Mohon tunggu...
Gisellyn Vanessa
Gisellyn Vanessa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menghormati Karya Seniman yang Mulai Dirampas Kecerdasan Buatan

6 Juni 2024   22:00 Diperbarui: 6 Juni 2024   22:06 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan zaman dan kecerdasan manusia saat ini turut membawa pengaruh pada perkembangan teknologi, dibuktikan dengan keberadaan kecerdasan buatan yang memungkinkan perangkat atau sistem komputer memecahkan masalah dan melakukan berbagai hal seperti manusia di dalam perangkat. Kecerdasan buatan, atau biasa disebut artificial intelligence (AI) dalam bahasa Inggris, merupakan simulasi bagaimana robot yang telah disistem oleh manusia itu sendiri dapat menyelesaikan tugas-tugas yang lazimnya dikerjakan oleh manusia. 

Saat ini, AI kerap digunakan oleh banyak orang untuk menyelesaikan tugas-tugas kompleks dengan lebih cepat dan efisien. Kecerdasan buatan ini bahkan membuat keputusan, karena AI merupakan komputer yang tersistem dapat menjawab pertanyaan manusia tanpa melibatkan emosi dan bersifat objektif. Beberapa penggunaan AI yang marak digunakan adalah AI dengan format percakapan yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh manusia dan image creator yang memungkinkan manusia “menggambar” dengan menuliskan deskripsi gambar yang akan dikirimkan kepada kecerdasan buatan sehingga menghasilkan sebuah gambar yang diminta oleh pengguna. Salah satu AI image creator yang sering digunakan adalah Bing Image Creator milik Microsoft.

Sangat banyak orang yang menggunakan generator gambar untuk menciptakan gambar yang mereka inginkan tanpa mengeluarkan biaya mahal dan hanya bermodal prompt atau deskripsi yang mereka buat. Hal ini sangat berpengaruh pada keberadaan seniman-seniman konvensional yang pekerjaan mereka mulai diambil alih oleh komputer. Banyak iklan dan fanart (karya seni yang merujuk pada tokoh publik tertentu) yang bertebaran di media sosial terbukti dibuat menggunakan AI. Image generator memang efisien, namun AI memiliki keterbatasan dalam pemahaman konteks prompt yang diutarakan oleh pengguna. Sering kali gambar yang didapat dari AI image creator memiliki ketidaksesuaian dari maksud asli pengguna, bahkan kecacatan, seperti jumlah jari yang tidak normal dalam gambar manusia. 

Pengguna AI image creator, terutama untuk keperluan komersial, bisa dianggap tidak menghormati karya seniman. Membayar seniman konvensional untuk menggambar sesuai keinginan, atau biasa disebut commission, mungkin memang lebih mahal, namun seniman lebih komunikatif dan dapat lebih sesuai menerima maksud dari deskripsi gambar yang ingin dibuat. Seniman berbakat benar-benar mengerahkan waktu, pemikiran, dan tenaga mereka untuk membuat sebuah karya seni berbentuk gambar. Sangat tidak sepadan jika pekerjaan seniman nyata terancam dengan seniman robot yang “menggambar” menggunakan kecerdasan buatan yang mereka punya. Sangat tidak sepadan pula apabila karya yang mendapat apresiasi di media sosial merupakan hasil kreasi robot, namun karya asli dari seniman kurang mendapatkan respon positif.

Menghormati pekerjaan dan karya seniman yang telah berjuang untuk memberikan hasil paling baik mereka untuk ditampilkan kepada dunia dapat dilakukan dengan tidak menggunakan dan mengurangi interaksi dengan penggunaan image creator yang mengandalkan kecerdasan buatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun