Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Magdeburg Jerman Timur: Masjid yang Terkunci

17 Juli 2014   11:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:05 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_348215" align="aligncenter" width="600" caption="dokumen Pribadi"][/caption]

Minggu kedua Bulan Ramadhan, kurencanakan  ber-I'tikaf di Masjid. Pengertian I'tikaf yang sederhana dalam pengertian bahasa berarti berdiam diri yakni tetap di atas sesuatu. Sedangkan dalam pengertian syari'ah agama, I'tikaf berarti berdiam diri di masjid sebagai ibadah yang disunahkan untuk dikerjakan di setiap waktu dan diutamakan pada bulan suci Ramadhan, dan lebih dikhususkan sepuluh hari terakhir untuk mengharapkan datangnya Lailatul Qadr.

link terkait.

[caption id="attachment_348207" align="aligncenter" width="282" caption="Jamaah wanita yang cuma sebaris saja."]

1405546147401615632
1405546147401615632
[/caption]

Si dia malam itu harus bekerja shift malam jadi kupikir bagus juga ku berdiam di masjid sambil beribadah, tidak ada yang merasa ditinggalkan.  Karena si kecil tidak ada yang menjaga di rumah akhirnya ku ajak serta juga. " Boleh bawa Tablet nggak Ma?" katanya...

" Bawa saja Tabletmu sebagai pengusir bosan kalau Mama sembahyang, sekalian bawa bantal dan selimut ya?" kataku sambil menyiapkan tas besar.

Tidak lupa kumasukkan botol mineral dan roti manis ke tas itu, walaupun kutahu di masjid banyak makanan berlimpah untuk berbuka dan sahur nanti. Tapi Tak apalah untuk jaga-jaga kalau perut tak mau menerima masakan mereka, yang penting ku sudah membawa makanan cadangan.

Kupikir tidak ada salahnya berdiam di Masjid dari jam 9 malam, karena kita berbuka sekitar jam 9.30 malam, kemudian dilanjutkan Shalat Tharawih sekitar jam 10.30 malam. Itu rencana awalnya. Ternyata ku sudah sampai di Masjid jam 8.30 malam, si dia mengantarkan  kita sebelum ke tempat kerjaan, ya sudah tidak apa-apa dari pada naik Tram agak repot .

[caption id="attachment_348208" align="aligncenter" width="329" caption="Nasi Briyani dan Kari ayam"]

14055462801987663546
14055462801987663546
[/caption]

Kulihat di depan Masjid kecil itu ada dua orang laki-laki yang berdiri disana,  pintu Masjid terkunci, dua orang tersebut menggoyang-goyangkan handel pintu sambil sesekali celingukan kesana kemari mencari kunci. Si kecil menyelutuk, "mungkin kuncinya ada di bawah keset atau di bawah pot bunga seperti cerita di buku!"

Kita tertawa bersama, mereka juga jamaah sepertiku yang ingin beribadah. Duh kok terkunci batinku, akhirnya kita duduk di pagar didepan Masjid. Bagaimana kalau orang mau Sembahyang kalau pintu Masjid terkunci?  Apa dibukanya kalau pas Adzan saja kemudian di kunci kembali? pikirku.

Teringat kata seorang teman, sebelumnya dia pun kecewa karena pernah mampir untuk Shalat Dhuhur dan menemukan Masjid terkunci, akhirnya temanku ini pulang dan kembali ke Apartmentnnya sendiri yang  berjarak agak jauh.

[caption id="attachment_348210" align="aligncenter" width="376" caption="Kudapan manis dan Legit , namanya lupa."]

14055463931671817576
14055463931671817576
[/caption]

Jam 9 malam pintu masjid dibuka, aku segera melangkahkan kakiku masuk diiringi si kecil yang riang gembira dan jamaah laki-laki yang tadi sudah menunggu duluan di luar. Sepi tidak ada jamaah wanita kecuali diriku. Ya sudah ku tinggal shalat sunnah dan baca Alquran sambil menunggu buka puasa.

Jam 9.25, lima menit sebelum waktu buka kulihat para wanita satu persatu datang. Pas buka puasa kulihat hanya ada kita ber-enam perempuan dewasa, aku, wanita dari India dan anak perempuanya yang masih kecil, wanita dari Palestina dan anak balitanya, istri Imam Masjid, seorang perempuan muda nan cantik jelita dan Ibu-ibu yang tinggi besar dari Turki.

Menu hari ini adalah sejenis nasi briyani dan kari ayam, dengan acar daun selada dan ketimun. Ada juga kue-kue manis yang saya tidak tahu apa namanya, rasanya manis dan legit. Sambil berbuka ku mengobrol dengan istri Imam Masjid tentang Masjid yang terkunci tadi.

[caption id="attachment_348211" align="aligncenter" width="302" caption="Si Nona Cantik"]

14055465001637517457
14055465001637517457
[/caption]

Memang masjid harus dikunci untuk menjaga keamanan dan hanya di buka pas waktu Adzan shalat lima waktu seperti perkiraanku tadi, setelah itu Masjid akan di kunci lagi . Haduh pikir saya dalam hati , beda sekali dengan kita di Asia , kebanyakan Masjid atau Musholla akan di buka lebar-lebar 24 jam terbuka bagi siapa saja dan kapan saja untu beribadah.

"Bagaimana kalau ada Musafir yang kesasar dan tidak ada tempat tinggal?" tanya saya,"ah tidak ada itu cerita musafir disini, Di jerman orang yang tingga disini semuanya legal" kata istri sang Imam. "Kalau orang masuk Jerman tidak punya tempat tinggal sudah pasti akan ditolak visanya" katanya panjang lebar. Aku tertawa  teringat Pak guru agama dengan ceritanya, Masjid atau Musholla sebagai tempat persinggahan para Musafir yang kemalaman di jalan dan tidak punya tempat tinggal sementara. Ah itu cerita di tanah air... aku lupa disini di Jerman segalanya berbeda.

Kuutarakan niatku untuk beriktikaf di masjid kepada istri Pak Imam , "nanti saya bicarakan dengan Imam ya setelah Shalat Tarawih," kata bu Imam dengan senyuman lebar. Dalam hati kupikir baru kali ini berdiam di Masjid harus pakai ijin Imam Masjid.

Setelah Shalat Tarawih usai, Pak Imam menghampiri dan mengatakan, baru kali ini ada wanita mau ber I'tikaf di Masjid  ini katanya. "baiklah saya akan mengunci pintu Masjid dan saya akan berikan satu kunci untuk anda keluar besok pagi, dan tolong nanti kuncinya anda taruh di sana" katanya sambil menunjukkan lemari di ujung. Jadi besok setelah anda keluar Masjid pagi hari, Masjid dalam keadaan tidak terkunci lagi sampai siang hari waktu shalat Dhuhur, biarlah pintu Masjid terbuka demi anda besok" kata Pak Imam panjang lebar sambil memberikan sekotak makanan untuk sahur nanti katanya.

Mereka meninggalkan masjid jam 12.30 pagi dan menguncinya dari luar, saya berdoa dan si kecil sudah kecapekan , kulihat dia sudah tertidur. Tidak ada rasa takut sendirian, tetapi perasaan aneh dan lucu saja seorang diri di tempat suci dan terkunci dari luar!

Ku tertidur sebentar, sayup-sayup kudengar suara Adzan, ternyata Subuh menjelang sekitar jam 2.37 pagi, kudengar ada beberapa jamaah laki-laki datang dan melakukan shalat jamaah setelah itu sejam kemudian mereka meninggalkan Masjid dan menguncinya kembali. Tinggal  sendirian lagi dengan si kecil sampai besok pagi. Jam 5.30 pagi Mobil jemputan sudah di depan masjid dan Hp saya berdering nyaring, "bagaimana rasanya tidur disana?" katanya. Aku senyum-senyum saja.

Tak ku sangka selama ini Masjid  memang terkunci setelah ibadah Shalat berjamaah usai. Apakah ini karena komunitas kita yang sedikit dan minoritas disini, sampai Masjid pun harus terkunci untuk menjaga keselamatan. Keselamatan apa? tanyaku dalam hati. Keselamatan barang-barang atau keselamatan apa? wallahualam. Karena kulihat tidak ada benda-benda berharga didalamnya, kecuali kipas angin tua atau peralatan sound system yang tentunya bukan barang mewah. Lalu apa?

Hanya angin semilir dan bunga-bunga yang mampu berbisik-bisik karena  akupun tidak mendapatkan jawaban pasti. Keselamatan apa?

[caption id="attachment_348213" align="aligncenter" width="470" caption="Perjalanan Pulang Pagi Hari Dari Masjid Nan Sepi dikawal Mobil Pemadam kebakran...."]

14055467301700014010
14055467301700014010
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun