Mohon tunggu...
Mahris Supono
Mahris Supono Mohon Tunggu... -

Seorang Pemuda Kampung Poso, tsejenak hijrah ke Jawa Barat. Senang traveling, menggunakan angkutan rakyat, menulis, berdiskusi, bermimpi & berusaha, meberikan yang terbaik bagi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apa dan Bagaimana Setelah Ini…?

29 Desember 2010   03:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:16 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Awal bulan Desember tahun ini ramai diberitakan Gonjang-ganjing Dunia hukum Indonesia, kasus korupsi, mafia pajak yang bakal menjadi LEGEND di negara ini berkat ulahnya yang membuat rakyat berdecut kagum dan malas untuk membayar pajak. Kemahiranya menyunat Pajak rakyat, berkong kalikong dengan orang-orang kapitalis serta aparat hukum, bahkan mendapat garansi sebagai tahanan yang bisa berliburan. “Istilah baru”.

Beruntunglah mereka yang sedang mendapat sumpah serapah dari segenanp rakyat yang bosan dengan pemberitaan media, bahkan infotaiment sekalipun. Bintang baru Indonesia Ifran Bachdim melampaui popularitas mereka ketika ajang AFF Cup. Ajang dua tahunan turnamen sepak bola Asia Tengga menjadi selingan kebosanan, sekaligus penantian akan dahaga gelar Persepak bolaan Negara ini pasca dibawah kepemimpinan mantan NaPi, serta diktator PSSI lainnya.

Ketika pertandingan demi pertandingan mulai bergulir, dimana Tim Nasional Indonesia melangkah dengan kemenagan yang didapatkan. Disisi lain mereka digembar-gemborkan bak bintang film, meramaikan layar kaca, lembaran koran, infotaiment, status facebook, twitter, dll. Sebenarnya hal ini berlebihan bahkan bisa membuat pemain terbebani, sekedar dukungan baik ketika hadir di stadion ataupun lewat layar kaca sudah cukup. Karena perjuangan para supporter yang hadir distadion bisa dibilang militan ditengan ketidak becusan rezim NH di PSSI, mereka tetap rela datang jauh-juah antri untuk mendapatkan tiket.

Ketika harapan besar untuk menyapu bersih kemenangan dalam semua pertandingan, namun faktanya kekalahan yang cukup besar diderita Timnas ketiaka laga tandang. Bahkan Politikus saling menyalakan satu sama lainnya karena pemanfaatan momentum pencitraan diri dengan ubar jani bonus kepada Timnas. Kalau kata saya: Football for fairplay, politic for kick and bring down.  Lebay semua ah, latah, licik juga boleh, ketika Timnas mengalami penurunan prestasi beberapa tahun kebelakang kemana kalian semua orang-orang brengsek ga beradap? sekarang ingin menyelipkan popularitas dibalik kesuksesan Timnas melaju ke babak Final, belum untuk juara. Indonesia mungkin hanya spesialisasi partai Final tanpa gelar. Karena masih masih diurus oleh orang-orang bobrok.

Memang tak ada yang menginginkan kekalahan, tapi pembenahan adalah langkah kongkrit untuk PSSI. Jika Indonesia juara AFF Cup, adalah ajang Promosi sang Ketua yang akan terus membenalu di PSSI. Cukuplah menambah penderitaan bangsa. Saatnya Generasi Muda yang belum terkontaminsi dogma busuk memimpin dan membenahinya.

Jika masih juga puasa gelar, para pemain akan tetap menjadi pahlawan namun tidak untuk para pengurus PSSI, dan kembali lagi pemberitaan kepada kasus-kasus dan kasus……….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun