Mohon tunggu...
giriyantoismail
giriyantoismail Mohon Tunggu... -

Penulis Amatir dan seorang mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang enerjik nan mempesona

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Abdi Pemikir

20 September 2015   21:21 Diperbarui: 20 September 2015   21:58 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jogja Jogja. Jogja istimewa. Istimewa negerinya istimewa orangnya.

Jogja Jogja. Jogja istimewa untuk Indonesia. 

 

Itulah petikan lagu dari Jogja hiphop foundation yang pernah menyeruak dikalangan masyarakat Yogjakarta. Lirik diatas berarti bahwa provinsi Yogyakarta adalah sebuah daerah yang istimewa, istimewa karena Sri Sultan HB IX menawarkan daerah Kasultanan Yogyakarta untuk bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan akhirnya daerah Kasultanan Yogyakarta sempat menjadi ibukota negara walaupun hanya sebentar. Seperti nama provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, orang – orang yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta juga dianggap istimewa. Karena orang Jogja yang dikenal masyarakat luas memiliki sifat yang ramah, sopan, baik dan murah senyum. 

Kraton kasultanan Yogyakarta bisa dibilang memiliki halaman yang sangat luas. Dan itu dikenal dengan alun alun utara atau altar. Alun – alun merupakan suatu lapangan terbuka yang luas dan berumput yang dikelilingi jalan dan dapat digunakan untuk berbagai kegiatan. Zaman dulu alun – alun digunakan untuk berlatih perang, menyebarkan informasi dsb. Dizaman globalisasi alun – alun utara kerap kali digunakan untuk berbagai acara, dari acara sekaten / grebeg maulud untuk memperingati maulid nabi, funbike, bahkan acara musik. Maka dari itu alun - alun utara selalu menarik minat para wisatawan. Entah wisatawan pribumi atuapun wisatawan mancanegara. 

Siang itu tepatnya di bawah pohon depan kraton kasultanan Yogyakarta, terlihat seorang lelaki lanjut usia yang mengenakan baju berwarna hijau, sarung kotak – kotak biru dan berhiaskan pecis sedang duduk santai sambil menikmati pemandangan alau – alun utara.  Drajat Dewardana Temenggung, itulah nama dari orang itu. Beliau adalah seorang abdi dalem Keraton Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat, bapak Drajat sudah menjadi abdi dalem sejak tahun 2005 yang berarti sudah 10 tahun beliau menajadi abdi dalem. Untuk menjadi seorang abdi dalem, ternyata tidak semudah yang kita bayangkan.

Beliau harus ngawulo atau bersih – bersih sekitar keraton sekitar 5 tahun agar bisa diangkat menjadi seorang abdi dalem. Beliau resmi diangkat menjadi abdi dalem setelah mendapatkan kancingan atau juga biasa disebu surat keterangan. Menjadi abdi dalem merupakan kebanggan tersendiri bagi beliau. Karena beliau dapat melanjutkan amanat yang diemban dari orang tuanya. Dan karena panggilan jiwa makanya beliau menjadi abdi dalem. Tugas yang bapak Drajat emban menjadi abdi dalem antara lain menjaga keraton dan sekitarnya, memberi makan kuda, nyapu nyapu, menjaga area kraton, juga menjadi guide wisatawan. 

Penulis sebenarnya ragu dengan apa yang dilakukan beliau, duduk sendirian dibawah pohon didepan kraton sambil memandangi alam sekitar. Setelah penulis menanyainya,  ternyata beliau sedang berfikir tentang masa depan Yogyakarta dan masyarakat sekita keraton khusunya. Beliau merasa bahwa dewasa  ini perkembangan Yogyakarta sedang tidak sehat. Bahkan beliau merasa Yogyakarta yang istimewa adalah mallnya. Tukang becak sekitar kraton dan alun – alun mulai menurun karena adanya mobil tole. Mobil yang siap mengantarkan penumpang ke tamansari, tugu, kraton dengan ongkos hanya 5 ribu rupiah saja. Ada juga kasus pedagang yang harus memberikan jatah rokok kepada oknum sekitar.

Keuangan yang diselewengkan di sendi – sendi negara. Semua hal diatas yang membuat beliau berfikir akan kemunduran Yogyakarta. Beliau mempunyai pemikiran bahwa tradisionalisme di Yogyakarta mulai terlahap modernism mekanisme. Segala hal yang terlihat maju sebenarnya maju yang arahnya mundur. Seperti contoh becak tadi yang mulai kesusahan untuk mencari pelanggan karena pelanggan memilih menggunakan mobil tole. Beliau berpendapat bahwa Yogyakarta sedang terjadi kemunduran yang berdampak besar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan pihak – pihak yang terkait harus dapat mengatasi kemunduran ini agar daerah istimewa Yogyakarta tetap menjadi provinsi yang istimewa untuk kedepannya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun