Pendidikan tinggi bagi perempuan sering kali dipandang sebagai pilihan yang tidak terlalu mendesak, terutama dalam konteks budaya yang masih menganut peran tradisional perempuan sebagai pengurus rumah tangga. Namun, pandangan ini perlu dievaluasi ulang. Perempuan dengan pendidikan tinggi memiliki peluang yang lebih besar untuk berperan aktif dalam mendidik anak-anaknya secara optimal. Pendidikan tinggi bukan hanya tentang memperoleh gelar atau pekerjaan bergengsi, melainkan juga tentang membangun pola pikir kritis, keterampilan komunikasi, dan pengetahuan yang lebih luas. Semua ini berkontribusi secara signifikan terhadap kualitas pengasuhan dan pendidikan yang diberikan kepada anak-anak mereka.
Perempuan yang berpendidikan tinggi cenderung memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola berbagai aspek kehidupan rumah tangga, termasuk kesehatan, pendidikan, dan pengembangan karakter anak. Mereka lebih terbuka terhadap ide-ide baru, termasuk metode pendidikan yang modern dan berbasis bukti ilmiah, yang sangat penting dalam membentuk masa depan anak-anak yang lebih cerdas dan berwawasan luas. Dengan pengetahuan yang mereka miliki, para ibu ini dapat menjadi teladan yang baik, mendorong anak-anak mereka untuk berpikir kritis dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks.
Namun, pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana dengan perempuan di pedesaan yang tidak memiliki akses atau mindset untuk melanjutkan pendidikan tinggi? Kondisi ini masih menjadi masalah besar di Indonesia, di mana banyak perempuan di pedesaan terjebak dalam siklus kemiskinan dan kurangnya akses terhadap pendidikan berkualitas. Banyak dari mereka yang masih memegang teguh pandangan bahwa peran utama perempuan adalah sebagai ibu rumah tangga tanpa perlu mengenyam pendidikan lebih tinggi. Di sinilah pentingnya peran pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi sosial untuk memberikan penyuluhan dan akses pendidikan yang lebih inklusif.
Perempuan di pedesaan membutuhkan dukungan lebih dalam mengubah mindset bahwa pendidikan adalah hak dan kebutuhan semua orang, termasuk mereka. Pemberdayaan melalui pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti penyuluhan, program beasiswa, dan pengembangan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan lokal. Dengan pendekatan yang tepat, perempuan di pedesaan dapat diberikan pemahaman bahwa pendidikan bukan hanya tentang mencari pekerjaan, melainkan juga membekali diri dengan ilmu yang akan berguna untuk mendidik anak-anak mereka agar memiliki masa depan yang lebih cerah.
Penting juga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pendidikan perempuan di pedesaan, seperti mendirikan pusat belajar yang dekat dengan komunitas, menyediakan program pendidikan nonformal yang fleksibel, dan melibatkan tokoh masyarakat dalam mendorong perubahan pola pikir. Dengan demikian, perempuan di pedesaan tidak hanya menjadi ibu yang baik bagi anak-anak mereka tetapi juga agen perubahan di komunitas mereka. Pendidikan tinggi atau setidaknya pendidikan yang memadai akan membantu mereka memahami peran penting mereka dalam membentuk generasi masa depan yang lebih baik, tidak hanya bagi keluarga mereka sendiri tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.
Pada akhirnya, pendidikan tinggi bagi perempuan bukanlah sekadar aksesori atau pilihan sekunder; ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa. Dengan meningkatkan pendidikan perempuan, kita tidak hanya memberdayakan individu tetapi juga mengubah pola pikir generasi selanjutnya yang lebih inklusif, adil, dan berdaya saing. Bagi perempuan, baik di perkotaan maupun pedesaan, pendidikan adalah hak yang harus diperjuangkan dan diprioritaskan demi kemajuan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H