Mohon tunggu...
Gitakara Ardhytama
Gitakara Ardhytama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sedikit bicara, banyak menulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

(Jangan) Selalu Berpikir Positif

18 Oktober 2023   19:13 Diperbarui: 18 Oktober 2023   19:44 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari kita buka percakapan kali ini dengan beberapa pertanyaan. Di akun Youtube-mu ada berapa channel motivasi yang kamu subscribe? Di akun sosial mediamu berapa akun motivasi yang kamu follow? Berapa banyak buku motivasi yang kamu baca selama satu tahun ke belakang? Berapa banyak orang di sekitarmu yang berkata, "kamu pasti bisa", "kamu harus selalu semangat", "kamu kuat", dan kata-kata bernada positif lainnya yang mereka ucapkan kepadamu?

Menurut kamu, apakah itu wajar? Apakah wajar meminta (baca: memaksa) mental kita untuk selalu hidup dengan pikiran positif, sepanjang waktu? Padahal hidup itu sendiri tidak selalu positif. Kita semua pasti pernah merasa sakit hati, kecewa, stres, pengalaman-pengalaman tidak menyenangkan dan beragam emosi negatif lainnya. Lalu sejak kapan kita tidak boleh merasa kecewa, sakit hati, stres? Kenapa tidak boleh?

Kita hidup di dunia yang "beracun". Bukan karena virus, polusi, global warming, limbah atau menipisnya ozon di langit. Bukan! Kita teracuni oleh ajakan untuk selalu berpikir positif sepanjang waktu, atau yang sering disebut orang sebagai toxic positivity. Toxic positivity adalah kondisi ketika seseorang menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif dengan menolak emosi negatif. Dengan selalu berpikir positif, mereka menganggap masalah-masalah mereka akan dapat dilewati dengan baik. Mereka menganggap bahwa berpikir positif adalah metode yang tepat untuk mengatasi semua masalah mereka. Apalagi di masa pandemi seperti saat ini, semakin banyak bertebaran di timeline-timeline sosial media kita guru-guru dadakan, motivator-motivator basi yang menghiasai beranda kita dengan kata-kata motivasi supernya.

Menurut saya, toxic positivity sangat menggangu kesehatan mental kita. Kenapa? Karena menurut saya, sesekali kita membutuhkan pikiran negatif dalam hidup kita. Mengapa kita butuh pikiran negatif dalam hidup? Jawaban singkatnya adalah karena mustahil untuk dilakukan. Akuilah, gagasan berpikir positif sepanjang waktu adalah gagasan yang mustahil, tidak realistis dan mengada-ada. Kita tidak mungkin bisa berpikir positif sepanjang waktu. Suasana hati dan pikiran kita ibarat sebuah cuaca, kadang ia mendung, kadang ia cerah, kadang ia badai, kadang ia dingin. Begitu pula suasana hati kita. Kadang marah, senang, dan sedih. Sungguh tidak natural jika kita berpikir kita bisa mengendalikan cuaca, begitu pula mengendalikan "cuaca" di dalam pikiran kita untuk selalu cerah dan terang. Tidak akan pernah ada orang yang bisa berpikir positif sepanjang waktu, seumur hidupnya.

Ketika seseorang memaksa dirinya untuk selalu berpikir positif, yang sebenarnya terjadi adalah ia menampik sekuat tenaga pikiran-pikiran negatif yang seharusnya ia bisa pahami, atasi dan selesaikan. Tetapi karena batinnya menekan pikiran negatif tersebut, maka pikiran negatif itu bukannya hilang tapi malah tenggelam ke dalam alam bawah sadarnya, tertumpuk oleh pikiran positif yang sebenarnya adalah semu. Anggaplah pikiran negatif itu adalah sebuah garam, pikiran positif adalah sebuah gula, dan hati kita adalah sebuah gelas yang berisi air. Dalam kondisi netral, segelas air tidak memiliki rasa apapun, hambar. Kemudian masuklah garam. Jika kita ingin menetralkan kembali air itu, apa yang sebaiknya kita lakukan? Jika kita memasukkan gula ke dalam air tersebut, bukan rasa netral yang kita dapatkan. Melainkan rasa manis dan asin, tergantung seberapa banyak gula dan garam yang terkandung di dalam air tersebut. Menambahkan gula ke dalam gelas hanya akan membuat air itu mengandung gula dan garam. Mereka akan tetap ada di sana, di satu wadah yang sama. Cara yang benar jika ingin kembali menetralkan rasa air tersebut adalah dengan memisahkan garam dari air tersebut dengan proses destilasi.

Selain itu menghindari diri dari berpikir negatif juga mencegah kita untuk menjadi waspada dan hati-hati. Mari analogikan dengan penciptaan helm. Helm tercipta karena pikiran negatif akan adanya bahaya jika kita terjatuh dari sepeda motor dan tidak ada yang melindungi kepala kita dari benturan. Jika kita selalu berpikir positif, maka mungkin kita akan bilang, "ah nggak akan kenapa-kenapa kok. Pasti aman, pasti nggak akan tabrakan. Kan masih ada Tuhan yang melindungi". Justru pemikiran seperti inilah yang mengawali sebuah kejadian kecelakaan biasanya.

Maka, selain mengajak untuk stop selalu berpikir positif sepanjang waktu, saya juga mengajak kalian untuk sudahilah usaha untuk mengendalikan pikiran kita. Karena pada dasarnya pikiran kita tidaklah bisa dikendalikan, yang bisa kita kendalikan hanyalah tindakan-tindakan kita saat pikiran negatif hadir dalam pikiran kita. Kembali lagi, sama seperti cuaca, kadang ia mendung, kadang ia panas, kadang ia hujan, kadang ia badai. Tetapi semua itu tidaklah abadi. Cuaca pasti berganti. Begitu juga perasaanmu. Sesekali pikiran negatif pasti akan datang. Alih-alih menimpanya dan menekannya dengan pikiran positifmu yang semu, lebih baik untuk bersabar sajalah. Nanti jika sudah waktunya pikiran negatif itu juga akan pergi. Sama seperti hujan datang, kita tidak berusaha untuk menghentikan hujannya, tetapi kita memakai payung atau jas hujan agar tidak basah terkena dampak dari hujan tersebut kan? Maka bersabarlah, tidak akan ada yang abadi. Kecuali waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun