"Desa adalah kekuatan ekonomi", demikian salah satu lirik lagu dari yang di sanandungkan Iwan Fals dalam sebuah lagu yang saya lupa judulnya. Mengena sekali, seperti busur tepat sasaran. Adalah kenyataan bahwa memang desa yang harus di utamakan di dalam menaburkan benih-benih kekuatan ekonomi keraknyata. Mengapa demikian? Karena desa merupakan penghuni sebagian besar masyarakat di Indonesia.
dari mana dan bagaimana memulainya? saya kira para-para yang ada di tahta "pemerintahan" telah menggagas selaksa cara guna mewujudkan ketahanan ekonomi masyarakat di pedesaan. Semisal ada P2KP, PNPM dan apa lagi namanya saya kurang tahu. Yang pasti begitu banyak macam dana buat masyarakat desa, namun tidak cukup mampu mempercepat perubahan ekonomi di tingkat pedesaa.
Saya menulis di sini dengan tema demikian karena saya adalah orang desa yang belum pernah mendapatkan (kecipratan) program pemerintah yang fokus guna mengelola perekonomian desa. Saya teringat BLT, Bantuan Langsung Tunai. Kata guru saya BLT itu kurang H. BLT (bantuan Langsung Tunai), hanya sedikit, mustinya di kasih U (Usaha). So... akan menjadi BLTU (Bantuan Langsung Tunai Usaha), yang jumlahnya bukan Tiga Ratus Ribu Bukan? Kalau 300.000, bukankah cuma dapat beli beras, sabun, dan ini itu kebutuha pokok?, Kalau BLTH paling tidak Lima Juta-an lah.
Apa boleh buat, saya tidak bisa bilangng apa-apa kecuali berkeluh kesah. Andai setiap orang memperoleh uang tunai sebesar 5 juta dan di dorong untuk berwirausaha oleh seluruh komponen pemerintah, saya kira jiwa masyarakat akan terpaku kesadaran berwira usaha. Namun,,, nampaknya BLT serupa jajan pasar atau permen atau mainan. Buat apa? buat obat pusing saja. Seperti obat sakit kepala Head-O.
Semangat kewira-usahaan seharusnya dimiliki oleh oleh tokoh desa dalam hal ini kepala desa. Sebagai kepala desa, dia adalah sosok yang musti "lengkap" semangatnya di dalam mengelola kondisi sosial masyarakat. Jika kepala desanya tidak memiliki semangat kewirausahaan, maka harus ada staf-nya yang pandir di dalam hal kewirausahaan. Kepala desa harus sering-sering mengumpulkan tokoh-tokoh kampng (RT/RW) dan di ajak berbincang tentang kewirausahaan. Kalau tidak dilakukan yang demikian dan masyarakat dibiarkan berkembang sesuai kehendaknya masing-masing, itu tidaklah salah. Namun karena di sini kita akan membangun dan membangkitkan semangat kewirausahaan di desa, maka harus ada suppot dan motivasi yang tidak kenal lelah untuk merubah cara berpikir masyarakat. Masyarakat yang semula memiliki mental pekerja seyogyanya di arahkan memiliki semangat dan keberanian berwira-usaha.
Selanjutnya, pemerintah dengan kekuasaannya dan dengan uang yang dimilikinya harus merumuskan metode dan inovasi tepat sasaran guna mengawal semangat kewirausahaan di desa-desa diseluruh pelosok tanah air. Selama ini saya melihat dan memperhatikan kepala desa, camat, bupati dan gubernur atau bahkan presiden hanyalah sosok yang hanya mucul dalam benak masyarakat sebagai sosok politisi bukan sebagai sosok yang lengkap dengan semangat kewirausahaan. Jabatan mereka seharusnya juga difungsikan sebagai daya dorong untuk membangkitkan semangat kewirausahaan di daerah yang dipimpinnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H