Awal bulan Desember tahun ini ramai diberitakan Gonjang-ganjing Dunia hukum Indonesia, kasus korupsi, mafia pajak yang bakal menjadi LEGEND di negara ini berkat ulahnya yang membuat rakyat berdecut kagum dan malas untuk membayar pajak. Kemahiranya menyunat Pajak rakyat, berkong kalikong dengan orang-orang kapitalis serta aparat hukum, bahkan mendapat garansi sebagai tahanan yang bisa berliburan. “Istilah baru”.
Beruntunglah mereka yang sedang mendapat sumpah serapah dari segenanp rakyat yang bosan dengan pemberitaan media, bahkan infotaiment sekalipun. Bintang baru Indonesia Ifran Bachdim melampaui popularitas mereka ketika ajang AFF Cup. Ajang dua tahunan turnamen sepak bola Asia Tengga menjadi selingan kebosanan, sekaligus penantian akan dahaga gelar Persepak bolaan Negara ini pasca dibawah kepemimpinan mantan NaPi, serta diktator PSSI lainnya.
Ketika pertandingan demi pertandingan mulai bergulir, dimana Tim Nasional Indonesia melangkah dengan kemenagan yang didapatkan. Disisi lain mereka digembar-gemborkan bak bintang film, meramaikan layar kaca, lembaran koran, infotaiment, status facebook, twitter, dll. Sebenarnya hal ini berlebihan bahkan bisa membuat pemain terbebani, sekedar dukungan baik ketika hadir di stadion ataupun lewat layar kaca sudah cukup. Karena perjuangan para supporter yang hadir distadion bisa dibilang militan ditengan ketidak becusan rezim NH di PSSI, mereka tetap rela datang jauh-juah antri untuk mendapatkan tiket.
Ketika harapan besar untuk menyapu bersih kemenangan dalam semua pertandingan, namun faktanya kekalahan yang cukup besar diderita Timnas ketiaka laga tandang. Bahkan Politikus saling menyalakan satu sama lainnya karena pemanfaatan momentum pencitraan diri dengan ubar jani bonus kepada Timnas. Kalau kata saya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H