Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Yang Menyebabkan Perjalanan Dengan Bus Sangat Melelahkan

29 Agustus 2014   16:53 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:11 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto: tribunnews.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="452" caption="(foto: tribunnews.com)"][/caption] Syukur nama saya ikut nongol di acara Nangkring Bareng Kompasiana dengan Pertamina dua hari lalu. Admin Kompasiana pun mensyahkan dengan membalas email yang saya kirim. Sigap, langsung saya cek website PT KAI. Kalau-kalau ada kereta yang masih bisa di-book kursinya. Klik beberapa jurusan Stasiun di Jakarta, hampi semua penuh. Saya tahu pasti kalau mem-book tiket kereta mepet waktunya pasti jarang bisa dapat. Mencoba mengontak agen bus di dekat rumah. Ternyata ada satu bangku kosong. Langsung saja saya book. Hitung-hitung nostalgia naik bus. Dan karena pergi sendirian, pasti tidak repot. Karena anak istri pilih tinggal di rumah mertua. Berangkatlah saya jam 1 siang kemarin. Mungkin terakhir naik bus jurusan Jakarta sekitar 6 tahun lalu. Dimana saya masih jomblo. Setelah menikah, jika ada urusan keluarga luar kota, biasanya pilih kereta atau pesawat terbang. Karena anak juga masih berusia 2 tahun. Perjalanan dengan bis Solo-Jakarta sekitar 12-13 jam lamanya. Tidak kebayang jika anak bisa rewel nanti di jalan. Buat saya sih tidak masalah. Namun yang sering saya amati dalam perjalanan dengan bus, bisa sangat melelahkan. Lelah itu biasa, namun melelahkan. Bukan sekadar kurang tidur atau bosan. Ada beberapa hal yang bisaa saya amati. Hal-hal yang membuat perjalanan bisa sangat melelahkan. 1. Jalur Pantura yang amburadul Bukan sekadar perbaikan jalur Pantura sana-sini yang saya lihat. Atau perbaikan jembatan Comal atau jalur Pamanukan yang masih dikebut. Tapi hampir 80% jalur Pantura yang tidak rata alias penuh lubang atau bergelombang. Terutama di jalur Kendal sampai Tegal, yang saya rasa tidak rata, kadang juga penuh lubang. Bagi penumpang bus, diguncang dan merasakan lubang dan jalanan tidak rata membuat badan remek (capek, Jawa). Walau cuma duduk dan tidur, namun badan yang diguncang jalan tidak rata dan berlubang saya rasa melelahkan. Apa mungkin proyek Pantura adalah proyek ' abadi' sehingga kadang perbaikan jalan hanya seadanya. Beberapa tahun atau bahkan bulan, jalan kembali rusak. Melalui jaur Pantura serasa melewati jalur pijat bikin badan remek. Sebagus apapun bus dan sebaik apapun sistem pegas bus, jalur Pantura tetap dirasa tidak enak. Bus saya yang saya anggap representatif, masih terasa guncangan dari lubang dan jalan yang tidak rata. Setelah turun bus dan beristirahat sejenak di rumah orangtua saya. Baru kerasa badan pegal-pegal. 2. Perasaan ingin cepat sampai Selain jalur yang membuat perjalanan bus sangat melelahkan. Perasaan atau fikiran yang ingin cepat sampai juga menjadi faktor penyumbang lelahnya perjalanan dengan bus. Walau diselingi dengan tidur, main game di HP atau update status sosmed, banyak waktu dihabiskan dengan fikir dan perasaan ingin sampai tempat tujuan. Perasaan yang biasanya penuh dengan imajinasi ingin segera istirahat. Atau sekadar berkunjung ke tempat teman lama, menghiasi fikiran selama duduk dalam bus. Dan berfikir atau membayangkan juga menghabiskan banyak energi. Mental workout seperti berfikir secara metabolis mengkonsumsi banyak kalori. Saat kita sedang santaipun, hampir 20% kalori dibakar atau disebut RMR (Resting Metabolic Rate). Banyak atau tidaknya RMR ini tergantung dari usia, jenis kelamin, dan fitalitas tubuh. Jika rata-rata RMR sekitar 1.300 kalori, maka berfikir dalam otak membutuhkan 260 kalori. Jumlahnya sekitar 10.8 kalori perjam atau 0.18 kalori tiap menitnya. (referensi: gizmodo.com). Sehingga, mungkin ketika orang semakin tua maka semakin cepat lelah saat dalam perjalanan. Energi yang digunakan untuk mengolah perasaan cepat sampai sangat besar. Dan mungkin ini juga yang terjadi pada saya. Usia saya 6 tahun lalu saat naik bus berbeda dengan saat ini. 3. Gaya supir menyupir bus Dan yang terakhir, yang membuat perjalanan dengan bus sangat melelahkan, adalah gaya supir menyupir. Biasanya, bus AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) seperti yang sudah saya naiki, memiliki dua supir. Jika yang satu sedang menyupir, supir yang lain beristirahat. Dan pada jarak atau pul bus tertentu, mereka akan bergantian. Jadi selama 12-13 jam perjalanan, bisa terjadi dua kali ganti supir bus. Dan tentunya, masing-masing supir biasanya memiliki gaya menyupir sendiri. Ada supir bus yang yak-yak'an (ugal-ugalan, Jawa) dalam menyupir. Mengerem dengan cepat atau mendadak. Kemudian menginjak pedal gas dengan semena-mena. Sehingga penumpang seperti maju-mundur saat duduk. Hal ini membuat lelah menjadi menumpuk. Belum lagi sport-jantung (deg-deg plas) saat mengerem mendadak. Ada juga supir bus yang ahli menyupir. Ahli bukan sekadar memegang kendali supir dan melaju, tetapi menyupir dengan hati. Menginjak pedal gas bus dengan perlahan dan kadang penumpang tidak merasa jika bus melaje cepat. Mengerem dengan pasti dan perlahan. Memperkirakan jarak kendaraan didepan dengan laju kendaraan dengan baik. Sehingga, mengerem sama sekali tidak penumpang rasakan. Memberi tanda lampu atau klakson jika hendak mendahului bus AKAP lain. Sehingga tidak terkesan balapan di jalan. Supir seperti ini yang membuat perjalanan dengan bus, walau melelahkan, tidak membuat deg-degan. Mungkin pula ada yang beranggapan kelayakan bus berpengaruh pada kelelahan. Bus yang ber-AC dengan tempat duduk lebar dan luas tentunya berbeda rasanya berkendara. Atau lama jalur yang dilalui. Seperti jalur yang memakan waktu sampai berhari-hari tentunya akan sangat melelahkan pula. Tetap jaga kesehatan sebelum, saat dan setelah naik bus. Makan buah dan banyak minum air putih tentunya menjadi asupan nutrisi yang baik. Salam, Tangerang, 29 Agustus 2014 09:48 am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun