Mohon tunggu...
Gita Qurotulain
Gita Qurotulain Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahasa daerah sebagai aset multikultural di sekolah dasar

18 Januari 2025   11:01 Diperbarui: 18 Januari 2025   11:01 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Jelita Pramuntika, Gita Qurrotul Ain 

Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman Bahasa yang sangat kaya,berdasarkan informasi dari badan pengembangan dan pembinaan Bahasa, terdapat lebih dari 700 bahasa yang tersebar di seluruh wilayah. (KEBUDAYAAN, 2016). Sekolah merupakan Lembaga Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi generasi yang memiliki wawasan, sikap, dan Tindakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang memperhatikan latar belakang multikulturalisme. (Munandlir, 2016). Dalam pendidikan formal, bahasa daerah diajarkan tidak hanya sebagai sarana komunikasi, tetapi juga sebagai wahana untuk menanamkan nilai-nilai budaya bangsa. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang mengutamakan pengembangan tidak hanya di bidang pengetahuan, tetapi juga dalam pembentukan karakter, seperti etika dan kesopanan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Mata pelajaran bahasa daerah di tingkat SD memiliki peran penting dalam mengenalkan bahasa daerah sebagai bagian dari budaya bangsa pada jenjang pendidkan formal. (Aprilia, 2006). Meski demikian, pelaksanaan mata pelajaran bahasa daerah menghadapi berbagai kendala, seperti terbatasnya tenaga pengajar yang berkualitas dan kurangnya perhatian terhadap sejumlah bahasa daerah yang kurang dikenal. Oleh sebab itu, dukungan dari pemerintah, masyarakat, serta lembaga pendidikan menjadi sangat penting untuk menjamin keberlangsungan pembelajaran bahasa daerah di sekolah. Secara keseluruhan, pengajaran bahasa daerah di tingkat SD merupakan upaya strategis untuk melestarikan warisan budaya bangsa, membangun karakter siswa, dan memperkuat identitas nasional di tengah tantangan globalisasi. 

Melalui pembelajaran bahasa daerah di SD, siswa diperkenalkan dengan kekayaan budaya lokal sejak usia dini. Hal ini mendukung peran sekolah sebagai institusi pendidikan yang menanamkan nilai-nilai multikultural dan membangun sikap penghargaan terhadap keberagaman. Pembelajaran ini juga merupakan implementasi dari UUD 1945 Pasal 32 Ayat (2), yang menyatakan bahwa negara memiliki kewajiban untuk menghormati dan melestarikan bahasa daerah sebagai bagian dari budaya nasional. Selain itu, berdasarkan kurikulum DEPDIKNAS, pengajaran bahasa daerah juga mampu mengembangkan kemampuan berpikir logis siswa. (Pramesta, 2022). Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengajaran bahasa daerah adalah kurangnya tenaga pendidik yang berkualitas. Banyak sekolah kesulitan mendapatkan guru yang mampu mengajarkan bahasa daerah secara efektif. 

Selain itu, sejumlah bahasa daerah berada dalam kondisi kritis akibat minimnya penutur asli yang aktif menggunakan bahasa tersebut. Kondisi ini diperburuk oleh sekolah yang memiliki standar internasional (SBI) yang menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa utama. (Rohman, 2018). Pengaruh globalisasi yang cenderung mengurangi keunikan budaya lokal dan mendorong penggunaan bahasa yang lebih umum seperti bahasa Indonesia atau bahasa asing. Terlebih lagi, minat Masyarakat terhadap Bahasa daerah, terutama dikawasan perkotaan, semakin berkurang, dominasi Bahasa indonesia dan Bahasa asing seperti Bahasa inggris dalam kehidupan sehari-hari menjadikan Bahasa daerah tersingkirkan. Rendahnya apresiasi ini berdampak langsung pada terpainya pengajaran Bahasa daerah di sekolah. 

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan langkah-langkah strategis yang menyeluruh. Pemerintah dapat memberikan pelatihan kepada para guru agar lebih kompeten dalam mengajarkan bahasa daerah. (Nasir, 2020). Selain itu, pengembangan bahan ajar yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan siswa juga sangat penting. Peran masyarakat juga krusial dalam pelestarian bahasa daerah, misalnya melalui kegiatan berbasis komunitas, seperti festival budaya atau kompetisi bertema bahasa daerah. Di era digital, teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk merekam, mendokumentasikan, dan menyebarluaskan bahasa daerah melalui aplikasi atau platform digital.

Dengan demkian, Pembelajaran bahasa daerah di jenjang sekolah dasar merupakan upaya strategis untuk melestarikan budaya bangsa, membangun karakter generasi muda, serta memperkuat identitas nasional. Namun, kesuksesan program ini sangat bergantung pada kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan institusi pendidikan. Dukungan dalam bentuk kebijakan yang mendukung, pelatihan guru, serta kegiatan budaya dapat menjadi solusi utama untuk memastikan bahasa daerah tetap hidup dan berkembang dalam menghadapi tantangan globalisasi.

Biografi Penulis 

Jelita Pramuntika lahir di bekasi pada tanggal 15 Mei 2004, anak kedua dari tiga bersaudara. Jelita mengenyam pendidikan sekolah dasar di SDN Sirnajati 04, sekolah menengah pertama di SMPN 1 Cibarusah dan sekolah menengah atas di SMAN 1 Cibarusah. Sesuai dengan cita-cita hidupnya yang ingin menjadi seorang guru akhirnya jelita melanjutkan studi di Universitas Pelita Bangsa pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) pada tahun 2024.

Gita Qurrotul Ain lahir di Bekasi pada tanggal 20 Januari 2006, anak ketiga dari tiga bersaudara. Gita mengenyam pendidikan sekolah dasar di SDN Cibarusah jaya 04, sekolah menengah pertama di MTS Al-Baqiyatussholihat dan sekolah menengah atas di MA Al-Baqiyatussholihat. Sesuai dengan cita-cita hidupnya yang ingin menjadi seorang guru akhirnya gita melanjutkan studi di Universitas Pelita Bangsa pada program Pendidikan Sekolah Dasar (PGSD) pada tahun 2024.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun