Beberapa hari ini perhatian masyarakat tersita oleh meluapnya berita tentang Reshuffle jilid II kabinet Jokowi. Jokowi merombak kembali para pion nya pada “papan catur” Kabinet Kerja. 13 Menteri dilengserkan dan digantikan dengan para pion-pion baru. Namun, tak banyak yang mengira, bahwa Anies Baswedan yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga turut lengser dan digantikan oleh Muhadjir Effendy.
Dalam masa jabatannya, tidak banyak berita negatif yang muncul dari masyarakat tentang kinerja Anies Baswedan, justru sebaliknya, banyak program yang diprakarsai Anies Baswedan mendapat respon positif di kalangan masyarakat. Salah satunya adalah program "Membaca 15 menit". Melalui program tersebut Anies berusaha membenahi carut marutnya pendidikan di Indonesia dari akarnya. Ya, akarnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk membaca.
Masalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk membaca merupakan bencana bagi pendidikan Indonesia. Bagaimana tidak? Baru – baru ini UNESCO merilis indeks minat baca masyarakat Indonesia adalah 0,001 %, bisa dikatakan bahwa dari seribu orang Indonesia, hanya satu yang membaca.
Data dari World’s Most Literacy Nations juga menyatakan bahwa Indonesia peringkat ke 60 dari 61 negara yang dinilai indeks minat bacanya, Indonesia hanya mengalahkan Botswana, salah satu negara tertinggal di wilayah Afrika Selatan. Rendahnya minat baca ini tidak bisa dibiarkan terus menerus karena akan membentuk generasi yang pemalas, dan dekat dengan kebodohan.
Melihat fenomena ini, Anies Baswedan tidak tinggal diam. Beberapa bulan lalu, beliau menciptakan program “Wajib Membaca 15 Menit” yang akan diterapkan pada saat tahun ajaran baru tahun 2016 ini. Program ini digadang untuk menciptakan masyarakat yang suka membaca, khususnya bagi para siswa pendidikan dasar. Setiap siswa diwajibkan untuk membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Buku yang dibaca bebas sesuai dengan keinginan dan minat siswa, bukan buku mata pelajaran. Mantan Kemendikbud itu menyerahkan penetapan ini kepada pihak sekolah terutama Kepala Sekolah untuk dapat menjalankan program ini sebaik mungkin.
Program membaca yang dimulai tahun pelajaran baru ini diharapkan bisa menumbuh kembangkan potensi utuh para siswa. Anies Baswedan merangkul para guru, sekolah dan orangtua untuk dapat mendukung program ini agar semua pihak dapat bersinergi membentuk masyarakat yang hobi membaca sejak dini. Program ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dengan semangat guru, siswa dan orangtua yang tegak kokoh.
Dengan menerapkan membaca 15 menit ini, Anies berharap budaya membaca di Indonesia lambat laun bisa berkembang dan mengikuti jejak reformasi Finlandia sebagai negara dengan indeks literasi nomor satu. Sayangnya, sebelum program ini benar – benar berjalan efektif, Anies Baswedan sudah harus lengser.
Akan tetapi, bukan hanya tugas Anies Baswedan untuk menjalankan program ini, akan tetapi semua pihak harus dapat bekerja sama membuat terobosan Anies Baswedan ini berjalan dengan baik. Semoga warisan “Membaca 15 Menit” dari Anies Baswedan ini masih tetap bisa dinikmati generasi penerus bangsa sampai kapanpun. (ghpj)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H