Mohon tunggu...
Gita Hayu Padma Juwita
Gita Hayu Padma Juwita Mohon Tunggu... PNS -

Librarian in Ministry Of Trade

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Penantian Pasar Tradisional di Pulau Seribu

7 September 2016   16:00 Diperbarui: 7 September 2016   16:23 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian besar masyarakat, kebutuhan pokok merupakan hal yang mudah untuk dipenuhi, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta. Akan tetapi, bagaimana bila melihat lebih dalam mengenai ketersediaan bahan pokok di sisi Jakarta yang lain, Pulau Seribu. Letak geografis yang terpisah perairan dari pusat Jakarta, membuat masyarakat Pulau Seribu mengeluarkan usaha yang lebih besar dari masyarakat Jakarta lainnya.

Seperti yang dikemukakan salah satu warga pulau Pramuka, Mbok Tarji (45) bahwa warga pulau (begitu mereka menyebut dirinya) biasanya menyimpan stok bahan pangan selama satu minggu atau bahkan satu bulan karena keterbatasan mereka untuk pergi ke pasar. Mereka biasanya membeli kebutuhan pangan secara partai besar seminggu atau sebulan sekali, ke Pasar Rawa Saban atau Pasar Angke, Tangerang.

Cara berbelanja warga Pulau Seribu pun cukup unik, warga akan menitip kepada beberapa warga yang akan pergi ke pasar. Para perwakilan pergi ke pasar dengan menyewa kapal dengan uang sewa hasil iuran warga.  Mereka pergi ke darat pada pagi hari, dan akan kembali ke pulau pada pagi hari berikutnya. Pada saat berbelanja pun mereka harus pintar memilah dan memilih bahan pangan yang bisa awet untuk digunakan dalam waktu yang cukup lama. “Kita kalo ke Angke, biasanya beli langsung banyak, sama belinya paling sayur – sayur yang awet, sama yang masih agak mentah, biar bisa tahan lama” ungkap Mbok Tarji.

Untuk keseharian, sebenarnya ada penjual sayur keliling yang menjual sayur mayur dan kebutuhan pokok lainnya, namun jenisnya sangat terbatas, dan penjual pun tidak berjualan setiap hari karena keterbatasan penjual untuk memenuhi pasokannya sehingga masyarakat pulau tidak terlalu mengandalkan penjual sayur keliling. Keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan pangan juga berpengaruh pada para pedagang di pulau seribu, seperti yang dikemukakan Eni, seorang pedagang es buah berikut : “ kita ga bisa jualan tiap hari, karena kan ga belanja tiap hari, jadi kalo buah lagi ngga ada, yaudah kita ga jualan, sampe pergi lagi ke pasar, dan ga bisa hari itu juga abis, hari itu juga kita pergi”.

Untuk kebutuhan pokok seperti sembako, di pulau Pramuka sendiri, ada beberapa warung, namun harga yang ditawarkan cukup mahal. “Di sini mahal ya, contohnya Aqua galon, kalo di darat paling 17 ribu, kalo di sini 23-25 ribu per galon” ujar Gigih, seorang pegawai negeri yang bertugas di Pulau Pramuka. Hal tersebut terjadi karena memang perlu mengeluarkan banyak biaya pada proses pengadaan di warung, sehingga para tengkulak akan memberikan harga tinggi.

Beralih dari pemenuhan kebutuhan pangan, untuk kebutuhan sandang dan kebutuhan lain, warga pulau biasa berbelanja di ITC Depok. Mereka berbelanja pada waktu tertentu saja, seperti misalnya saat menjelang hari raya idul fitri. Setelah seharian berbelanja dari Depok, mereka akan kembali malamnya menuju pulau dan rela bermalam di Stasiun Kota agar bisa kembali ke pulau dengan menaiki kapal keesokan paginya dari Muara Angke. Dapat dibayangkan, sangat kontras dengan warga Jakarta lainnya yang sangat mudah dalam berbelanja apapun.

Sulitnya memperoleh kebutuhan pokok terasa saat Kepulauan Seribu memasuki musim angin barat yang berdampak cuaca buruk. Pada saat cuaca buruk, jadwal warga untuk pergi ke pasar mau tidak mau harus tertunda sampai cuaca kembali membaik. Namun menurut bupati Pulau Seribu, Budi Utomo, kebiasaan masyarakat yang menyimpan stok bahan makanan cukup memberi dampak baik pada ketersediaan stok pangan. Sehingga pada saat angin barat dan cuaca ekstrem, masyarakat tidak terlalu kerepotan karena masih memiliki stok pangan.

Kebutuhan akan hadirnya pasar tradisional sangat dirasakan oleh para warga pulau. Warga pulau mengaspirasikan kebutuhan akan pendirian pasar itu kepada Bupati Kepulauan Seribu. Pihak Bupati pun telah mengolah aspirasi tersebut kepada pihak terkait, seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UMKM, dan PD Pasar Jaya agar bisa terealisasi pembangunan pasar di Pulau Seribu. "Kita sudah usulkan kepada PD Jaya untuk diadakan pasar di Pulau Pramuka dan Untung Jawa. Selain itu kita usulkan di Tidung Kecil bila jadi dibangun rusun," ujarnya.

Keberadaan pasar nantinya akan menjadi sebuah impian yang terwujud dari para warga pulau seribu untuk bisa mendapat sayuran segar kapan saja. "Kalau ada pasar traditional lebih memudahkan warga untuk membeli keperluan sehari hari, andai ada perbedaan harga sedikitpun buat kami tidak masalah, karena yang penting kita bisa membeli sayuran segar kapanpun,"  Enjum (36), warga Pulau Pramuka.

Kiranya melihat fenomena ini, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan unit terkait bisa merealisasikan impian warga Pulau Seribu untuk dibangun pasar. Semoga mimpi para warga Pulau Seribu tersebut dapat terwujud. Pasar untuk Pulau Seribu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun