Mohon tunggu...
Gitakara Ardhytama
Gitakara Ardhytama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sedikit bicara, banyak menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hari-Hari Mengingat Memento Mori

29 Oktober 2023   11:16 Diperbarui: 29 Oktober 2023   11:22 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tengkorak di Meja. Foto oleh cottonbro studio: pexels.com

Saya selalu hidup setiap hari sambil terus mengingat-ingat bahwa besok bisa jadi adalah hari kematian saya. Ya, benar. Saya menjalani hidup sambil berkata dalam hati saya setiap hari, "INI ADALAH MALAM TERAKHIRMU DI DUNIA" Dengan begitu saya akan menggunakan setiap detik di hidup saya hari ini sebaik-baiknya. Saya akan bangun di pagi hari dengan penuh motivasi untuk menjadi versi terbaik diri saya pada hari ini, kemudian tidur dengan perasaan puas sambil mengingat-ingat berapa banyak senyum dan tawa yang sudah saya hadirkan dari apapun yang saya lakukan buat orang sekitar, dan itu berulang terus setiap hari.

Manusia pada hakikatnya, pasti akan meninggal suatu saat nanti. Hidup penuh dengan ketidakpastian, kecuali kematian. Dengan memikirkannya, setidaknya menjadikannya sebuah batasan bagi saya untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak baik untuk saya dan orang-orang di sekitar saya nantinya. Saya tidak tahu apakah saya akan meninggal sebagai orang baik, tetapi saya ingin semuanya yang saya tinggalkan akan tetap baik-baik saja. Meskipun mungkin sulit, tetapi tidak mustahil.

Konsep hidup dengan memikirkan hari kematian seperti itu sudah ada sejak abad pertengahan dan disebut Memento Mori. Berasal dari bahasa latin yang artinya "INGATLAH BAHWA ANDA AKAN MATI." Memento Mori adalah pengingat, bahwa kematian takkan terelakkan. Filsuf Seneca dan Marcus Aurelius adalah dua filsuf yang terkenal mempopulerkan konsep Memento Mori.

Tahukah Anda, ada beberapa literatur yang menyatakan bahwa bisa jadi piramida dan muminya adalah sebuah monumen yang dibangun untuk mengenang kematian dan menghormati kehidupan. Memang ini masih sebuah perdebatan, apakah memang penguasa dan masyarakat mesir saat itu juga menjalani konsep Memento Mori atau tidak. Tetapi boleh diduga demikian, jika dilihat dari ritual-ritual pemumian dan relief-relief pemujaan akan hidup dan mati di dinding-dinding piramidanya.

Pada lukisan-lukisan abad ke 14 dan 15 banyak pelukis menggunakan unsur-unsur tengkorak, jam pasir dan buah serta bunga yang sudah busuk sebagai manifestasi ketidakabadian dalam hidup ini. Orang-orang pada masa itu juga tak jarang meletakkan tengkorak-tengkorak asli di atas meja kerja mereka untuk mengingatkan mereka akan hari kematian.

Tak ada salahnya sesekali mencoba menyempatkan waktu untuk datang ke pemakaman dan memandangi sekitar. Merenung dan mengingat-ingat, bahwa suatu saat nanti kita pun hanya akan menjadi jasad yang terkubur di dalam tanah dan segera menyatu dengannya tanpa meninggalkan sisa.

Intinya adalah kita tak pernah tahu, berapa lama kita diberikan kesempatan hidup di dunia. Tua, muda, kaya, miskin, semuanya sama di hadapan kematian. Dengan mengingatnya menjadikan waktu-waktu yang tersisa menjadi terasa sangat berharga. Karena waktu saya sangat singkat, sebisa mungkin saya hanya akan memfokuskannya kepada hal-hal dan orang-orang yang sudah seharusnya menjadi prioritas saya.

Mulai sekarang mari belajar lebih menghargai hidup dan waktu yang kita punya. Tunjukkan setiap perasaan yang kita rasakan pada orang-orang sekitar kita. Beri penghargaan yang lebih pada setiap orang yang selalu menemani dan menyayangi kita. Mina maaflah jika memang kita salah. Jangan tunda apapun yang membawa kita kepada kebaikan. Belajar untuk lebih sabar dan berhenti mencari-cari perkara.

Simpan lebih banyak pengalaman baik dalam hidup, karena pada akhirnya ketika ajal menjemput, kita dikenal bukan dari apa yang telah kita miliki, tetapi kita adalah kumpulan dari apa yang telah kita lakukan, ucapkan dan pikirkan terhadap orang lain.

Selamat menikmati hidup.

Hiduplah seakan hari ini hari terakhir kita bernafas, dan jadikanlah ini sebagai penentu apapun yang akan kita lakukan, katakan dan pikirkan. (Seneca dan Marcus Aurelius)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun