Mohon tunggu...
Gitakara Ardhytama
Gitakara Ardhytama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sedikit bicara, banyak menulis.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sisi Lain Tas Belanja Kain

28 Oktober 2023   10:21 Diperbarui: 29 Oktober 2023   17:27 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tas Plastik & Totebag. Sumber Gambar : iStock

Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya totebag atau tas belanja kain. Totebag ini dibuat untuk menggantikan ketergantungan kita akan tas plastik sejak isu pemanasan global dan pencemaran akut pada air laut dan pantai akibat penggunaan plastik-plastik belanjaan yang terlalu masif mulai kencang berhembus. 

Toko-toko ritel, tenant-tenant di mall, dan bahkan restoran-restoran pun berangsur-angsur mulai mengurangi penggunaan plastik dalam setiap kegiatan atau transaksi belanja mereka.

Totebag yang umumnya berbahan dasar kain katun dianggap lebih ramah lingkungan karena ketahanannya hingga bisa digunakan berulang-ulang, sehingga tidak lagi menghasilkan sampah-sampah plastik yang mencemari lautan dan lingkungan. 

Tetapi apa benar totebag tidak lebih berbahaya daripada kantong plastik belanja? Lalu kenapa saya masih saja merasa bumi ini semakin panas, padahal saya sudah menggunakan banyak totebag?

Umumnya, totebag dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan berulang kali. Begitu ide dasarnya. Sehingga setiap kita hendak berbelanja, kita bisa menaruh dan membawa barang belanjaan kita dengan totebag yang sudah kita siapkan sejak dari rumah. Sayangnya, prakteknya di lapangan tidaklah demikian.

Sering saya temukan saat sedang mengantri di kasir di sebuah tempat belanja, pembeli lupa membawa totebag mereka dengan alasan memang tidak terbiasa membawa totebag kemana-mana.

Akhirnya kasir memberikan mereka kantong plastik berbayar, atau ada juga yang tetap menawarkan totebag baru dengan harga yang lumayan mahal (menurut saya), atau ada juga tempat belanja yang agak tegas dengan tidak memberikan sama sekali bungkusan untuk membawa belanjaan si pembeli. Mau tidak mau pembeli membawanya begitu saja dengan tangannya ke kendaraannya.

Lalu apa yang salah? Begini, totebag itu memang dirancang untuk digunakan berkali-kali. Itu adalah ide dasarnya mengapa totebag tercipta. Kalau Anda lupa membawa totebag, kemudian membeli 1 lagi totebag baru. 

Kemudian Anda belanja lagi besok, lupa membawa totebag lagi, beli lagi, belanja lagi, lupa lagi, beli lagi, begiiitttu terus, lalu dimana manfaat penggunan totebag kalau begitu caranya? Lagipula kalau terus begitu caranya, berapa banyak kira-kira totebag yang sudah Anda miliki di rumah?

Kalau sudah terlalu banyak 'koleksi' totebag Anda, lalu akan Anda kemanakan totebag-totebag itu? Lama-lama itu akan menjadi limbah juga pada akhirnya, limbah di mata, limbah di lemari. Apalagi kalau Anda buang itu semua koleksi totebag Anda yang tidak terpakai, mencemari lingkungan juga pada akhirnya. Dari 10 totebag yang Anda punya misalnya, kalau pun Anda rajin membawanya, mungkin hanya sekitar 2 sampai 5 saja yang mungkin akan Anda pakai terus menerus. Lalu sisanya?

Bagi para pemilik toko, alih-alih menyediakan alternatif, yang seharusnya diperbaiki adalah kebiasaan pembelinya, bukan menyediakan lagi totebag-nya dan mengambil keuntungan dari kebiasaan lupanya si pembeli itu. 

Maka saya salut pada toko yang berani ambil resiko untuk membiarkan pembelinya membawa semua belanjaannya tanpa kantong plastik berbayar atau totebag baru. Kenapa resiko? 

Ya resiko orang tidak mau lagi ke tokonya karena kalau lupa lagi membawa totebag, mereka akan memilih ke toko lain yang lebih ramah konsumen tapi tidak ramah lingkungan.

Lalu berapa lama kita harus repot bawa-bawa totebag dari rumah?

Menurut Brightly Eco, dari hasil sebuah penelitian mengatakan bahwa sebuah totebag harus digunakan setidaknya 7.000 kali untuk bisa mengimbangi dampak pencemaran lingkungan yang sudah terlanjur terjadi akibat sampah plastik sampai saat ini. 

Lain lagi dengan salah satu artikel yang ditulis di New York Times, sebuah totebag berbahan katun perlu digunakan sebanyak kurang lebih 20.000 kali atau sekitar 54 tahun lamanya untuk bisa mengimbangi kerusakan lingkungan yang sudah terjadi sekarang.

Jadi hentikan kebiasaan menumpuk totebag di rumah. Jika ingin keluar dari rumah, selain memastikan HP dan dompet, pastikan juga totebag sudah ada di dalam tas Anda ya. Ingat, kita harus melakukannya selama 54 tahun. Tidak begitu lama, kan?

Kemudian, coba perhatikan lebih seksama lagi totebag-totebag yang Anda miliki di rumah. Biasanya totebag yang umum dijual berbahan dasar kain katun. Nah, menurut penelitian yang dimuat dalam The Atlantic ternyata totebag berbahan dasar katun ini malah memiliki potensi pemanasan global yang paling parah sejauh ini. Kenapa bisa begitu?

Karena ternyata sebuah totebag katun, yang mana bahan dasarnya adalah dari kapas, memerlukan air dalam jumlah banyak dalam proses produksinya. Mengutip dari Origami, sebuah penelitian menyatakan bahwa jumlah jejak karbon tas kain ini adalah sebanyak 598,6 pon CO2, dibandingan tas plastik bisa yang hanya sekitar 3,84 pon.

Selain itu, totebag-totebag yang ada saat ini memiliki gambar-gambar untuk menarik pembeli, logo-logo supermarket dan tempat belanja, yang beberapa diantaranya belum menggunakan tinta yang ramah lingkungan. 

Seperti yang kita tahu, tinta atau toner tinta juga merupakan limbah yang termasuk dalam limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang perlu penanganan khusus saat membuangnya dan tidak boleh dibuang di sembarang tempat.

Intinya, saya bukan sedang menghakimi kegemaran Anda mengoleksi totebag. Bukan juga untuk menakut-nakuti, apalagi meremehkan niat dan usaha yang sudah ada untuk menunda 'kiamat' dunia ini. Tetapi yang menjadi poin saya adalah, kita tetap bisa kok menggunakan totebag untuk ikut membersihkan bumi yang sudah tercemar ini, tetapi gunakanlah sesuai anjurannya. 

Gunakan totebag Anda berulang kali sesuai semangat reuseable agar manfaat sebenarnya dari penggunaan totebag-totebag ini lebih terasa nantinya. Tahan diri untuk membeli totebag baru. 

Jika memang lupa membawa totebag, mungkin kita bisa kembali dulu ke rumah, atau jika memang tidak memungkinkan ya batalkan saja niat berbelanjanya. Sekalian kita belajar berhemat kan?

Selain itu saya juga mengajak kita untuk tetap berpikir kritis akan segala sesuatu. Baik itu kepada sesuatu yang dianggap baik, mungkin ada keburukan yang tidak disampaikan di baliknya, apalagi kepada sesuatu yang sudah jelas-jelas buruk.

Mungkin seperti yang sudah dijelaskan tadi, kita butuh puluhan tahun penggunaan tas kain ini untuk mereasakan manfaatnya. Tetapi jangan dulu berputus asa dan meninggalkan kebiasaan baik ini. Jika pun tidak kita rasakan manfaatnya hari ini, maka lakukanlah hal-hal baik ini untuk kemanfaatan pada generasi-generasi setelah kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun