Mohon tunggu...
odysse halim
odysse halim Mohon Tunggu... -

mahasiswa fisika yang suka bersepeda, tidak banyak bersosialisasi, study oriented, tidak suka keramaian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengelilingi Jogja

21 Mei 2010   12:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:03 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lelah sekali rasanya. Baru saja saya pulang sehabis mengelilingi Yogyakarta, tempat untuk menuntut ilmu. Hari ini Jumat. Besok tidak ada kuliah. Daripada bosan, mending bersepeda santai. Tetapi sayangnya, tidak ada teman yang ingin ikut dalam acara dadakan saya. Tepat jam 4 sore [caption id="attachment_146737" align="alignleft" width="300" caption="bukit2"][/caption] saya berangkat dari tempat saya tercinta, yaitu kos-kosan 2 x 3, nampak seperti dua lubang kubur yang disejajarkan, hehehe. Ketika berangkat, saya menuju selatan, yaitu melewati jalan AM Sangaji yang sumpek dengan kendaraan bermotor. Lalu ke barat, ke arah jalan Godean hingga pasar Godean. Lagi-lagi, pemandangan yang sama saja seperti jalan AM Sangaji. Sepertinya tidak bersahabat sekali untuk pesepeda. Yah, walaupun begitu, saya tetap berangkat. Toh jika sudah senang dengan kegiatan bersepeda, apapun tidak menjadi halangan sama sekali. Sampai di pasar Godean, saya justru malah ke utara, ke arah Seyegan. Inilah daerah yang asri. Sangat sejuk, yah, walaupun masih banyak sekali kendaraan bermotor yang lewat. Hingga pesepeda seperti saya ini harus mengalah dengan mobil-mobil yang cukup lebar. Akhirnya, bahu jalan pun dilewati agar tidak terserempet. Rasanya tidak rugi meskipun harus melewati bahu jalan. Pemandangan di daerah Seyegan memang luar biasa (menurut saya). Hal ini karena adanya beberapa bukit yang menurut saya unik. Biasanya, jika ada bukit, jalan di sekelilingnya menanjak. Tetapi tidak dengan jalan di daerah Seyegan (saya tidak tahu nama jalannya). Bukit-bukit yang ada nampak seperti gundukan tanah yang dibuat oleh seseorang. Ini adalah kali kedua saya melewati daerah tersebut dengan sepeda. Pertama kali, saya mampir ke rumah mantan murid saya (maklum, saya adalah pengajar privat, jadi punya murid dah. Eits, walaupun punya murid dan tampang tua, tetapi jiwa muda lho.:p). Saya menanyakan sejarah dari bukit-bukit tersebut. Orangtua murid saya bilang itu adalah asli, bukan buatan yang seperti saya kira. Dipikir-pikir lagi, bukit-bukit tersebut tidak logis jika dibuat manusia. Tetapi nampak aneh untuk sesuatu yang dibuat oleh alam. Foto-fotonya saya sajikan nanti agar pembaca bisa menilai. Saya jadi berpikir, saya yang norak, atau memang bukit-bukit tersebut yang aneh ya. Maklum, di daerah asal saya tidak ada bukit. Nah, kembali lagi ke topik, yaitu bersepeda santai. Ketika sampai di daerah Seyegan, saya menyempatkan diri berhenti dan mengambil beberapa foto. Foto-foto pertama kali saya ke Seyegan menggunakan sepeda, terhapus.:'( Hal ini disebabkan micro SD yang rusak. Sayang sekali. Walaupun masih ada di facebook, tetapi kualitas gambarnya sudah menurun. Setelah puas mengabadikan beberapa gambar, saya melanjutkan perjalanan ke arah utara hingga saya melewati SPBU (hanya ada satu SPBU di daerah tersebut) lalu sampai ke perempatan. Dari perempatan, saya ke barat dan menyusuri jalan itu (lagi-lagi saya tidak tahu nama jalannya dan saya juga tidak menanyakan ke penduduk. T.T). Jalan yang saya lewati tersebut menuju ke Jombor (jika pembaca adalah orang Jogja, sudah pasti tahu daerah tersebut). Tetapi, saya justru bukan ke arah tempat tercinta saya, yaitu kos-kosan. Kos-kosan saya berada di dusun Blimbingsari, dekat RSUP Sardjito. Saya berbelok menggunakan jalan lain yang saya tidak tahu jalan apa yang saya lewati. Filosofi yang saya gunakan adalah: "kalau ada jalan yang rumit, kenapa harus lewat jalan pintas?" Lalu saya menysusri jalan itu tanpa tahu mana arah barat, timur, selatan maupun utara. Ternyata, jalan yang saya lewati justru membuat saya semakin jauh dari tempat kos saya. Saya justru ke utara. Hal tersebut saya ketahui ketika saya bertanya kepada penduduk sekitar di pertigaan. Di pertigaan tersebut saya agak ragu untuk melanjutkan perjalanan. Ternyata feeling saya benar. Saya justru menuju ke utara, ke arah Tempel, Magelang. Jalan tersebut adalah "jalan kampung". Hal itu saya ketahui ketika bersepeda sudah cukup jauh dan jarum jam tangan saya menunjukkan tepat pukul 6 sore. Saya dinasehati untuk berbelok ke arah timur, pada pertigaan tersebut. Akhirnya saya mengikuti nasehat penduduk itu. Setelah mengikuti nasehatnya, saya sampai juga di jalan besar. Lalu, saya menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak dan minum persediaan air yang saya bawa. Setelah itu saya bertanya ke warga mengenai jalan tersebut. Saya baru tahu bahwa jalan besar tersebut adalah jalan Magelang km 13. Ya ampun, jika saja saya tadi ngeyel dan tidak mengikuti nasehat penduduk di pertigaan, maka saya akan lebih jauh lagi ke utara. Jalan Magelang km 13 artinya 13 kilometer dari kos-kosan saya. Jika dikalkulasi, sekitar satu jam perjalanan untuk kecepatan sedang. Hari yang sudah petang membuat saya ingin mempercepat laju kendaraan saya agar tiba menuju kos-kosan. Paling tidak daerah kampus saya lah. Saya pun takut sekali kalau-kalau ada masalah dengan sepeda saya. Maklum, saya tidak punya peralatan untuk membongkar sepeda, apalagi ban cadangan dan sejenisnya. Akhirnya, saya putuskan untuk melaju secepatnya. Sekitar 45 menit saya sampai di daerah kampus saya. Benar-benar pengalaman yang seru. Next time, saya ingin menaklukan jalur pantura atau kalau tidak, ya pantai selatan. Saya ingin melewatinya sampai rumah orangtua saya. Jogja-Cikarang by bicycle. Nampaknya akan sangat seru. Esitimasi saya, jika tidak ada halangan dan bersepeda delapan jam per hari dengan kecepatan lumayan cepat, akan tiba di Cikarang (timurnya kota Bekasi) setelah bersepeda selama lima hari. Jika lambat, sekitar satu minggu. sayangnya, yang menjadi kendala utama adalah perizinan dari orangtua saya.T.T [caption id="attachment_146740" align="alignright" width="300" caption="bukit1"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun