Mohon tunggu...
gita anjani dan ayu lestari
gita anjani dan ayu lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar

menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mau Gimana Lagi

29 Agustus 2022   05:43 Diperbarui: 29 Agustus 2022   06:15 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu pagi kami berangkat ke sekolah. Kami pun tiba di sekolah, lalu teman kami pun tiba disekolah juga. Pada saat kami tiba di sekolah kami pun bersiap -- siap untuk bersih -- bersih dari mengambil serok, sapu dan lainnya. Kami membersihkan area sekitar gedung kelas kami termasuk di belakangnya, serta di luar gedung sekolah. Lalu kita melihat seluruh area sekolah apakah sudah bersih semua. Pada saat kami patrol kebersihan kami melihat adik kelas yang berkelahi dengan temannya. Teman yang membully dan menghina itu tidak merasa bersalah karena dia telah menghina dan membully teman yang satunya. "Mau Gimana Lagi". Setelah perkelahian itu mereka pu bubar dan tidak peduli dengan temannya itu. Lalu bel pun berbunyi kami pun meletakkan alat kebersihan kami, lalu berbasis setiap kelas di siapkan oleh ketua kelasnya masing -- masing. Setelah kami berdoa, tepuk PPK, salam PPK, menyanyikan lagu nasional seluruh siswa dibubarkan. Kami membuka buku Agama kami lalu mencari tentang kejadian tadi. Menurut Sloka Bhagawad Gita Bab (XVI.7) menyatakan bahwa "pravrttim ca nivrttim ca, jana na vidur asurah, na saucam napi cacaro, na satyam tesu vidyate." Terjemahannya: Yang bersifat Setan tidak mengetahui mengenai apa yang harus diperbuat, dan apa yang harus disingkirkan. Baik kesucian maupun tingkah laku yang baik atau kebenaran tidak didapatkan padanya.

Setelah selesai jam pelajaran bel istirahat berbunyi semua siswa diperbolehkan istirahat. Setelah kami membersihkan barang kami, kami pun ke kantin bersama -- sama, lalu disana kami melihat teman sekelas yang sedang memalak adik kelas, seharusnya sebagai kakak kelas mereka tidak boleh begitu, terpaksa kami mengambil jalan sempit supaya tidak terjadi malak -- memalak, setelah kami selesai belanja dan makan, bel masuk kelas pun berbunyi kami lalu masuk kelas, setelah masuk kelas kami berfikir mengapa mereka melakukan perlakuan tidak wajar. Seharusnya kita sebagai kakak kelas menjadi contoh untuk adik -- adik kelasnya. Dalam Sloka BhagawadGita Bab (XVI.4) mengatakan bahwa "dambho darpo'bhimanas ca, krodhah parusyam eva ca, ajnanam cabhijatasya, partha sampadam asurim". Terjemahnya: Sifat takabur, sombong, terlalu bangga, pemarah, kasar dan juga bodoh, ini O, Partha (Arjuna) adalah tergolong pada orang yang dilahirkan dengan sifat keraksasaan. Lalu guru kami pun datang dan berkata "siapa yang memalak adik -- adik kelasnya", lalu semua meributkan hal tersebut. Lalu guru kami memanggil yang memalak adik kelas yaitu Eka Y, Yudi, dan lainnya. Mereka pun disuruh mengembalikan uang yang telah mereka palak.

Pas jam istirahat pertama kami disiram air oleh adik kelas 4 kami pun melaporkannya kepada guru kami, kami pun melanjutkan belajar kami. Guru kami memberikan kami tugas tema. Setelah menyelesaikan tugas bel istirahat kedua pun berbunyi kami pun istirahat kami ke kantin bersama -- sama. Setelah bel masuk kelas kami pun masuk kelas sebelum masuk kelas kami melihat adik kelas yang sedang menolong temannya yang sedang terjatuh. Kami sangat senang melihat teman yang sedang menolong temannya yang sedang terjatuh. Setelah kejadian itu, kami pun masuk kelas. Dalam Sloka BhagawadGita Bab (XVIII.45) Mengatakan bahwa " sve -- sve karmany abhiratah samsiddhim labhate narah, svakarmaniratah siddhim, yatha vindati tac chrnu". Terjemahnya: Berbakti pada kewajiban masing -- masing, orang mencapai kesempurnaan. Bagaimana orang berbakti pada kewajiban masing -- masing mencapai kesempurnaan, dengarkanlah itu.

Setelah masuk kelas kami pun belajar, kami senang karena belajar pelajaran yang menyenangkan, tetapi kami melihat teman kami yang sedang main -- main saat pelajaran. Menuru Sloka BhagawadGita Bab (XVIII.47) mengatakan bahwa "sreyan svadharmo vigunah, para -- dharmat svanusthitat svabhava -- niyatam karma, kurvan napnoti kilbisam". Terjemahnya: Lebih baik swadharma (kewajiban) diri sendiri meskipun kurang sempurna pelaksanaannya. Karena seseorang tidak akan berdosa jika melakukan kewajiban yang telah ditentukan oleh alamnya sendiri.

Pada saat selesai jam pelajaran kami pun pulang saya mengganti pakaian. Setelah pulang sekolah saya kerumah Gita untuk menonton bersama saya dan Gita menonton cerita yang berjudul "Putri Yang Suka Memaafkan" kami pun mulai menonton ceritanya pada suatu hari ada dua anak yang bernama Putri dan Rani mereka tinggal di gubuk kecil kedua orang tua mereka telah meninggal jadi mereka hanya tinggal berdua saja suatu pagi Rani tidak sengaja menjatuhkan cangkir kesayangan Putri "Mau Gimana Lagi". Lalu putri pun melihatnya dan Rani berkata kepada Putri "maafkan aku putri aku tidak sengaja menjatuhkan cangkir kesayanganmu". Putri pun mengatakan kepada Rani "tidak apa Rani cangkir itu harganya cukup murah jadi bisa dibeli lagi". Rani pun merasa bahagia karena saudaranya mau memanfaatkan cerita ini terkait dalam Sloka BhagawadGita Bab (XVI.3) mengatakan bahwa "Tejah ksama dhrtih saucam, adroho na timanita, bhavanti sampadam daivim, abhijatasya bharata". Terjemahnya: Kuat, suka memaafkan, ketawakalan, kesucian, tidak membenci, bebas dari rasa kesombongan, ini tergolong pada orang yang lahir dengan alam Ketuhannya, Oh, Arjuna. Setelah kami selesai menonton cerita kami pun bermain di luar halaman kami melihat anak yang sedang dorong mendorong dan satu temannya terjatuh dan teman satunya tidak mau mengaku, setelah ditanya oleh orang tuanya "Mau Gimana Lagi". Anak itu tidak mau mengaku dan hanya menuduh teman yang satunya mendorong teman yang terjatuh kejadian ini membuat kami ingin mengatakan yang sebenarnya kepada orang tuanya, lalu orang tua teman yang tidak mengaku ini langsung menasihatinya kejadian ini cocok dengan Sloka BhagawadGita Bab (XVI.7) mengatakan bahwa "pravrttim ca nivrttim ca, jana na vidur asurah, na saucam napi cacaro, na satyam tesu vidyate". Terjemahnya: Yang bersifat Setan tidak mengetahui mengenai apa yang harus diperbuat, dan apa yang harus disingkirkan. Baik kesucian maupun tingkah laku yang baik atau kebenaran tidak didapatkan padanya.

Setelah kami selesai bermain saya langsung pulang dan diperjalanan saya melihat seseorang yang sedang menghaturkan canang dan dupa, dia hanya menghaturkan canang dan dupa yang sederhana dia terlihat tulus dan ikhlas mengaturkannya. Dalam Sloka BhagawadGita Bab (IX.26) mengatakan bahwa "pattram puspam phalam toyam, yo me bhaktya prayacchati, tad aham bhaktyupahrtam, asnami prayatatmanah". Terjemahnya: Siapa pun yang dengan kesujudan mempersembahkan kepada-Ku daun, bunga, buah -- buahan, atau air, persembahan yang didasari oleh cinta dan keluar dari hati suci, Aku terima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun