Mohon tunggu...
GITA AMALIA
GITA AMALIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya hobi travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

SDGs 13 Sikap Petani Kopi terhadap Perubahan Iklim di Desa Ajinambah Kabupaten Karo

10 Juli 2024   17:00 Diperbarui: 10 Juli 2024   17:01 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi Kunjungan & Foto Bersama Petani Kopi Di Desa Ajinembah Kabipaten Karo

SIKAP PETANI KOPI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM  DI DESA AJINEMBAH KABUPATEN KARO

Penulis: Arya Genta Lelana, Dea Tri Anggita Damanik, Defri Pranata kaban, Gita Amalia, Heni Naura Putri Hendro, Nur Fadli Aziz

Dosen Pengampu: M. Fariz Afif Hasibuan, S.P., M.Si.

Medan, 08 Juli 2024

Indonesia  memiliki perkebunan kopi seluas 1.258,979 Ha dengan jumlah produksi hingga mencapai 774.689 ton. Pada tahun 2022, Indonesia  menempati  urutan  ke-empat  terbesar  yang  menjadi  prodsen  kopi  setelah  Brazil, Vietnam,  dan  Colombia  dengan  kontribusi  sebesar  639.900  ton  meliputi  kopi  arabika  dan robusta. Pada tahun 2018 luas tanaman perkebunan kopi di Sumatera Utara yaitu 76.257,64 ha dengan produksi 63.233,94 ton.  Pada tahun 2021 luas tanaman perkebunan kopi di Sumatera Utara terus mengalami peningkatan dikarenakan jumlah produksi yang bertambah sehingga luas lahan tanaman menjadi 79.388,00 ha dengan produksi 71.588,00 ton (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2018-2021). 

Sumatera Utara memiliki 25 kabupaten dan 8 kota, namun tidak semua kabupaten dan kota tersebut memiliki perkebunan kopi. Daerah-daerah penghasil kopi di Sumatera Utara merupakan daerah dataran tinggi salah satunya adalah Kabupaten Karo. 

Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang menyebabkan keragaman produktivitas tanaman. Perubahan iklim dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi secara signifikan. Kondisi tanah dan iklim di dataran tinggi Tanah Karo sesuai untuk penanaman kopi Arabika, karena memenuhi sebagian besar persyaratan yang diperlukan. Faktor pembatas pertanaman kopi Arabika di Tanah Karo adalah curah hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun, kondisi ini mempengaruhi perilaku pembungaan dan pembuahan. 

Penanganan perubahan iklim adalah salah satu tantangan paling mendesak yang dihadapi dunia saat ini terutama di bidang pertanian. SDGs Poin 13 memberikan kerangka kerja untuk mengambil tindakan segera dan ambisius untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya. 

SDGs ke-13 memiliki peran penting dalam memastikan keberlanjutan industri kopi. erkebunan kopi tradisional sering kali berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca melalui deforestasi, pemrosesan kopi, dan transportasi. Namun, dengan menerapkan praktik berkelanjutan, industri kopi dapat bertransformasi menjadi kekuatan positif dalam memerangi perubahan iklim. 

Maka untuk mengatasinya para penulis melakukan wawancara terhadap salah satu petani kopi disana yaitu bapak Dedy Syahputra (40)

Foto Bersama Saat Melakukan Wawancara/dokpri
Foto Bersama Saat Melakukan Wawancara/dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun