Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Konsumen Jangan Takut Diancam oleh Retailer

14 Oktober 2014   09:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:06 1868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14132518362049410690

[caption id="attachment_366243" align="aligncenter" width="620" caption="ilustrasi/admin(KOMPAS/LASTI KURNIA)"][/caption]

Saya pernah berbisnis kecil-kecilan , yaitu memasok tas-tas dan pernak-pernik kecil di Supermarket dan Department Store di Singapore. Tidak mudah memang menjalani kerjasama dengan retailer besar seperti Department store . Sistem pembayaran mengikuti cara mereka, kadang perputaran uang sampai 3 bulan untuk barang kita yang terjual , pun begitu kita mesti memenuhi target penjualan mereka, kalau tidak memenuhi target justu kita retailer kecil yang harus membayar ke Department Store tersebut.

Atas dasar itulah sedikit lebih banyak saya mengetahui seluk beluk perputaran uang di dunia retailer. Pernah ada satu toko yang menjual barang-barang saya telah menunggak dan tidak membayar tagihan sampai berbulan-bulan. Saya sudah mengirim Invoice dan surat peringatan berkali-kali tetapi tetap tidak di gubris. Sampai akhirnya saya kirimi surat peringatan keras dengan ancaman membawa mereka ke Pengadilan . Sebenarnya cara keras ini paling di benci oleh retailer tetapi bagaimana lagi hutang tetap harus di bayar bukan?. Padahal terus terang untuk sampai ke Pengadilan tidak segampang itu , kita perlu menyewa Lawyer. Tahu sendiri menyewa Lawyer itu mahal sekali , dan utang toko itu cuma sekitar seribu dolar saja. Bandingkan biaya yang mesti saya keluarkan kalau sampai menyewa Lawyer berarti saya malah rugi dan tombok . Sebenarnya itu hanyalah taktik gertak sambal dari kami Retailer supaya kami terlihat sangar dan bersungguh-sungguh.

Akhirnya Toko tersebut menelpon saya setelah surat gertak sambal tersebut di terima, intinya toko itu minta keringanan dan hutangnya boleh dicicil. Menurut saya win-win solution sih ok saja yang penting uang bisa kembali.

Nah itu contoh , walaupun di gertak sambal kalau anda salah anda tetap salah dan tetap harus membayar. Lalu bagaimana sebaliknya kalau anda merasa tidak bersalah tetapi harus membayar juga?, nih saya ada ceritanya.

Namanya Budi sebut saja begitu , kuliah di Singapore baru datang sebulan yang lalu. Budi di samperin oleh Sales sebuah Fitnes Studio cukup ternama di Orchard Road, intinya Budi tertarik untuk ikut Fitnes disana, tentu saja Budi harus membayar biaya Membership card. Berhubung Budi Mahasiswa dan tidak membawa uang cukup , maka perjanjian kontrak membership card itu hanya di tandatangani Budi saja di tempat Fitnes tersebut hari itu juga ( biasanya sales beginian memang agak aktif dan sedikit memaksa). Budi diharuskan membayar Membership card sebanyak 350 dolar untuk setahun sedangkan iuran bulanan cukup 100 dolar perbulan.

Akhirnya sesampai di rumah setelah dipikir-pikir Budi menyesal telah menandatangani formulir kontrak tersebut dan dia curhat ke saya. Sayapun kasihan dengannya karena melihat situasinya yang hanya mahasiswa dan tidak bekerja. Bagaimana cara mengatasinya karena Budi merasa dikejar-kejar Sales tersebut dan hampir tiap hari di telpon untuk membayar membership card itu ?. Budi terus terang mengatakan kalau dirinya pernah sekali masuk ke Fitnes itu  untuk percobaan gratis.

Dengan enteng saya mengajari Budi untuk membiarkan saja dan jangan di bayar asalkan dia tidak mau menjadi anggotanya. Lalu bagaimana kalau dia menelpon terus? ya ganti saja no Handphone kata saya. Terus bagaimana kalau mereka ke Universitas kata Budi lagi. Ya biarkan saja karena tidak ada sejarahnya orang nagih utang kalau kamu belum pernah merasakan hasil utang tersebut . Lalu kalau mau ke Universitas mereka mau omong apa? malah mereka akan di gurui oleh Dosenmu nanti karena menjalankan Hard Marketing (Marketing  rada-rada memaksa ).

"Wah Mbak Preman juga " kata Budi. hahahahha saya tertawa.

Akhirnya case closed dan tidak ada beritanya lagi. Budi berterima kasih kepada saya karena tidak jadi kehilangan 350 dolar dan iuran bulanan.

Bebrapa bulan lalu saya dibikin marah oleh sebuah retail online terkenal di Jerman namanya "Bon***x", masalahnya adalah mantel  yang saya beli kebesaran dan saya sudah mengembalikannya. Pembayaran memaki Paypal, mestinya retailer online tersebut mengembalikan uang  ke paypal saya kembali. Tetapi setelah saya check uang kembalian tersebut tidak ada, akhirnya saya berpikir mungkin saya perlu order Mantel lagi dengan model yang sama tetapi size lebih kecil karena uang saya masih ada di mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun