Mohon tunggu...
Gita Siregar
Gita Siregar Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis dari Universitas Katolik Santo Thomas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Moralitas Generasi Z : Menghadapi Krisis Etika di Era Modern

19 Maret 2025   18:37 Diperbarui: 19 Maret 2025   18:37 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Generasi Z yang lahir yang lahir di antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an yang tumbuh besar di era digital menghadapi tantangan moral yang unik. Akses tak terbatas ke informasi dan konektivitas global telah membentuk pandangan dunia mereka, tetapi juga memunculkan dilema etika yang kompleks. Dalam konteks ini, krisis etika yang dihadapi generasi Z adalah topik yang relevan dan sangat penting untuk dibahas perkembangan pesat teknologi, terutama media sosial, seringkali membawa dampak besar terhadap nilai dan pandangan moral generasi ini. Moralitas adalah landasan nilai-nilai yang membimbing perilaku manusia dalam menentukan apa yang dianggap benar dan salah. 

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi generasi Z adalah Media sosial dalam membentuk moralitas mereka. Media sosial seperti platform Instagram, Twitter, tiktok dan YouTube, sangat populer di generasi ini. Disini nilai-nilai seperti kebebasan berekspresi dan individualisme lebih sering didorong, misalnya fenomena " Cancel culture " Atau budaya pembatalan sering terjadi di media sosial dapat menjadi contoh nyata bagaimana moralitas generasi Z menghadapi tantangan. Pada satu sisi budaya ini mendorong keadilan sosial dengan mengecam perilaku atau tindakan yang dianggap tidak etis atau tidak adil. Disisi lain juga, media sosial sering kali memperlihatkan realitas yang sangat terdistorsi, dimana norma- norma sosial yang tidak selalu sehat menjadi standar yang dijadikan patokan, seperti obsesinya pada penampilan fisik yang sempurna atau kesuksesan material yang instan. Generasi Z sering kali terjebak dalam perbandingan sosial yang dipicu oleh tampilan idealisasi di media sosial yang berpotensi merusak rasa percaya diri dan memperkenalkan standar moral yang dangkal. Generasi Z bisa melakukan perilaku yang mungkin tidak akan mereka lakukan di Dunia fisik, seperti perundungan online ( cyberbullying) atau penyebaran informasi yang menyesatkan ini bisa dilakukan dengan bersembunyi dibalik avatar atau akun anonim. 

Dalam konteks yang lebih luas, krisis etika yang dihadapi generasi Z adalah akibat dari perubahan cepat dalam norma sosial, perkembangan teknologi dan kompleks global seperti ketidaksetaraan ekonomi perubahan iklim dan ketegangan politik. Moralitas generasi Z sering kali terperangkap antara memilih mempertahankan nilai-nilai tradisional yang diajarkan keluarga dan masyarakat atau merangkul nilai-nilai baru yang muncul akibat globalisasi. Selain itu, banyak dari mereka yang merasa sering kali lebih skeptis terharu institusi tradisional seperti pemerintah dan perusahaan besar. Ketegangan ini memperlihatkan bahwa moralitas generasi Z tidak lagi dapat dipandang secara hitam putih seiring dengan munculnya berbagai dilema etika yang menuntut perhatian dan penyelesaian yang lebih mendalam. 

Meski demikian, generasi Z juga menunjukkan kesadaran yang lebih tinggi terhadap isu-isu sosial, politik, dan lingkungan dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka cenderung lebih peduli terhadap keadilan sosial keberagaman, hak asasi manusia. Gerakan-gerakan ini seperti black Lives matter, aksi perubahan iklim yang dipelopori oleh aktivitas muda Greta Thunberg, serta kesadaran terhadap pentingnya inklusivitas gender dan orientasi seksual semakin memperlihatkan bahwa moralitas generasi Z sering kali terfokus pada menciptakan dunia yang lebih adil dan setara. Mereka lebih mengutamakan hak asasi manusia dan kesetaraan sosial serta berusaha menentang struktur yang dianggap tidak adil. Banyak dari mereka terjebak dalam aktivisme yang terfragmentasi atau bahkan melakukan " Aktivisme digital " yang hanya terbatas pada kampanye online tanpa tindakan nyata. 

Krisis etika yang dihadapi generasi Z bukalah hal yang harus ditakuti, melainkan peluang untuk membangun fondasi moral yang lebih kokoh untuk masa depan. Dengan berfokus pada nilai-nilai keadilan, keberagaman dan tanggung jawab sosial mereka dapat menghadapi tantangan global. Generasi Z memiliki kapasitas untuk mengubah dunia ini asalkan mereka mampu mengelola dengan bijak berbagai sumber daya akan informasi yang ada ditangan mereka. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun