Saat boss mengatakan bahwa project meeting bulan Oktober akan diselenggarakan di Ljubljana, aku begitu antusias, bukan karena meeting itu akan menjadi pengalaman pertamaku, tapi juga karena lokasinya di Eropa bagian timur eks Yugoslavia.  Yang lebih menyenangkan lagi, di agenda meeting ada city tour setelah meeting selesai sambil menunggu makan malam tiba. Akhir Oktober 2008, kami berangkat melalui Dusseldorf via Zurich. Di Dusseldorf sempat tertahan sebentar, sehubungan dengan status Slovenia yang saat itu baru saja bergabung dengan Schengen. Untuk bepergian ke negara Schengen, aku cukup menunjukkan paspor hijau bergambar garuda plus residence permit. Berhubung Slovenia masih baru, si mbak di check-in musti nanya dulu (ngga tau dia telpon ke siapa).  Sesampainya di bandara Ljubljana, kami harus melewati pengecekan paspor. Mungkin karena kami datang dari Swiss yang  saat itu belum menjadi anggota Schengen. Lagi-lagi bossku lwt dengan mudah,sementara si petugas imigrasi yang melayaniku 'agak rewel' dengan pertanyaan berapa lama tinggal di Ljubljana, untuk apa, kantor yang dituju. Dan, akhirnya dia memberikan stempel di passportku. Kami menginap di hotel yang sudah dipesankan panitia yang letaknya benar-benar di jantung kota. Karena lokasi meeting hanya beberapa km dari hotel, kami berjalan bersama-sama menyusuri 'emperan-emperan' toko di sepanjang jalan. Ljubljana tidak ubahnya kota-kota besar di pagi hari, sibuk dan macet.  Berjalan di emperan toko mengingatkanku pada Maliobro, hanya saja ngga pake pedagang kaki lima. [caption id="attachment_269567" align="aligncenter" width="500" caption="Triple Bridge"][/caption] Setelah rally dari satu presentasi ke presentasi lain, tiba saatnya jalan-jalan sejenak. Dengan dipandu seorang guide, kami menyusuri setiap sudut pusat kota Ljubljana yang ternyata cukup kecil. Yang cukup terkenal adalah Tromostovje atau Jembatan Tiga. Ngga jauh dari Tromostovje, ada Zmajski Most atau Jembatan Naga yang memiliki patung naga di keempat sudutnya. Konon kabarnya, jika ada perawan yang melintasi jembatan itu,ekor naga-naga itu akan bergoyang.  Kenyataannya, belum pernah ada yg melihat ekor naga-naga tersebut menari :) [caption id="attachment_269568" align="aligncenter" width="500" caption="the Dragon"][/caption] Kami dibawa melewati jalan-jalan di pusat pertokoan barang-barang bermerk sampai ke pasar tradisional (yang sudah tutup) melewati City hall dan beberapa gereja.  Aku ngga nyangka melihat gereja plus aktivitas di dalamnya, mengingat Slovenia adalah pecahan dari Yugoslavia. Berhubung hari sudah gelap dan waktu makan malam tiba, tour berakhir. Makan malam itu cukup istimewa. Kalau biasanya, kami bisa memilih jenis makanan dari menu yang ada, hari itu menu sudah ditentukan dan makanan mengalir tiada henti. Mereka menyediakan hidangan dari bebek dan kodok. Ga kebayang bagaimana mereka mendapatkan bebek karena di kampungku bebek bebas hidup di kanal, kolam dan sungai. Lalu, kodoknya dari mana? Sepanjang jalan aku ngga ngeliat ada sawah lho. Mungkinkah ada peternakan kodok? Oh ya, si kodok ini dibikin kodok goreng crispy. [caption id="attachment_269570" align="aligncenter" width="500" caption="Bebek"][/caption] Keesokan harinya, waktunya kembali pulang. Beruntung, pesawat kami sore hari sehingga masih bisa sejenak menikmati cerahnya Ljubljana. Kebetulan teman kuliahku yang org asli Slovenia berbaik hati menemani jalan-jalan. Lagi-lagi tour gratis :) Kali ini kami melihat market, sebelum mendaki jalan kecil menuju ke Ljubljana Castle. Pemandangan cukup indah, apalagi ditambah dengan warna-warna kuning dan coklat dedaunan di musim gugur. Dari kejauhan tampak Sungai Sava dan pegunungan Alpen. Dari Castle kami turun menggunakan funicular. Kami sempat belanja beberapa suvenir khas Ljubljana di pasar. Wuih senangnya dapat  kembalian koin Euro Slovenia yang masih kinclong :) [caption id="attachment_269573" align="aligncenter" width="500" caption="Autumn Ljubljana"][/caption] [caption id="attachment_269576" align="aligncenter" width="500" caption="Open market"][/caption] [caption id="attachment_269580" align="aligncenter" width="500" caption="Suvenir kayu"][/caption] Ah,tak terasa waktupun habis sudah. Sesampainya di hotel, boss-boss sudah menunggu di lobi lengkap dengan tas mereka. Pengalaman tak terlupakan, ingin aku kembali ke sana, menjelajah ke pelosok Slovenia yang katanya jauh lebih indah dari Ljubljana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H