[caption id="attachment_344831" align="aligncenter" width="504" caption="Surat suara dengan Sampul kirim kembali"][/caption]
Minggu-minggu ini saya lalui dengan deg-degan bak menunggu surat dari pacar yang tak kunjung datang, terkenang masa remaja jamannya cinta monyet , waktu itu belum ada Hp. Otomatis hanya dengan surat menyuratlah kita sering berkomunikasi. Pokoknya jadul banget kalau diingat. Terbayangkan bagaimana rasanya waktu Pak Pos didepan rumah mengulurkan sampul biru beraroma parfum .
Dengan deg-degan biasanya saya membaca kalimatnya satu persatu , walaupun isinya biasa-biasa saja tetapi kalau yang menulis si dia jadi luar biasa, sensasinya itu lho mak jreeeeeeng banget! Tapi itu cerita dulu, sekarang eranya Facebook, Twitter , Instagram dan begitu banyak ragamnya social media , apakah anak muda sekarang masih mengharapkan surat cinta ? Saya tidak tahu apa masih ada yang suka menunggu pak pos di depan pintu mengantarkan surat sang kekasih.
Tapi surat apa yang bisa membikin saya deg-degan saat ini ? saya memang menunggu surat dari PPLN Berlin , sebuah surat berharga yaitu hak suara saya dalam Pilpres kali ini. Karena saya berjanji tahun ini adalah tahun penentuan apakah Indonesia masih ada harapan. Setelah sekian lama saya termasuk golongan Golput , tahun ini dengan adanya Jokowi saya memastikan kalau harapan itu masih ada dan dengan semangat 45 saya menaruh harapan itu di pundak Jokowi – Kalla.
Hari ini surat berharga yang sempat membikin saya dag-dig dug itu datang , saya baca satu persatu TATA CARA PEMBERIAN SUARA MELALUI POS.
Dalam amplop terdapat Sampul no 1 , sampul no2 untuk memasukkan surat suara yang telah dicoblos dan sampul no 3 adalah sampul kirim kembali yang telah disediakan beserta perangkonya. Jadi kita tidak usah bingung mencari sampul dan perangko tersebut karena semuanya telah tersedia di sampul utama tadi. Saya juga harus menanda tangani Formulir tanda terima di amplop kirim kembali tersebut.
Sudahkah selesai sampai disini? Tentu tidak..perjalanan masih panjang. Semoga kubu sebelah tidak melakukan kampanye “Potong Jalan” untuk mendiskripsikan persaingan yang tidak fair dengan menjegal lawan apapun dihalalkan. Semoga! Salam dari Magdeburg! #CerdasPilih2
[caption id="attachment_344839" align="aligncenter" width="599" caption="Gb ini cuekin saja, karena ini gb Moma yg lagi nyari ribut dengan tetangga"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H