Mohon tunggu...
Gita ArmalitaSetyawan
Gita ArmalitaSetyawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret, Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran

Penikmat seni, travel dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Harmoni Budaya: Nilai-nilai dalam Tradisi Kirab Satu Suro di Petilasan Sri Aji Joyoboyo

12 Desember 2023   09:44 Diperbarui: 12 Desember 2023   09:52 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tradisi adalah kegiatan yang dilakukan secara berulang oleh masyarakat dan akan diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi mencerminkan perilaku anggota masyarakat, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam konteks spiritual atau keagamaan. Sejak tahun 1976, masyarakat Kediri memiliki sebuah tradisi upacara di petilasan Sri Aji Joyoboyo yang dilakukan setiap awal bulan Suro atau tanggal 1 Suro menurut penanggalan Jawa. Upacara yang diawali dengan upacara pembukaan di pendopo kantor kepala desa Menang dan berpindah ke 2 tempat lainnya yakni di loka moksa, loka busana dan loka mahkota dan lokasi kedua di sendang Tirto Kamandanu. Upacara ini diakhiri dengan acara caos dahar umum kemudian ditutup oleh pembawa acara. Dari begitu banyaknya rangkaian tata cara upacara dan perlengkapannya pada tradisi ini, namun dapat tetap lestari hingga saat ini. Hal ini tentunya karena masyarakat memahami dan menghormati nilai-nilai yang tercipta dari kegiatan ini. Ada beberapa nilai yang terkandung dalam upacara ini, seperti nilai budaya, nilai spiritual, nilai moral dan nilai sosial. 

Nilai Budaya. Tradisi Upacara Kirab 1 Suro di Kediri mengandung nilai-nilai budaya yang penting bagi masyarakat setempat. Nilai adat-istiadat tercermin dalam pelaksanaan upacara ini, yang merupakan bentuk penghormatan kepada para leluhur dan raja Sri Aji Joyoboyo. Acara ini merupakan tradisi turun-temurun yang diwariskan dari para leluhur masyarakat di wilayah kerajaan Kadiri hingga saat ini, sehingga sudah menjadi adat yang mendarah daging bagi warga Kediri. Pelaksanaan upacara ini juga mencerminkan penghormatan kepada raja Sri Aji Joyoboyo, yang dianggap sebagai tokoh penting dalam sejarah dan kepercayaan masyarakat Kediri. Dengan demikian, nilai adat-istiadat yang terkandung dalam upacara ini menunjukkan penghargaan dan kepatuhan masyarakat terhadap tradisi dan kepercayaan leluhur mereka.

Nilai Spiritual. Nilai spiritual yang terkandung dalam kegiatan tradisi suroan di Desa Menang Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, mencakup aspek kearifan, dan kebijakan. Tradisi suroan merupakan hasil dari akulturasi budaya Islam dan Jawa yang memiliki makna tersendiri bagi penduduk sekitarnya yang beragama Islam. Nilai Ilahiyah dan ketauhidan terdapat dalam akulturasi antara ajaran agama Islam dengan budaya Jawa, yang tidak bertentangan dengan al-Quran. Nilai ini memperkuat rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, memuliakan roh para leluhur, dan menciptakan kebersamaan serta kemaslahatan bagi masyarakat setempat.

Nilai Moral. Nilai moral yang terkandung pada kegiatan ini adalah penghormatan terhadap sejarah dan budaya lokal. Ritual napak tilas dan upacara ziarah 1 Syura di kompleks petilasan setiap tanggal 1 Muharam atau 1 Syura merupakan wujud penghormatan terhadap Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo dan dijadikan agenda wisata budaya rutin tiap tahun. Hal ini menunjukkan penghargaan terhadap sejarah dan budaya lokal 

Nilai Sosial. Nilai sosial yang terkandung dalam kegiatan kirab 1 Suro di Kediri mencakup nilai gotong royong dan kebersamaan. Kegiatan ini menunjukkan nilai gotong royong melalui partisipasi masyarakat dalam membersihkan tempat ritual sebagai bentuk persiapan sebelum pelaksanaan upacara. Selain itu, kegiatan ini juga mencerminkan nilai kebersamaan, di mana masyarakat secara bersama-sama merayakan peristiwa penting dalam perjalanan hidup manusia. Dengan demikian, kegiatan kirab 1 Suro tidak hanya menjadi bagian dari sejarah dan kepercayaan masyarakat, tetapi juga membentuk karakter masyarakat untuk membangun nilai kebersamaan dan gotong royong.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun