Mohon tunggu...
Giri Muhammad
Giri Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Collage student majoring in International Relations

Here will discuss articles relating to social, history, politics, technology, economics, financial, and topics that are developing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membongkar Mitos Nasionalisme: Apa yang Sebenarnya Membuat Kita Bangga pada Negara Kita?

9 Maret 2023   22:03 Diperbarui: 9 Maret 2023   22:04 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai manusia, kita memiliki rasa kebanggaan pada negara tempat kita tinggal. Hal ini seringkali diidentifikasi sebagai nasionalisme, yaitu sikap cinta tanah air dan bangga terhadap kebudayaan, sejarah, dan prestasi negara kita. Namun, apakah konsep nasionalisme yang kita kenal saat ini benar-benar mencerminkan apa yang sebenarnya membuat kita bangga pada negara kita?

Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk mengakui bahwa nasionalisme, seperti halnya konsep sosial dan politik lainnya, bersifat kompleks dan bervariasi di setiap negara. Namun, ada beberapa mitos umum yang sering dikaitkan dengan nasionalisme dan dapat menyebabkan pemahaman yang keliru tentang apa yang sebenarnya membuat kita bangga pada negara kita.

Mitos pertama adalah bahwa nasionalisme selalu bersifat positif dan dapat meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa. Faktanya, nasionalisme juga dapat menjadi alat untuk memperkuat pembagian dan diskriminasi berdasarkan identitas etnis, agama, atau bahasa. Sejarah telah menunjukkan bahwa nasionalisme yang berlebihan dan ekstrem dapat mengarah pada konflik dan kekerasan, bahkan perang.

Mitos kedua adalah bahwa nasionalisme selalu didasarkan pada fakta sejarah yang akurat dan objektif. Namun, dalam banyak kasus, interpretasi sejarah dan penggambaran kebudayaan seringkali disesuaikan dengan kepentingan politik dan ideologi tertentu. Sebagai contoh, narasi sejarah yang diadopsi oleh pemerintah dapat menekankan pencapaian dan kejayaan negara, sementara mengabaikan aspek-aspek negatif dan kelemahan.

Mitos ketiga adalah bahwa nasionalisme selalu menonjolkan nilai-nilai universal seperti kebebasan, kesetaraan, dan keadilan. Namun, dalam praktiknya, nasionalisme dapat menjadi alasan untuk membenarkan tindakan diskriminatif terhadap kelompok minoritas dan mengabaikan nilai-nilai hak asasi manusia. Selain itu, nasionalisme yang bersifat ekonomis dapat memprioritaskan kepentingan ekonomi negara di atas kepentingan global dan lingkungan.

Jadi, apa yang sebenarnya membuat kita bangga pada negara kita? Pertama-tama, rasa kebanggaan dapat berasal dari penghargaan terhadap nilai-nilai yang kita anggap penting, seperti demokrasi, kemanusiaan, dan kemajuan sosial. Kedua, rasa kebanggaan dapat berasal dari pengalaman pribadi dan hubungan emosional dengan negara kita, seperti kebersamaan dengan keluarga dan teman, keindahan alam, dan budaya lokal yang unik.

Namun, penting untuk diingat bahwa rasa kebanggaan pada negara kita tidak harus melupakan nilai universal yang lebih besar dan tuntutan moral yang kita miliki sebagai warga dunia. Mencintai tan

ah air bukan berarti kita harus mengabaikan hak asasi manusia, lingkungan, atau kepentingan global yang lebih besar. Sebaliknya, nasionalisme yang inklusif dan berkelanjutan harus mempertimbangkan dampak kebijakan dan tindakan negara terhadap seluruh dunia dan generasi yang akan datang.

Dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan konflik, nasionalisme yang berfokus pada kepentingan negara sendiri tidak lagi dapat dianggap sebagai solusi yang memadai. Sebaliknya, diperlukan pendekatan yang lebih kolaboratif dan terintegrasi, yang melibatkan kerja sama internasional dan pengakuan terhadap ketergantungan antara negara-negara di dunia.

Dalam mengakhiri artikel ini, kita dapat menyimpulkan bahwa nasionalisme yang berlebihan dan ekstrem dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa serta dapat membenarkan tindakan diskriminatif terhadap kelompok minoritas. Sebaliknya, rasa kebanggaan pada negara kita dapat berasal dari penghargaan terhadap nilai-nilai yang kita anggap penting serta pengalaman pribadi dan hubungan emosional dengan negara kita. Namun, nasionalisme yang inklusif dan berkelanjutan harus mempertimbangkan dampak kebijakan dan tindakan negara terhadap seluruh dunia dan generasi yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun