Mohon tunggu...
Gita Aidan Sofia
Gita Aidan Sofia Mohon Tunggu... -

psikologi uin maliki malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alangkah Kerasnya Hidup Ini

14 September 2014   21:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:42 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Fenomena-fenomena modern akan terus bertambah seiring majunya zaman. Semakin berkembangnya zaman, perlawanan akan hidup ini juga semakin keras. Hidup ini keras dan perlu perjuangan, jika seseorang tidak keras melawan kehidupannya maka ia akan tergerus dengan kerasnya dunia yang semakin menjadi jadi.

Dalam sebuah pertandingan kehidupan pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Menang saat ia berhasil mencapai cita-citanya dalam kerasnya kehidupan, melawan dengan caranya sendiri tanpa menghiraukan seruan hina orang-orang disekitarnya. Berhasil dan sukseslah orang tersebut. Tapi bagaimana dengan orang yang kalah saat melawan kerasnya kehidupan ? Mungkin ia akan putus asa, tak punya semangat hidup dan bahkan bunuh diri menjadi akhir dalam kehidupannya. Benarkah kehidupan sekeras ini kawan ?

Saya ambil contoh dari orang yang mengalami kegagalan dalam hidup. Mungkin bisa jadi orang yang putus asa dan tak mempunya semangat hidup lagi itu merubah dirinya menjadi seorang waria atau di masyarakat sering disebut dengan banci. Bagaimana mungkin seorang pria berperilaku seperti wanita saat ia tak memiliki semangat hidup lagi ? Faktanya sudah banyak terjadi di masyarakat zaman sekarang. Mungkin terlihat aneh jika seorang pria menjadi berperilaku seperti layaknya wanita, tapi inilah hidup, mereka melawan kerasnya hidup dengan cara seperti ini karena sebelumnya mereka telah kalah dan putus asa dengan hidup yang sebelumnya.

Sebenarnya kita tak sepantasnya memandang mereka (waria) sebelah mata, kerena mereka pun memiliki kehidupan yang lain dari orang normal yang tidak bisa kita perkirakan dan rasakan. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari adanya seorang waria, contohnya kita bisa mengambil hikmah bahwa manusia yang diciptakan didunia ini tak ada yang sempurna, sekalipun orang tersebut terlihat bijaksana dimata manusia lainnya. Menjadi  waria ataupun tidak pasti membutuhkan sebuah pengorbanan baik fisik maupun mental.

Maraknya waria sekarang ini dipicu dari beberapa faktor kehidupan, yaitu :

·Faktor Ekonomis

·Faktor Biologis

·Faktor Biopsikologis

·Faktor Kebudayaan Sosial

Mungkin keempat factor itulah yang sering memicu adanya waria-waria di kehidupan ini. Boleh saya katakan bahwa menjadi seorang waria adalah penyimpangan dalam masyarakat, Karena para waria itu melanggar norma-norma agama, kesusilaan dan kesopanan. Melanggar norma agama karena telah melawan kodrat mereka dan mendapatkan sanksi dosa dari sang Kuasa, melanggar norma kesusilaan dan kesopanan karena telah berperilaku tak senonoh dalam masyarakat dan akan mendapatkan sanksi dicemooh dan dikucilkan

Dari contoh yang saya paparkan tadi, berhubungan erat dalam ilmu sosiologi, bahwa menjadi waria itu memiliki efek-efek tersendiri dalam berinteraksi dengan masyarakat. Pasti nya masyarakat akan merasa jijik dan risih jika berinteraksi dengan waria seperti itu. Tapi ada juga beberapa orang yang merasa enjoy berinteraksi dengan mereka. Adanya waria di dalam hubungan masyarakat akan membuat keseimbangan, ketentraman serta kedamaian lingkungan masyarakat berjalan tidak sebaik sebelum adanya waria. Karena itulah menjadi waria termasuk penyimpangan dalam masyarakat yang harus dihindari dan dicegah bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun