Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Iparku Poliandri? Alasannya Sungguh Mencengangkan

6 Januari 2015   09:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:43 6497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_388779" align="aligncenter" width="376" caption="Betapa akrabnya mereka!"][/caption]

Saya membaca tulisan rekan Kompasianer I Ketut Merta Mupu dan sangat tertarik dengan ulasannya ditinjau secara Filsafah mengapa Drupadi berpoliandri.

Tetapi saya tidak akan membahas tulisan tersebut, di sini saya hanya ingin berbagi cerita tentang ipar saya di Jerman dan kehidupan orang-orang sepertinya di lingkungan kami , baik yang saya kenal secara langsung atau yang tidak.

Poliandri sendiri menurut kamus yang saya baca pengertiannya adalah "Praktek atau kondisi seseorang memiliki lebih dari satu suami pada satu waktu."

Apabila seorang wanita secara legal dan menurut hukum yang sah telah menikah dan dibuktikan dengan surat nikah atau alat bukti lainnya yang sah menurut negara dimana dia bertempat tinggal, akan tetapi pada masa yang sama dia tidak bertempat tinggal dengan suami sahnya tersebut bahkan tinggal dengan lelaki lainnya apakah ini juga disebut Poliandri?

Saya pribadi akan berkata, yes! Walaupun dilakukan tahu sama tahu dan penuh kesadaran, pun surat nikah legal hanya satu dengan suami sahnya akan tetapi karena suatu hal dan alasan sang wanita malah hidup seatap dengan lelaki lain yang bukan suami sahnya. Apakah fenomena ini bisa di terima di Society Modern sekarang ini? Jawabannya bisa ternyata, dan saya mendapatkan contoh dan bukti-buktinya tidak jauh-jauh tetapi masih kerabat dekat sendiri di Jerman yaitu kakak ipar saya. Dan masih banyak lagi perempuan-perempuan Jerman yang melakukannya. Tentu saja  ini juga tindakan yang tidak menyalahi Hukum di sini. Pertanyaannya, kenapa dia Mereka melakukannya?

Saya mengenalnya sebagai Heike, perempuan Jerman berusia 47 tahun ini terkesan sangat tomboy dan "sangat Jerman". Rokoknya tidak pernah berhenti mengepul, badannya kekar tinggi besar, pekerjaan sehari-hari Chef di Hotel kenamaan di kota kami Magdeburg. Pekerjaan sampingan sebagai gardener pemotong pohon dan tukang panjat-panjat genteng. Kalau menyetir mobil di jalan raya pembalap F1 mungkin bisa kalah ya. Heike mengemudikan mobil sangat kencang sekali, apalagi kalau sudah masuk Autobahn (jalan tol) pasti ngebut  dan menikung tajam di tiap tikungan. Astagfirullah hal adzim saya kapok di supirinya. Berkali-kali saya berpegangan pada pegangan mobil sambil nyebut nama Tuhan . Nyebut tho mbak batin saya, lupa kalau Heike tidak beragama. Setelah itu saya benar-benar tidak mau semobil dengannya, mending alon-alon asal kelakon supaya selamat dan jantung tidak deg-degan. Sekali saja dan tidak akan ada lagi. Kapok.

Kenapa saya sebut dirinya sangat Jerman?  Image yang saya tangkap wanita Jerman adalah penuh percaya diri, independent, straight foward, pejuang kesetaraan gender yang sangat getol, perokok dan berani berkata tidak. Itu semua ada pada diri Heike kakak ipar saya.

Saya menyayanginya seperti saya menyayangi keluarga yang lain. Kelebihan Heike yang sangat menonjol adalah masakannya selalu lezat dan seorang wanita yang sangat cekatan. Dia pernah menebang pohon apel di kebun saya seorang diri , sedangkan saya dan suami menjadi mandor di bawah sambil memunguti ranting-ranting dan dedaunan.

"Kenapa bukan dirimu yang melakukannya, kamu khan laki-laki" tanya saya pada suami.

"Heike bisa melakukannya, di Jerman laki-laki dan perempuan sama saja tidak ada bedanya"Jawab Stephan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun