Mohon tunggu...
Gita Pramesari
Gita Pramesari Mohon Tunggu... Freelance Interpreter / Travel Blogger -

Cewek yang suka travelling ini suka sekali memperhatikan apa saja disekelilingnya. Berhenti dan terbengong mungkin menjadi kebiasaan aneh cewek ini saat ada satu hal yang terlintas dalam pikirannya. Cinta banget sama Indonesia dan memiliki impian untuk berkeliling nusantara dan membuat dunia lebih mengenal tentang Indonesia. Anak sastra yang bisa Bahasa Jepang tapi gak bagus-bagus amat ini bercita-cita untuk bekerja di negeri sakura sambil terus mengembangkan kemampuan bahasa Jepangnya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

600 Anak Tangga demi Mengejar Sunrise di Galunggung

22 Oktober 2014   23:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:05 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dini hari, Tasikmalaya.

Bintang bertaburan di sebuah surau kecil di kampung yang entah aku tak tahu ada dimana. Aku hanya tahu tujuan kami adalah Gunung Galunggung.

Udara sama sekali tidak dingin, mendekati sejuk pun tidak. Tapi turun dari mobil ber AC yang membuat kami menggigil semalaman dan mendapatkan pemandangan langit yang indah...sama sekali adalah hal yang baik.

"Biasanya orang pada dateng siang, ini kenapa pagi2??", sergah supir kami yang bernama Boi itu.

Kepalanya yang botak terus2an ia lap padahal tak sebulir keringat pun tegelincir.

"Kan mau lihat sunrise pak...lagian adem kali kalau pagi2, kalau siang panass", kataku yang duduk di sebelahnya.

Untuk mencapai kawah gunung Galunggung, 600 anak tangga harus dilewati.

Lelah?? Ah...tak seberapa jika kau menengok ke belakang :)

Bukit berbukit nan hijau, kumpulan kecil rumah2 penduduk, sungai yang berkelak kelok dan di belakangmu...menanti Galunggung. Gunung yang meletus pada tahun 1982 ini merupakan salah satu tempat wisata yang sering dikunjungi warga Tasik dan sekitarnya.

Sayangnya, sekarang ini, gunung itu pula satu2nya gunung yang memiliki banyak warung di bibir kawah yang pernah aku tahu.

Bayangkan saja jejeran warung yang menjual mi, teh, gorengan, dll di atas gunung. Bagi pendaki, mungkin bisa jadi oase, namun yang bukan seperti pasar malam begini! Secara pribadi aku benci. Mereka akan mengotori alam dengan sampah makanan-makanan yang dibeli dan merusak keindahan alam dengan membuat jejeran warung-warung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun