respon dan bentuk culture shock Gen Z. 

Berkat Gen Z, konten-konten yang berkaitan dengan berbagai profesi dan aktivitas dunia dewasa, seperti industri kreatif, pekerja lapangan, praktisi pendidikan, pelayanan publik, termasuk juga status sosial, IRT atau Ibu rumah tangga dan lain-lain. 

Sering kali, hal hal demikian hadir lebih terexpos dibandingkan sebelumnya. Bahkan, trending dan menjadi salah satu trik jitu marketing digital

Istilah POV dan Asal Usulnya

Istilah POV atau point of view berasal dari dunia literatur dan perfilman mengenai sudut pandang sebuah kisah diceritakan. Yaitu dalam novel klasik "Jane Eyre"  karya Charlotte Bront, yang berkisah melalui perspektif tokoh utama dan film "The Blair Witch Project" di mana teror terlihat melalui kamera yang dibawa oleh para tokoh.

Lantas, di era media sosial, makna POV mengalami pergeseran, yaitu lebih menggambarkan pengalaman sehari-hari yang lucu, absurd, dan menggelitik. Misalnya, video berjudul "POV: Gen Z ketika mengajar". Menciptakan pengalaman relatable dengan sentuhan komedi.

Siapakah Gen-Z atau Zoomer? 

Gen Z yaitu manusia yang lahir pada 1997 hingga 2012, meskipun usia tersebut masih menjadi perdebatan para akademisi dan peneliti, intinya mereka adalah generasi pertama yang tumbuh berdampingan dengan internet. 

Istilah "Z" dalam zoomer menandakan mereka adalah generasi paling mutakhir. Menurut Pew Research Center, Gen Z merupakan generasi beragam secara etnis, memiliki karaktetistik unik tersendiri dan paling melek teknologi di antara generasi sebelumnya. 

Dalam hal ini, POV menjadi populer di media sosial karena gaya narasi ini sangat cocok dengan karakteristik Gen Z yang terbuka dan adaptif terhadap perubahan. Termasuk dunia kerja. Gen Z sering kali di-roasting dalam konten POV karena stereotip yang melekat.

Yaitu, mulai dari kecenderungan multitasking hingga fokus pada work-life balance. Lantas, mengapa POV Gen Z ini mendunia dan menjadi teknik jitu bagi para kreator digital? Berikut Ini beberapa alasannya:

1. Generasi Z Hidup di Era Digital dan Penguasa Media Sosial

Menurut riset World Data Lab, Generasi Z diproyeksikan menjadi generasi terbesar dalam sejarah dengan populasi mencapai dua miliar orang, mencakup seperempat penduduk dunia. 

Uniknya, Gen Z adalah generasi pertama yang tumbuh di era digital, yang terbiasa hidup berdampingan dengan internet dan teknologi meskipun melakukan aktivitas secara nyata. 

Riset Morning Consult menunjukkan lebih dari 54% Gen Z menghabiskan empat jam atau lebih setiap hari di dunia maya. Dalam Civic Science juga menunjukkan bahwa Gen Z mengalokasikan 60-80% waktunya untuk bersosialisasi di media sosial. 

Dengan demikian, POV Gen Z berisi sarkasme terhadap diri sendiri, generasi lain, dan situasi di dunia kerja, yang tidak hanya menghibur, related, tetapi juga menyuarakan keresahan Gen Z, yang dapat dirasakan oleh generasi milenial hingga boomer yang berinteraksi dengan mereka. 

2. Gen-Z Aware terhadap Kesehatan Mental dan Isu Sosial

Generasi Z tidak hanya menguasai dunia digital, tetapi juga menjadi pelopor dalam memperjuangkan kesehatan mental dan isu-isu sosial. Mereka menolak untuk menyembunyikan stres dan tekanan yang dialami. 

Menurut American Psychological Association, mayoritas dari mereka sering mengalami gejala stres atau depresi, sehingga mereka menjadikan kesehatan mental sebagai prioritas utama.

Pendekatan Gen Z terhadap work-life balance, sering kali disalahpahami oleh generasi sebelumnya, yang menganggap mereka terlalu selektif dan tidak loyal terhadap instansi atau perusahaan. 

Dalam hal ini, Gen Z memandang kesehatan mental sebagai investasi yang tak kalah penting dari karier. Penelitian Deloitte menunjukkan bahwa Gen Z lebih peduli kesehetan mental daripada gaji yang besar. 

Namun, dalam hal ini, Studi dari McKinsey & Company menunjukkan bahwa perusahaan yang peduli terhadap kesejahteraan mental karyawan memiliki tingkat retensi yang lebih baik. 

Dengan demikian, Keberanian Gen Z atas kesehatan mental sedikitnya berdampak positif. Lewat advokasi mereka, Gen Z membentuk komunitas yang lebih manusiawi dan mengguncang dunia profesional.

3. Generasi Z, Problematik di Era Ketidakpastian

Di balik berbagai keunggulannya, Generasi Z sering kali dianggap problematik. Mereka dibesarkan dalam dunia yang dipenuhi ketidakpastian, dari krisis ekonomi hingga perubahan iklim, sehingga membentuk pandangan berbeda terhadap kehidupan. 

Menurut laporan Deloitte, 64% Gen Z merasa cemas tentang masa depan, menciptakan skeptisisme yang mendalam terhadap institusi dan otoritas. 

Namun ironisnya, di tengah ketidakpastian ekonomi, Gen Z justru terjebak dalam "doom spending," menghabiskan uang untuk membeli barang-barang hype dan memenuhi gaya hidup yang tidak terlalu penting. 

Selain itu, karakter Gen Z yang dinilai ceplas-ceplos dan spontan dalam menghadapi masalah kadang memberikan solusi yang tampak absurd, seperti guru atau orang tua yang menyarankan murid yang menjadi korban keusilan sesama murid, untuk balas dendam dibandingkan solusi lain yang lebih propesional. 

Dalam lingkungan kerja, respons generasi Z terhadap beban kerja yang berlebihan juga menciptakan gap antara mereka dan generasi sebelumnya, menciptakan pandangan bahwa mereka kurang sopan atau lain sebagainya. 

Meskipun kerapuhan ini sering kali menjadi bahan roasting di dunia maya, penting untuk diingat bahwa setiap individu Gen Z memiliki pengalaman dan tantangan masing-masing, tentunya karakter problematik tersebut tidak bisa dipukul rata. 

4. POV Gen Z Menjadi Cara Kreatif dalam Digital Marketing

Generasi Z dikenal dengan kemampuannya beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan dan inovasi. Mereka telah menciptakan tren baru dalam dunia pemasaran digital yang menarik perhatian. 

Salah satu kontribusi terbesar Gen Z adalah penggunaan konten autentik dan relatable. Konten POV yang mereka ciptakan bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga cara efektif untuk menyampaikan pesan merek.

Dengan menggunakan sudut pandang yang unik, mereka mampu menarik perhatian audiens dan membangun hubungan yang lebih dalam antara konsumen dan merek. 

Meskipun kecenderungan mereka sering kali mengarah pada solusi cepat, hal ini menciptakan tantangan dan peluang bagi pemasar. Pemasaran yang mengikuti tren Gen Z tidak hanya berfokus pada penjualan, tetapi juga penciptaan pengalaman yang berkesan. 

Itulah beberapa alasan-alasan mengapa POV Gen Z menjadi trending di media sosial dan mengubah lanskap konten kreatif. (CMIIW)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun