Kau tahu Indonesia memiliki pulau, gunung, dan menyimpan sumber daya alam yang berlimpah ruah.
Mau cari padang pasir, ada. Mau cari pegunungan hijau lembab nan sejuk, ada. Mau cari savana membentang sepanjang mata memandang, ada. Indonesia adalah dunia fantasi yang nyata. Surga dunia.
Tidak aku cita-citakan, tak terbersit sedikit pun di pikiran, tak ada pula di travel-to-go-list milikku. Tapi Rinjani, ternyata mempesonaku untuk menjelajahinya.
Aku berdiri di sebuah palang gerbang masuk bertuliskan "Taman Nasional Gunung Rinjani". Bayangkan, betapa bergetar hatiku membaca, gemetar kakiku menapakinya, gemeletuk gigiku ingin berteriak. Aku berada tepat di pintu masuk gunung terindah se-Asia Tenggara!!
Perjalanan kami tentu tidak mudah. Dimulai dari desa Sembalun, melalui savana-padang rumput- yang luas terhampar di bawah terik matahari Lombok yang hangat menyapa dan udara sejuk pegunungan yang menggelitik. Kemudian perjalanan berlanjut menuju Plawangan Sembalun, kamp akhir untuk menuju puncak.
Tapi, lagi-lagi perjalanan menuju kesana bukanlah hal sepele. Sama sekali bukan remeh temeh.
'Bukit Penyesalan', mereka menyebutnya. Kami (aku dan kelompokku) terus membuat asumsi kenapa dinamakan demikian.
"Banyak pendaki menyesal kali naik bukit ini"
"Pas naik bukit ini mereka buang kekesalan disini kali"
"Di bukit ini dulu ada kejadian sesuatu terus dikasih nama gitu kali"
Tetapi, apapun itu...aku sama sekali tidak menyesal mendaki 'Bukit Penyesalan', karena 'hadiah' yang aku terima saat sampai di ujung bukit ini adalah pemandangan indah, yang membuat bulu romaku berdiri, mataku terbelalak, dan mulutku menganga.