Entah apa yang membuat Ahmad Band yang dapat memprediksi bahwa "Yang muda mabuk, yang tua korup. Jayalah negri ini, jayalah negri ini" terjadi terus di negri tercinta ini. Lagu berjudul Distrosi yang mengiringi lengsernya Soeharto tahun 1998 ini memang sesuai jamannya. Lagu ini mengisi geist di era awal Reformasi. Periode sejarah Indonesia yang sempat menjadi pintu yang menenangkan, yaitu Reformasi. Seiring Reformasi, nampak lirik lagu Distorsi tadi kian kentara. Apalagi menyoal gaya hidup pemuda dan korupsipara birokrat. Sudah tidak bisa ditutupi lagi gaya hidup pemuda yang semakin 'mabuk' akan dunia dan isinya. Gaya hidup mewah dan celebrity-wannabe sudah semakin kentara. Mabuk akan budaya global. Budaya yang mempersatukan manusia yang sudah ditelanjangi budaya dan kearifan lokalnya. Pola konsumsi dan eksistensi semu menjadi dua pilar utama budaya global. Semakin hebat kamu mengkonsumsi, semakin eksis kamu. Kemudian ada pula para orang yang sudah tua yang korupsi. Dan bukan semua orang tua. Tapi semua orang tua yang menduduki jabatan. Jabatan yang seharusnya menjadi atribut untuk melayani, malah menjadi senjata untuk dilayani. Budaya korupsi yang nampak kian subur di kalangan birokrat. Seakan budaya ini menjadi ikon dunia birokrat dan pemerintah. Belum lama ini pula kasus orang tua korup, yaitu Akil Mochtar membuat dunia hukum Indonesia mringis malu. Bagaimana tidak ia tertangkap Operasi Tangkap Tangan KPK tengah menerima (yang diyakini) uang suap. Dan terbuktilah, '..yang tua korup' itu tetap eksis. Dunia belukar korupsi di Indonesia yang jumud akan orang-orang besar dan berpengaruh, sedikit-sedikit mulai ditebas. Dan ternyata, orang tua seperti Akil Mochtar pun bisa 'mabuk' seperti pemuda. Dengan ditemukannya ganja dan ekstasi di ruang kerja Akil Mochtar, tak pelak ia pun menjalani tes urine guna melihat benar atau tidak ia menggunakan narkoba. Mirip dengan pemuda yang mabuk, orang tua ini sok-sokan mau ikut mabuk. Mabuk untuk melupakan semua derita yang menderanya. Derita atas pembohongan dan kemunafikan yang ia tutup rapat selama ini. [caption id="" align="aligncenter" width="293" caption="doc: artinliverpool.com"][/caption] Kemudian, mabuknya Akil Mochtar berlanjut dengan ia menulis surat 'mabuk' dengan tangannya sendiri. Di suratnya, ia merasa tidak pernah ditangkap tangan oleh KPK. Dengan 'mabuk' ia mungkin menulis surat dari balik terali besi. Mencoba menjadi pihak yang dizolimi dengan bersumpah diatas nama Tuhan. Orang mabuk dunia yang belum juga tersadar semua kejahatannya sendiri. Semua dalih dan tipu-tipu ucapan ia coba lontarkan dengan 'mabuk'. Namun siapa pula yang mau perduli dan percaya? Jadi, apakah kejayaan Indonesia itu serupa lirik lagu Distrosi dari Ahmad Band tadi?
"Yang muda mabuk, yang tua korup. Jayalah negeri ini, jayalah negeri ini"
Semoga tidak demikian. Aamiin Serupa dari saya: Kasus Akil Mochtar: Isu Kritis Dibalik ini Semua Solo, 7 Oktober 2013 1:30 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H