Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

What to Write and When to Publish, Here in Kompasiana

25 Desember 2014   07:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:29 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14194769372099241041

[caption id="attachment_385911" align="aligncenter" width="500" caption="Mengetik. (Shutterstock)"][/caption]

Semakin berbagi (sharing) dan berinteraksi (connecting) di Kompasiana, saya semakin terpesona. Terpesona karena begitu banyak artikel yang di-publish setiap hari. Seperti conveyor belt, barisan artikel baru di Kompasiana seoalah tiada habisnya. Sampai tengah malam menjelang pagi pun, masih juga banyak artikel yang di-publish. Terpesona pula karena Kompasianer hebat yang selalu berbagi. Baik dengan artikel yang ringan namun inspiratif. Ataupun artikel 'berat' dan aktual. Semua mewarnai Kompasiana dengan ke-khasannya. Apalagi dibumbui celotehan bersahabat dan bertata krama di kolom komentar. Kompasiana memang selalu penuh warna yang mempesona.

Mungkin bagi Kompasianer dengan kekhasannya, lepas dari centang biru atau atau tidak, artikelnya biasanya menjadi Highlight. Jika artikel tersebut dianggap menarik. Baik dari segi konten, orginalitas, dan diksi artikelnya kadang dijadikan Headline (HL) atau Trending Article (TA). Senang rasanya artikel yang kita buat bisa mejeng mentereng di Kompasiana beberapa jam. Berapa lama atau jam sebenarnya artikel kita menjadi HL atau TA. Walau tidak ada waktu atau pola yang eksak. Rata-rata artikel HL bisa nangkring selama 4-8 jam. Sedang untuk artikel TA bisa 8-12 jam. Namun ini bukan durasi yang pasti. Admin bisa saja tiba-tiba membatalkan satu artikel yang sudah HL.

What To Write and When To Publish

Siapa sih yang tidak ingin artikelnya HL atau TA? Selama satu minggu, mulai dari hari Senin sampai Minggu, saya melihat ada 'pola' tertentu baik pada kanal HL atau TA. Yang pertama, pada kolom HL yang menjadi 'idaman' Kompasianer, harus bisa melihat hari apa dan sikon khusus agar artikelnya bisa nangkring di kanal HL.

Pada hari-hari sibuk, seperti hari Senin sampai Rabu artikel yang bersliweran di kanal HL biasanya 'berat-berat'. Mulai dari rubrik Humaniora, Edukasi, Berita, dan Politik. Terutama hari Selasa dan Rabu, dimana artikel yang cenderung berat akan nangkring di HL. Mungkin karena hari-hari ini orang sudah siap membaca dan membahas isu yang berat. Mulai dari bekerja, kuliah, atau pengusaha mungkin banyak yang menjalani rush-hour di tiga hari awal setiap minggu. Misalnya artikel saya menyoal Politik yang sempat HL Rabu 19 Februari 2014, Senin 7 Juli 2014.

Sedang dari hari Kamis sampai Minggu, artikel yang di-HL-kan sedikit 'ringan'. Seolah mulai mengademkan isi kepala menjelang week days, artikel HL cenderung ringan dan menarik. Mulai dari rubrik Fiksi, Wisata, Lifestyle, Green, Kesehatan, Olahraga, Teknologi dan Hiburan. Walau mungkin salah satu sub-rubrik tadi bisa hadir di hari Senin-Rabu, seperti Fiksi, Teknologi dan Olahraga. Yang biasanya saya tulis, runrik Kesehatan pada sub-rubrik Ibu dan Anak kadang di-HL-kan pada hari Sabtu dan Minggu. Seperti artikel Ibu dan Anak dari saya, Sabtu 10 Mei 2014,  Minggu 13 Desember 2014, Sabtu 21 Desember 2014.

Sedang untuk artikel TA, saya akui banyak yang berat hampir selama 7 hari berturut-turut. Namun dengan dasar pasti dari artikel pada kanal TA yaitu aktual. Biasanya isu-isu aktual pada rubrik Politik banyak yang nangkring berjam-jam di kanal TA. Sedang artikel lain yang juga aktual dan sering di-TA-kan adalah Televisi. Mulai dari gosip selebriti, acara-acara di TV, atau kasus-kasus aktual akan dipajang di kanal TA. Beberapa artikel Politik saya pun sempat TA seperti, Minggu, 19 Juni 2014 soal Debat Pilpres ke II dan Senin 15 September 2014, soal RUU Pilkada. Beberapa artikel Hiburan saya pun begitu, Senin 4 November 2014 soal serial India di ANTV, Senin 22 April 2014 soal iklan rokok berbau Pilpres.

Tidak ada 'badge' khusus untuk artikel yang sudah di-TA-kan. Seperti artikel HL yang biasanya akan berubah menjadi HL, bukan opini atau artikel untuk jenis artikel. Jadi penulis atau silent-reader tahu kalau mau membaca di kemudian hari, satu artikel yang sudah ditulis pernah di-TA-kan. Mungkinkah Admin bisa memfasilitasi 'badge' untuk artikel yang sudah TA? Kita tunggu saja 2015 nanti.

Whatever it is . . .

Apapun itu, tetaplah menulis. Entah di Kompasiana, di blog pribadi atau komunitas, atau proyek novel, dsb, menulislah. Artikel kita HL atau TA pun hanya sebagai sarana untuk berbagi manfaat untuk orang lain yang membaca. Tanpa ada kepentingan yang menyesatkan atau berita bohong. Admin pasti sudah sangat ketat memelototi konten artikel yang hendak HL atau TA. Karena itulah falsafah dari Kompasiana sendiri, yaitu Sharing and Connecting. Kalau istilah saya, Kompasianer yang sudah Kompasianis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun