Mencuri adalah tindakan kejahatan yang paling sering terjadi di sekitar kita. Bisa saja itu hanya pencurian dalam skala kecil ataupun dalam skala besar. Besar ataupun kecil nilai dari barang yang menjadi objek curian tidak dapat merubah nilai yang ada, bahwa faktanya pencurian dalam skala kecil ataupun besar dan dalam bentuk apapun tetaplah suatu bentuk dari tindakan kejahatan. Mencuri biasanya di latar belakangi dengan ekonomi si pelaku yang rendah. Yang mendorong ia untuk mengambil jalan pintas dengan mengambil sesuatu yang bukanlah miliknya, dan tujuan dari itusemua tidak lain untuk memenuhi kebutuhannnya. Lalu bagaimana jadinyajika ada seseorang melakukan tindakan pencurian hanya karna didasarkan pada rasa ingin memiliki, padahal pelaku tidak dalam kondisi ekonomi yang buruk. Didalam dunia psikologi tindakan seperti ini bisa dikatakan gangguan psychis atau gangguan jiwa. para psikolog juga biasa menyebutnya dengan Kleptomania.
Kleptomania adalah tabiat mencuri yang disebabkan oleh gangguan mental. Kleptomania adalah gangguan pada impuls yang menyebabkan pengidapnya tidak dapat menahan keinginan atau dorongan untuk mencuri benda yang tidak diperlukan, bahkan benda yang dicuripun tidak memiliki nilai baginya. (dalamartikel Zaiti Sabiti “Penyakit Suka Mencuri”, Universitas Putra Malaysia). mereka melakukan pencurian bukan dikarenakan cemburu atau benci terhadap orang yang mempunyai barang tertentu tetapi hanya karena ada dorongan dari otaknya untuk melakukan pengambilan barang itu yang menjadi semacam tantangan untuk dirinya.
Pada umumnya kleptomania disebabkanoleh pengalaman dan perilaku masa kecil yang mendalam dan banyak factor yang membuat kebiasaan itu semakin tumbuh berkembang. Gangguan kejiwaan semacam ini bukan karena khayalan atau halusinasi, sehingga pengidap kleptomania juga bisa di diagnosa dan di observasi dari kebiasaan dan kelakuan yang mereka lakukan ketika melihat barang atau sesuatu yang dimiliki orang lain.
Pakar psikiatri dari rumah sakit Pantai Kuala Lumpu, yang juga dosen psikiatri fakultas pengobatan dan kesehatan Universitas Putra Malaysia (UPM), Profesor Madya Dr Hamidin awang berpendapat bahwa mencuri yang disebakan karena gangguan mental berbeda dengan mencuri yang dilakukan oleh seorang penjenayah (pencuri).
Pencuri akan merancang dulu lokasi atau sasaran benda seseorang yang akan menjadi target curiannya. Dan juga tidak lupa sangpencuri akan memastikan bahwa benda yang di curinya akan memiliki nilai jual dan dapat menguntungkan baginya.
Sebaliknya, para pengidap Kleptomania hanya akan mencuri bila ada dorongan bagi dirinya untuk melakukannya, dan biasa itu terjadi secara tiba-tiba. Dan perasaan ingin mencuri tersebut begitu mengebu-gebu. (dalamartikel Zaiti Sabiti “Penyakit Suka Mencuri”, Universitas Putra Malaysia).
Sebagian daripengidap Kleptomania adalah seorang wanita. Pada umumnya yang kleptomania mulai mulai munncul pada masa pubertas, daribeberapa kasus yang ada, ada yang menderita kleptomania seumur hidup, namun bagi anak-anak belum dapat dipastikan atau bisa dikatakan sulit untuk memvonis mereka mengalami kelainan Kleptomania. Karena pada umumnya orang dewasa hanya akan menganggap tindakan mencuri yang dilakukan anak-anak pada usia dini, hanyalah sebuah kenalan anak-anak biasa. Itu semua didasarkan pada anak-anak belum pandai memilah-milih mana yang benar mana yang salah. Mana yang menjadi milik mereka mana yang bukan.
Pada orang dewasa apalagi jika mereka merupakan seseorang yang terkenal, tindakan kleptomania ini akan berakibat mencemarkan nama baik mereka sendiri. Karena biasanya para pengidap kleptomania tidak akan puas hanya dengan sekali melakukan perbuatan yang salah tersebut.
Sebenarnya kleptomania dapat di obati dengan memberikan obat-obatan yang biasa diguunakan untuk mengibati penyakit obsesif-konfulsif dan obat anti depresi, namun itu akan memakan waktu yang cukup lama. Ada cara yang lebih baik lagi, yaitu dengan melakukan meditasi. Dengan meditasi, penderita diajarkan untuk memusatkan pikirannya. Namun bila masalah kleptomania ini terdapat pada trauma masalalu penderita, maka ada baiknya bila dilakukan penyelesaian masalah pada traumanya dahulu. Cobalah untuk mengenali penderita dan masalah yang ia alami. Dan bantu ia untuk menyelesaikan dan keluar dari masalah di masalalu yang berakibat trauma di masa sekarang. Jika memang sangpenderita sendiri belum memahami dan belum mampu mengontrol dirinya dengan baik, maka cobalah meminta bantuan psikiater, agar pasien mendapatkan psikoterapi meditasi sehingga proses pemahaman di peroleh lebih cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H