Waduk Selorejo merupakan salah satu waduk yang terletak di Kabupaten Malang Kecamatan Ngantang. Waduk ini berfungsi sangat baik bagi warga sekitar diantaranya sebagai pengendali banjir, irigasi, pembangkit tenaga listrik, perikanan dan juga pariwisata. Sejak pembangunan pada tahun 1963 yang diresmikan pada tanggal 22 Desember 1970 oleh Presiden Soeharto dan pertama kalinya beliau menabur bibit ikan mujaer ke dalam waduk, terus menjadi . Luas Waduk ini sekitar 650 hektar dan membendung aliran Sungai Konto, anak Sungai Brantas dan Kwayangan dan terletak pada ketingginggian 600 meter di atas perukaan laut, yang dikelilingi olehpemandangan yang indah Gunung Kawi, Gunung Kelud, dan Gunung Anjasmoro.
 Pemandangan indah dari Waduk ini sudah tidak diragukan lagi, yang kemudian menjadi salah satu objek wisata yang wajib untuk dikunjungi. Ditambah lagi adanya fasilitas wahana bermain, villa dan tempat bersantai lainnya untuk keluarga yang bisa bebas dinikmati oleh pengunjung yang datang. Waduk Selorejo yang banyak menyimpan keindahan juga dihiasi oleh berbagai cerita misterius dan mitos yang menarik perhatian banyak orang. Di waduk ini, banyak nelayan lokal yang menggantungkan hidupnya dengan menangkap ikan. Keberagaman spesies ikan di Waduk Selorejo, seperti ikan nila, lele, dan mujair, menjadikan tempat ini sebagai sumber daya alam yang berharga.
Namun, selain menjadi tempat mencari nafkah, waduk ini juga menyimpan banyak cerita dan legenda yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Salah satu mitos yang berkembang di sekitar Waduk Selorejo adalah fenomena yang terjadi setelah seseorang meninggal tenggelam di dalam waduk. Cerita ini sering diceritakan oleh para nelayan yang sudah berpuluh-puluh tahun mencari ikan di waduk Selorejo. Menurut mitos yang beredar, setiap kali ada kejadian orang yang tenggelam dan meninggal di waduk, beberapa hari setelahnya, para nelayan akan merasakan fenomena aneh. Mereka akan mendapatkan hasil tangkapan ikan yang luar biasa banyak, lebih dari biasanya.
Salah satu sumber yang sudah pulahn Tahun menjadi nelayan mengungkapkan pengalamannya terkait dengan mitos ini. Dalam wawancara, ia bercerita, "Saya sudah lama dengar cerita ini, dan beberapa kali saya sendiri mengalaminya. Setiap kali ada orang yang tenggelam dan ditemukan, hasil tangkapan kami bisa lebih banyak dan lebih besar dari biasanya. Kami selalu percaya bahwa itu adalah berkah dari arwah orang yang meninggal. Ada yang bilang, waduk 'mengisi kembali' ikan yang hilang dengan cara yang tidak biasa."
Menurut cerita yang beredar di masyarakat setempat, mitos ini bermula dari sebuah kejadian tragis yang terjadi beberapa tahun yang lalu, yakni seorang nelayan yang tengah mencari ikan di Waduk Selorejo tiba-tiba terseret arus dan tenggelam. Selama beberapa hari setelah di cari, akhirnya tubuhnya ditemukan dengan keadaan utuh. Selang beberapa hari ditemukannya mayat nelayan itu akhirnya beberapa nelayan banyak yang kembali ke waduk untuk mencari ikan melaporkan bahwa hasil tangkapan mereka sangat melimpah. Ikan-ikan besar dan segar didapat dengan mudah, bahkan di tempat yang biasanya tidak banyak ikan. Setelah kejadian tersebut, cerita itu mulai berkembang dan menjadi bagian dari mitos lokal yang terus diceritakan dari generasi ke generasi. Beberapa orang percaya bahwa peristiwa ini bukan sekadar kebetulan, melainkan sebuah fenomena alam yang memiliki kaitan dengan keseimbangan antara kehidupan manusia dan alam.
Dalam kepercayaan masyarakat Ngantang, waduk dianggap sebagai tempat yang memiliki kekuatan mistis, tempat di mana alam dan manusia saling berinteraksi dalam cara yang tak kasat mata. Dari sisi ilmiah, fenomena ini mungkin bisa dijelaskan dengan faktor alam yang berkaitan dengan keseimbangan ekosistem waduk. Seperti waduk-waduk lain di Indonesia, Selorejo juga memiliki fluktuasi dalam jumlah ikan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perubahan suhu air, kondisi pakan alami, dan aktivitas manusia. Setelah suatu peristiwa besar, seperti hilangnya seorang nelayan, mungkin terjadi perubahan dalam kondisi waduk yang mendukung keberadaan ikan dalam jumlah lebih banyak.
 Namun, meskipun penjelasan ilmiah mungkin dapat menjelaskan beberapa aspek fenomena ini, banyak orang tetap percaya bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar kebetulan yang terjadi. Mitos tentang arwah yang memberikan berkah kepada nelayan menjadi bagian dari kepercayaan budaya yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Mitos tentang ikan yang melimpah setelah kematian seseorang di Waduk Selorejo ini adalah salah satu contoh dari bagaimana kepercayaan lokal bisa berkembang seiring dengan kejadian-kejadian yang terjadi di alam. Dalam konteks ini, mitos bukan hanya berfungsi untuk menjelaskan fenomena yang sulit dipahami, tetapi juga memberikan rasa aman dan makna bagi mereka yang hidup di sekitar waduk. Mitos ini memberi harapan dan penghiburan, seolah-olah ada suatu kekuatan yang mengatur kehidupan dan kematian di sekitar mereka, dan bahwa setiap peristiwa, baik itu tragis atau bahagia, selalu ada hikmah yang dapat diambil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H