Mohon tunggu...
Gita Aidan Sofia
Gita Aidan Sofia Mohon Tunggu... -

psikologi uin maliki malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bunuh Diri Merajalela

20 September 2014   21:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:07 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dizaman eraglobalisasi seperti ini kasus-kasus bunuh diri masih banyak dijumpai dan sering dilakukan. Angka kematian akibat terjadinya bunuh diri menjolak tinggi dari tahun ketahun. Bunuh diri atau dalam bahasa inggris disebut suicide (berasal dari kata latin suicidium, dari sui caedere, “membunuh diri sendiri”). Sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri sendiri.

Bunuh diri bukanlah semata-mata berkisar pada individu-individu yang memutuskan bunuh diri karena alesan pribadi. Namun bisa juga orang itu lebih cenderung melakukan bunuh diri karena faktor lain misalnya ikatan mereka dengan orang lain atau masyarakat kurang baik atau lemah. Seperti integrasi sosial (social integration) yaitu derajat ketertarikan manusia pada kelompok sosialnya, faktor ini salah satu kunci dalam tindakan bunuh diri.

Ada berbagai macam-macam metode yang seringkali digunakan bunuh diri diberbagai negara ataupun dikalangan masyarakat. Metode yang umum antara lain seperti gantung diri, minum racun serangga dan senjata api. Sekitar 800.000 hingga satu juta orang yang meninggal karena bunuh diri, sehingga bunuh diri menduduki posisi ke-10 sebagai penyebab kematian terbesar didunia. Percobaan bunuh diri seperti ini lebih sering dilakukan remaja dan kaum hawa. Dan angka bunuh diri tercatat lebih banyak dilakukan oleh pria dari pada wanita.

Cara pandang bunuh diri selama ini dipengaruhi konsep eksistensi yang cukup luas antara lain seperti agama, kehormatan dan makna hidup. Agama menganggap cara bunuh diri sebagai perbuatan yang melawan Tuhan karena kepercayaan yang ada bahwa kehidupan itu suci, dan bahwa bunuh diri merupakan tindakan melawan “hukum alam”.

Dan kita harus melihat prinsip yang menjadi inti penelitian sebab perilaku manusia tidak dapat dipahami dari sudut pandang individu saja, namun kita juga harus selalu mempelajari kekuatan sosial yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.

Seperti Emile Durkheim(1858-1917) sosiolog prancis, menyumbangkan banyak konsep penting pada sosiologi. Studi sistematisnya yang membandingkan angka bunuh diri di antara beberapa negara mengungkapkan suatu faktor sosial yang melandasinya. Identifikasi Durkheim terhadap peran kunci integrasi sosial dalam kehidupan sosial tetap merupakn inti sosiologi masa kini.

Dan ada cara mudah mencegah keinginan bunuh diri. Bunuh diri dapat dicegah. Semua anggota masyarakat dapat melakukan tindakan yang bisa menyelamatkan dan mencegah bunuh diri pad indvidu dan keluarga. Sangat dibutuhkan kerjasama yang erat antara banyak pihak. Baik antara individu, keluarga, masyarakat, profesi dan pemerintah untuk bersama-sama mengatasinya.

Tak ada sulitnya bukan jika kita lebih peka terhadap sesama.artinya kita harus memberikan perhatian yang lebih pada mereka- mereka. Dan jika kerjasama antar lingkup itu benar-benar terjadi angka bunuh diripun bisa ditekan kan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun