Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Jangan Menyerah

23 Agustus 2016   09:35 Diperbarui: 23 Agustus 2016   09:43 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Malam itu di coffe shop depan apartemen kita . Kuingat bulan merekah bulat di langit hitam kelam. Putihnya memencar di kelamnya gelap malam.  Hanya ada satu bulan di dunia ini . Tengoklah ke atas dan ingatlah setiap bulan purnama cerita bahagia kita pesanmu . 

Aku tergelak sambil menghirup teh o , ku jentikkan abu rokok di asbak dari kaleng susu. Kumal dan dekil. Bah! Sampai sekarang pun asbak tidak pernah ganti, selalu recycle dari kaleng susu kental manis. Memang mereka tidak ramah dengan perokok disini. Harap maklum. Ini Singapur.

Kopi o hitam pekat ditemani hembusan rokok, bihun goreng dan tahu goreng malam-malam, entah hembusan keberapa buatmu dan kopi o keberapa di mejamu. Aku hanya mendengarkan obrolanmu , sesekali komentar dan memberi sudut pandangku. 

Aku tahu orang- orang tidak akan mengerti kita, tidak akan pernah !. Mengapa kita masih berkawan? Mengapa kita masih berteman. Walaupun setelah prahara hidup yang menghancurkanku dan anak- anak kita. Huh...kadang hidup itu mudah tidak usah dibikin sulit dan complicated. Mungkin kamu saja yang membikin hidupku dan hidupmu sulit waktu itu. Tapi itu dulu . Aku sudah memaafkaanmu. Memaafkan dan melupakan. Lifes goes on, move on. Seperti sistem tata surya mereka tidak pernah diam selalu move on, do it saja jangan banyak alasan pesanku.

Kamu seperti biasanya hanya tersenyum simpul di meja biasa yang kita duduki. Asem! Nasehatku hanya angin lalu. Sudahlah aku mesti pergi kataku. Move on! . Itu cerita kita 6 tahun lalu pertemanan kita setelah prahara tahun 2005 usai. 

27.6.2016

Ku ketok pintu apartment kita, kupanggil namamu. Sejam aku menunggu diluar gerah dan  panas!. Mungkin aku salah baju atau mungkin juga udara di Jerman telah mengubahku. Akhirnya kau buka pintu. Yang kulihat hanya bayangan mumy berjalan tanpa cahaya hidup, kurus, dekil, gondrong dan bau tembakau!. 

Tuhan tegarkan aku, tegakkan aku sekali lagi di hadapanannya. Hey! Tidak mungkin aku menjadi pilarmu kembali. Melihatmu seperti itu hanya bulir air mata jatuh satu persatu. Mana keegoanmu dulu, mungkin tidak waktunya aku tanyakan itu. Tetapi saat ini penting kamu harus tahu itu. Bangkit dan selesaikan cerita bukumu. Jangan tuliskan kata the end sebelum aku punya kesempatan menorehkann kata- kata pendahuluan disitu. Ayoooo jangan menyerah!.

Tetapi kamu hanya duduk diam terpaku di pojokan situ, menatap dinding beku sambil menghembuskan rokokmu. Mengapa vengkau menyerah? Aku tidak habis berpikir, bukankah kau yang menyuruhku never give up seperti bulan purnama bersinar di gelap malam?. 

Lelaki kurus dengan tatapan mata kosong itu hanya tahu berbicara dengan dirinya sendiri, tangannya tidak lepas memlintir kulit di perut atau tangannya. Rokoknya tidak pernah lepas dari jemarinya. Jangan menyerah , dont give up your life ulangku berkali- kali sudah tidak dimengertinya.

Ini tidak adil pikirku, kamu enak saja give up dan menyerah, sedangkan aku?. Kalau harus menyerah mungkin aku duluan yang harusnya begitu dan cekikikan sendiri atau menangis di pojok situ. Why?... Aku mau jawabanmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun