Mohon tunggu...
Gita Tiara
Gita Tiara Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Besarnya Pengaruh Pabrik Tahu Bagi Warga Cibocil

1 April 2017   14:25 Diperbarui: 2 April 2017   04:00 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktifitas setiap hari para pegawai pabrik tahu di Kampung Cibocil, Desa Sukamanah, Jonggol, Jawa Barat (18/03)

Jonggol adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Nama Jonggol mendadak terkenal pada tahun 2015 lalu saat tayangnya film Emak Ijah Pengen ke Mekah di layar kaca. Di Jonggol terdapat pabrik tahu dan langsung menjual kepasaran. Letak pabrik ini berada di Kampung Cibocil, Desa Sukamanah, Jonggol. Awal mula dibuatnya pabrik ini pada tahun 1983. Pemilik pabrik ini berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Pabrik ini dimiliki secara turun-menurun. Saat ini, pemilik pabrik tahu ini adalah Nunik Cahyati dan Asep Rahmat. Di bawah pemilik ada yang namanya bos pedagang. Tugas bos pedagang adalah mengawasi para pegawai. Pegawai bos pedagang dan pemilik berbeda. Pegawai dari pemilik pabrik dinamakan karyawan pabrik, tugasnya hanya membut tahu, sedangkan pegawai bos pedagang dinamakan anak buah dan tugasnya pun membantu membuat tahu, menyetak tahu, dan memasarkannya langsung. Pemilik dan bos pedagang memiliki tiga orang pegawai.

Pabrik tahu ini sangat berpengaruh pada warga yang ada disekitar pabrik tahu. Adanya pabrik ini, perekonomian warga Kampung Cibocil sangat terbantu, karena pabrik ini sebagai mata pencaharian warga. Adanya pabrik ini pun warga Cibocil bisa menyekolahkan anak-anak mereka dan bisa makan untuk setiap harinya. Deni yang biasa dipanggil Kentung, warga asal Ciamis, Jawa Barat, bos pedagang tahu mengatakan bahwa ia bekerja di pabrik tersebut dari tahun 1997 bisa menyekolahkan kedua anaknya, bisa membeli kendaraan, dan bisa membuat rumah sendiri. “Saya di sini (pabrik tahu) bekerja sudah 12 tahun bersama bapak. Kita bisa menyekolahkan anak-anak kita di Ciamis,” ujar Tasriani yang akrab dipanggil Aay sebagai pegawai dan pedagang. Pegawai lai pun mengatakan hal yang sama.

Bahan baku pembuatan tahu ini berasal dari kacang kedelai. Kacang kedelai ini didapatkan dari pemilik perusahaan yang menjualnya. Jenis tahu yang diproduksi ada tiga, yaitu tahu putih, tahu putih yang digoreng lalu direndam kembali dinamakan tahu coklat, dan tahu putih yang diberi kunyit dinamakan tahu kuning. Pada dasarnya pembuatan tahu sama saja. Pertama kacang kedelai dicuci, lalu direndam, ketika sudah mekar lalu digiling sampai halus, jika sudah digilig, kacang kedelai direbus sampai seperti susu lalu diangkat dan disaring, kemudian endapan bisa dicetak.

Tahu yang sudah jadi lalu dipasarkan ke daerah Jonggol, Cariu, Cileungsi, sampai ke Bekasi. Teknik penjualannya pun memesa terlebih dahulu lalu pihak pemesan mengambil langsung dari pabriknya. Untuk anak buah bos pedagang, mereka biasa menjual langsung di pasar kepada konsumen. Untuk harga tahu berbeda-beda. Untuk tahu coklat, tahu yang kecil dihargai Rp 200-Rp 250, untuk yang ukuran sedang dijual dengan harga Rp 300, dan untuk ukuran besar dihargai dengan harga Rp 500. Omset perusahaan ini sehari rata-rata mencapai Rp 2.000.000 dan mendapat untung hanya Rp 200.000-Rp 300.000 per hari. Suka dalam usaha ini adalah jika pesanan ramai maka mendapatkan untung banyak, namun jika pesanan sedikit maka tahu yang dibuat pun sedikit, pemasukan sedikit namun karyawan banyak. Jadi, jika pesanan sedikit maka pabrik ini tidak mendapatkan untung sama sekali. Namun, untuk saat ini, pesanan selalu ada setiap hari.

Tahu memang makanan yang sangat  bermasyarakat. Karena, untuk mendapatkan tahu bisa dari kalangan menengah bawah sampai menengah atas. Pabrik tahu pun ternyata menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat Indonesia. Tak jarang masyarakat Indonesia mengabdi hidupnya untuk pabrik tahu demi menghidupi keluarganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun